Cerita ini bermula ketika aku dan istriku sudah membina rumah tangga
selama 2 tahun. Aku bernama Tommy dan Istriku bernama Audrey, umurnya
saat ini 27 tahun, berwajah cantik, kulitnya putih, tinggi badan sekitar
165cm, rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu. Kehidupan kami
berumah tangga sangatlah baik, kami termasuk keluarga yang mapan.
Sebagai istri, Audrey adalah istri yang baik, ia adalah seorang wanita
yang alim dan sopan. Untuk urusan ranjang, Audrey dapat dikatakan
bukanlah seorang ahli, laki-laki pertama yang menidurinya adalah aku
yaitu pada saat malam pengantin kami. Dua tahun kehidupan perkawinan
kami berjalan baik-baik saja, kami belum mempunyai keturunan, mungkin
kekurangannya adalah kehidupan seks kami terlalu biasa-biasa saja. Kami
mungkin hanya berhubungan badan sekali dalam 2 minggu dan itupun hanya
dengan cara yang sangat konvensional yaitu posisiku di atas dan dia di
bawah. Audrey tidak menyukai atau bahkan dapat dikatakan tidak mau
dengan gaya lain selain gaya konvensional tersebut. Entah kenapa setelah
2 tahun berumah tangga, pada waktu berhubungan badan dengan Audrey, aku
selalu membayangkan Audrey sedang disetubuhi laki-laki lain, dan hal
tersebut terus berulang sampai-sampai pada saat sedang tidak berhubungan
badanpun dengan Audrey aku selalu memikirkan bagaimana rasanya melihat
Audrey disetubuhi laki-laik lain. Aku bekerja di sebuah perusahaan
multi-nasional, bossku adalah seorang warga negara China, umurnya
sekitar 59 tahun, badannya sangat gemuk dan kepalanya sudah mulai botak,
hanya tinggal rambut-rambut tipis menutupi bagian kepala belakangnya.
Bossku ini, namanya Wen sangatlah baik kepadaku, dapat dibilang akulah
tangan kanannya di Indonesia. Orangnya suka bergurau masalah-masalah
seks. Wen sering sekali menanyakan kabar Audrey, memang sudah beberapa
kali Wen bertemu dengan Audrey dalam acara-acara kantor, terlihat sekali
dia sangat tertarik pada Audrey yang memang sangat cantik dan
menggiurkan banyak laki-laki. Suatu ketika Wen menanyakan kehidupan
rumah tanggaku, seperti biasa dia menanyakan kabar Audrey dan menanyakan
mengapa sampai saat ini kami belum mempunyai keturunan dan apakah hal
tersebut disengaja karena memang belum menginginkan keturunan. Mendengar
pertanyaan tersebut, akupun menjawab bahwa sebenarnya aku dan Audrey
menginginkan keturunan tapi memang belum berhasil mendapatkannya.
“Mungkin cara kamu salah Tom, berapa kali kamu berhubungan badan dengan istrimu dalam seminggu” Tanya Wen kepadaku.
“Yah sekitar sekali dalam 2 minggu dan pada saat istriku dalam keadaan subur” jawabku singkat.
“Waah, mungkin kamu harus periksa ke dokter tuh, dokter ahli kandungan
dan dokter ahli jiwa. Kenapa ke dokter ahli jiwa? Karena kamu punya
istri cantik tapi hanya ditiduri sekali dalam 2 minggu atau pada saat
subur saja. Kalau Audrey itu istriku, pasti aku tiduri dia tiap hari dan
berkali-kali” candanya kepadaku.
Mendengar hal tersebut, entah setan apa yang menghinggapi diriku, timbul sebuah ide dalam benakku.
“Mr. Wen mau tidur dengan istriku? Bilang saja terus terang” celotehku.
Mendengar perkataanku muka Wen terlihat kaget dan tidak percaya.
“Kalau saya bilang memang sangat mau bagaimana?” katanya memancingku.
“Ya boleh saja” sahutku.
Kemudian aku menceritakan kepada Wen bahwa akhir-akhir ini aku selalu
membayangkan aku menyaksikan Audrey ditiduri laki-laki lain, dan aku
juga menjelaskan bahwa mungkin pikiranku ini hanya akan jadi khayalan
semata mengingat betapa alimnya Audrey. Ternyata gayung bersambut. Wen
menjelaskan dan meyakinkan kepadaku bahwa sebenarnya tidak ada wanita
yang alim dalam seks, wanita hanya memerlukan pancingan dan pengaturan
“permainan” dari laki-lakinya untuk membangkitkan nafsu yang ada dalam
dirinya. Wen kemudian mengatakan bahwa dirinya akan dengan senang hati
membantu khayalanku menjadi kenyataan kalau memang aku mempercayainya.
Mendengar itu akupun langsung mengiyakan. Wen kemudian memastikan lagi
apakah aku tidak akan apa-apa kalau dirinya meniduri Audrey dan
menanyakan apakah aku meminta imbalan sesuatu dari dirinya agar dia
diperbolehkan meniduri Audrey. Aku menjawab bahwa aku tidak meminta
apa-apa, aku hanya minta diperbolehkan untuk melihat dan menonton Wen
meniduri Audrey.
“Hahaha…rupanya kamu sudah ingin sekali melihat istrimu ditiduri laki-laki lain ya” candanya kepadaku.
“Ya begitulah”, jawabku singkat.
“Oke, kalau begitu jumat depan bawa istrimu ke villa xxx di puncak pada
pukul 8.00 pm” sahut Wen sambil menunjukan ancer-ancer dimana villa itu
berada.
Pukul 8 malam aku dan Audrey telah berada di depan villa yang dimaksud
oleh Wen. Audrey memakai gaun malam panjang. Wajahnya terlihat sangat
cantik dengan sapuan make-up tipis. Badannya tetap terlihat menawan
meskipun ditutupi oleh gaun malam yang panjang. Seorang pelayan yang
rupanya bertugas menyambut tamu mempersilahkan kami masuk ke ruang
tengah. Villa tersebut sangatlah besar ditengah perkebunan teh dengan
halaman belakang dengan kolam renang dan jacuzzi. Ruang tengah villa
tersebut sangatlah besar dan telah disulap menjadi diskotik dengan lagu
house music yang berdentum keras. Sudah banyak tamu lain baik wanita
maupun laki-laki yang telah datang lebih dahulu daripada kami. Semua
tamu kelihatannya adalah teman-teman Wen, mereka adalah sesama pengusaha
China daratan yang ada di Indonesia, rata-rata mereka berusia di atas
50 tahun. Aku tidak melihat satupun rekan kerjaku di kantor yang datang,
mungkin karena memang tidak diundang. Melihat kami, Wen menyambut aku
dan Audrey dengan ramah. Wen kemudian mempersilahkan kami menikmati
pesta yang diadakannya dan menjelaskan kepada kami bahwa pesta ini
diadakan untuk networking sesama pengusaha China daratan di Indonesia.
Kemudian Wen meninggalkan aku dan Audrey dan mempersilahkan kami untuk
memesan minuman langsung ke bar di pojok ruang tengah. Kamipun menuju
bar untuk memesan minuman. Audrey memesan segelas jus buah dan aku
segelas bir, dan kamipun menikmati pesta tersebut dan berbincang-bincang
dengan tamu-tamu yang lain. Sekitar satu jam kemudian, yaitu tidak
beberapa lama setelah Audrey menghabiskan jus buahnya, aku melihat
terjadi perubahan pada diri Audrey. Audrey mulai menikmati lagu house
music di ruangan tersebut dan mulai menggerakan badannya mengikuti
alunan house music. Wen kemudian mendekati kami dan mengajak Audrey ke
dance floor. Audrey tanpa meminta ijin dariku mengikuti Wen ke dance
floor dan mulai menari dan berdansa dengan Wen. Aku melihat teman-teman
Wen baik wanita dan laki-laki semuanya mendekat kepada Wen dan Audrey
dan kemudian menari bersama. Sedangkan aku hanya duduk disofa dan
menonton sambil meminum birku. Pesta berlangsung meriah, tidak terasa 3
jam sudah berlalu. Audrey masih menari dan berdansa dengan tamu-tamu
lainnya. Aku melihat sudah beberapa gelas minuman yang ditawarkan kepada
Audrey dan dihabiskannya. Kemudian 3 tamu wanita mengajak Audrey ke
lantai atas villa, aku berusaha mengikuti tapi tiba-tiba tangan Wen
mencegahku di kaki tangga menuju lantai atas.
“Biarkan saja, kamu harus mengikuti semua arahan saya kalau mau rencana kita berjalan lancar” kata Wen kepadaku.
2 jam telah berlalu semenjak Audrey naik ke lantai atas villa,
tamu-tamu sudah banyak yang pulang, ketika tiba-tiba Wen memanggilku.
“Ayo ke atas” ajak Wen kepadaku. Akupun mengikuti Wen ke lantai atas bersama 4 tamu pria yang lain yang aku tidak tahu namanya.
Di lantai atas, Wen membimbing kami ke dalam sebuah kamar. Kamar
tersebut sangatlah besar lengkap dengan segala furniture mewah, dan
tepat ditengah kamar terdapat tempat tidur king size dengan sprei
berwarna merah marun dengan TV LCD yang sangat besar menempel di dinding
dan menghadap ke tempat tidur tersebut. Sebuah connecting door yang
tertutup telihat di salah satu sisi ruangan itu menandakan kamar
tersebut tersambung dengan kamar yang lain. Audrey dan 3 tamu wanita
sudah berada di kamar tersebut, mereka sedang berbincang-bincang dengan
akrab.
“Nah, ini kamar buat Tommy dan Audrey, yang lain ayo ikut saya, akan
saya tunjukan kamar masing-masing” kata Wen sambil mempersilahkan
tamu-tamu yang lain keluar dari kamar itu.
“Selamat malam dan selamat tidur, besok kita pulang ke Jakarta” kata
Wen kepadaku dan Audrey sambil meninggalkan kami berdua di kamar
tersebut.
Aku tidak tahu apa rencana Wen jadi aku hanya mengikuti saja apa yang
diinstruksikannya. Setelah membersihkan badan, aku dan Audreypun naik ke
tempat tidur. Beberapa saat kami mencoba tidur namun tidak bisa. Aku
masih bingung dengan apa yang akan terjadi, mengapa Wen tidak melakukan
apapun juga, sedangkan Audrey terlihat gelisah tidak tahu apa
penyebabnya. Tiba-tiba Audrey memalingkan wajahnya kepadaku dan
memelukku. Tanpa berkata apa-apa dia menciumku dan aku balas ciumannya.
Beberapa saat kami berciuman, Audrey berkata “Buka bajunya Tom, aku kepengen nih”.
Sedikit kaget aku melihat Audrey menjadi agresif, tidak biasanya Audrey
mengajak aku melakukan hubungan badan, biasanya aku yang selalu
mengajaknya.
“Mungkin ini akibat minuman yang diberikan Wen di pesta” pikirku.
“Mungkin ini ada kaitannya dengan rencana Wen” pikirku lagi.
Maka akupun menuruti apa yang diinginkan Audrey. Akupun melepaskan
seluruh pakaianku dan kemudian aku melepaskan seluruh pakaian Audrey
sehingga kami berdua telanjang bulat. Aku dan Audrey berciuman,
berpelukan dan melakukan foreplay, namun meskipun telah beberapa saat
melakukan foreplay, aku menyadari sesuatu hal yang aneh, kemaluanku
tidak dapat berdiri dan mengencang.
“Ini pasti karena bir yang diberi oleh Wen, dia pasti mencampur sesuatu pada birku” pikirku dalam hati.
Kami mencoba segala macam gaya foreplay, namun meskipun sudah lebih dari 1 jam teta kemaluanku tidak dapat berdiri.
Audrey terus mencoba membangunkan kemaluanku, namun tetap tidak
berhasil. Raut frustasi nampak di wajahnya. Terlihat sekali Audrey ingin
berhubungan badan, gejolak dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi,
namun keinginannya tidak dapat terpenuhi karena kemaluanku tidak bisa
berdiri dan mengeras. Kami terus mencoba, namun tetap tidak berhasil.
Wajah Audrey semakin terlihat frustasi, namun nafsu seksnya masih
menggebu-gebu bahkan aku lihat tiap menit semakin bertambah. Tiba-tiba
connecting door kamar kami terbuka dan Wen masuk ke dalam kamar kami
dengan hanya menggunakan jubah tidur. Aku dan Audrey sangat kaget.
Audrey langsung menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
“Maaf, mungkin saya bisa membantu kalian” kata Wen tiba-tiba.
“Pak Wen, harap keluar dari kamar kami” sahut Audrey dengan sedikit membentak.
Wen bukannya keluar kamar kami, tapi malah duduk dipinggir tempat tidur
kami dan berkata “Saya melihat suamimu sedang dalam masalah, saya hanya
ingin membantu”
“Apa maksudnya? Jangan kurang ajar!” sahut Audrey dengan keras.
“Tenang, saya hanya ingin membantu. Kita akan berpesta malam ini” kata Wen tegas.
Aku melihat Audrey sedikit takut mendengar bentakan Wen.
“Coba kita tanya suamimu apa pendapatnya” bentak Wen lagi kepada Audrey.
Aku sekarang menyadari inilah rencana Wen untuk dapat meniduri Audrey.
Dan aku ingin sekali melihat Audrey ditiduri pria lain, maka akupun
mengikuti permainan Wen.
“Terserah apa maunya Pak Wen, kami akan menuruti” kataku kepada Wen.
“Tom, aku tidak mau, apa-apan in….” Audrey belum menyelesaikan
kata-katanya, tiba-tiba Wen menarik selimut yang menutupi tubuh Audrey
dan dengan cekatan tangan kanannya memegang kedua tangan Audrey dan
menariknya ke atas kepala Audrey, sedangkan tangan kirinya menangkap
kedua kaki Audrey.
Wen kemudian memerintahkanku untuk memegang pergelangan kedua kaki
Audrey dan membukanya lebar-lebar. Akupun menuruti sehingga posisi
Audrey sekarang tiduran dalam dalam bentuk menyerupai Y terbalik.
“Tom, jangan bantu dia tapi bant…..uuggghhh…..” terhenti kata-kata
Audrey ketika Wen mulai menciumi kedua payudaranya berukuran pas sesuai
dengan ukuran badannya, sedangkan tangan kiri Wen yang bebas sudah
menggerayangi vagina Audrey.
“Mmmhh… saya tahu kamu sudah nafsu berat, jangan melawan, nikmati saja”
bisik Wen kepada Audrey sambil terus menjilati kedua payudara Audrey.
“Tom, apa yang kamu lakukan” desah Audrey sambil memandang sayu kepadaku.
Aku tidak menjawab atau lebih tepatnya pura-pura tidak mendengar.
Terlihat dimuka Audrey bahwa dia sudah sangat terangsang karena ciuman
dan jilatan-jilatan Wen dikedua payudaranya serta tangan kiri Wen yang
memainkan klitorisnya. 15 menit diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey
mulai mengeluarkan erangan-erangan dan rintihan-rintihan pelan, perut
dan pinggangnya mulai bergerak mengikuti irama permainan jari wen di
klitorisnya. Mata Audrey semakin sayu, matanya mulai merem melek.
Kemudian Wen menghentikan ciumannya di kedua payudara Audrey dan berkata
“Gimana Tom, kamu lihat sendiri istrimu mulai menikmatinya”
“Sebentar lagi dia akan menikmati malam yang paling menakjubkan bagi
dirinya” tambah Wen sambil tetap memaikan klitoris Audrey dengan
jarinya.
“Coba kamu pangku istrimu di pinggir kasur, pegang dan buka kakinya
lebar-lebar. Aku ingin menikmati vagina istrimu yang sudah basah ini”
perintah Wen kepadaku kemudian.
Aku menuruti apa yang diperintahkan Wen. Aku angkat Audrey dan aku
duduk dipinggir kasur sambil memangku Audrey. Aku pegang dan buka kaki
Audrey lebar-lebar sehingga sekarang Audrey posisinya dipangku olehku
dan mengangkang lebar sehingga menyerupai huruf “M”. Audrey sudah tidak
melawan lagi, tubuhnya yang lemas menuruti apa yang aku lakukan
terhadapnya. Audrey hanya memandangku sayu tanpa berkata apa-apa lagi.
Kemudian Wen berlutut dilantai dipinggir kasur. Wen memandang Audrey dan
berkata
“Wow indah sekali vaginamu Audrey, pasti banyak laki-laki yang ingin memcobanya”.
Audrey hanya memandang Wen dengan sayu dan tidak menjawab. Wen kemudian
mulai menjilati vagina Audrey yang disertai erangan dari Audrey. Audrey
hanya bisa memandang Wen menjilati vaginanya, Audrey mulai menggigit
bibirnya sendiri tanda dia makin terangsang, kadang-kadang dia
memandangku seakan-akan untuk memastikan bahwa aku tidak apa-apa kalau
dia terangsang oleh pria lain. Kemudian tangan Wen membuka vagina Audrey
dengan tangan kirinya. Hal ini membuat Audrey yang sedang memandang
sayu kepadaku kaget dan melihat ke bawah kearah vaginanya.
“Jangan…” desah Audrey pelan.
“Tenang cantik… ini akan enak sekali” sahut Wen dengan kasar dan tegas.
Kemudian Wen memasukkan kedua jarinya ke dalam vagina Audrey dan
menggerakkannya keluar masuk dan memutar disertai jeritan kecil Audrey.
Lalu kembali menjilati vagina Audrey dan memainkan klitoris Audrey
dengan lidahnya tanpa menghentikan kegiatan jarinya di vagina Audrey.
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan Audrey semakin keras, badan dan
pinggulnya bergerak mengikuti permainan Wen di vaginanya. 15-30 menit
diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey terlihat mulai mendekati
orgasmenya, erangannya semakin keras, goyangan badannya juga semakin
keras dan tidak beraturan. Sampai pada akhirnya tubuh Audrey mengejang
hebat, matanya tertutup rapat dan kepalanya mendongak ke atas.
“UUUGGGHHHHH…….” erang Audrey keras menandakan dia mengalami orgasme
yang hebat. Cairan keluar dari vaginanya, cairan tersebut sedikit
memuncrat. Tidak pernah kau melihat Audrey mengalami orgasme yang
sedemikian hebat, apalagi hanya karena dijilati vaginanya. 3 menit
lamanya Audrey dipuncak orgasme. Namun anehnya setelah orgasmenya
berlalu Audrey tidak lemas, matanya malah berbinar dan wajahnya
tersenyum nakal kepada Wen.
“Istrimu sudah siap disetubuhi. Obat yang saya berikan dalam minumannya
bekerja dengan baik dan cocok untuk dirinya. Istrimu siap untuk
bersetubuh sepanjang malam. Setiap habis orgasme badannya akan terasa
semakin segar dan nafsu seksnya semakin menggila” kata Wen menjelaskan
kepadaku karena melihat aku heran dengan keadaan Audrey.
“Sekarang kamu, duduk saja di sofa itu dan menonton istrimu kusetubuhi.
Aku lihat kemaluanmu mulai bisa bangun lagi, artinya obat yang kucampur
di birmu mulai hilang, sehingga kamu bisa menikmati tontonan yang akan
aku dan istrimu berikan spesial untukmu” perintah Wen kepadaku.
Aku menuruti Wen dan pindah ke sofa di samping tempat tidur. Wen
mengangkat tubuh Audrey dan menelentangkannya di tengah tempat tidur.
Wen kemudian melepaskan baju tidurnya. Ternyata di balik baju tidur
tersebut Wen sudah tidak mengenakan apapun lagi, sehingga sekarang Wen
dan Audrey berdua telanjang bulat di kasur. Audrey terlihat kaget
melihat penis Wen. Penis Wen sangat besar, panjang, tebal dan berurat.
Kemudian Wen mendekati kepala Audrey. Wen berlutut mengangkangi muka
Audrey. Tangan kirinya mulai meraih vagina Audrey. Audrey yang merasa
ada tangan di vaginanya langsung membuka kakinya lebar-lebar. Wen
mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Audrey, dan Audreypun tanpa
diperintah membuka mulutnya lebar-lebar, dan Wen kemudian mulai
memasukkan kemaluannya yang besar keluar masuk mulut Audrey yang mungil.
Terlihat mulut Audrey kesulitan untuk menerima penis yang besar itu,
namun Wen dengan sedikit kasar memaksakan penisnya keluar masuk mulut
Audrey. Terlihat mulut Audrey penuh oleh penis Wen. Audrey kelihatan
kepayahan namun tetap berusaha mengikuti maunya Wen. Kemudian Wen
memerintahkan Audrey menjulurkan lidahnya keluar dengan tetap membuka
mulutnya, dan Audrey menuruti apa maunya Wen, sehingga sekarang penis
Wen keluar masuk mulut Audrey dan lidah Audrey menjilati batang penis
Wen.
Sungguh suatu hal yang menakjubkan yang terjadi di depan mataku. Audrey
yang biasanya paling tidak mau melakukan oral seks sekarang menuruti
kemauan pria tua gendut yang sebenarnya tidak begitu dikenalnya. 10
menit kemudian penis Wen sudah terlihat sangat kencang, kemudian Wen
menurunkan badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Audrey.
Mengetahui apa yang akan dilakukan Wen, Audrey membuka makin lebar kedua
kakinya. Wen kemudian dengan perlahan memasukkan penisnya yang besar ke
dalam vagina Audrey secara perlahan. Audrey terlihat menahan sakit
ketika penis Wen mulai memasuki vaginanya, namun raut mukanya segera
berubah menjadi raut muka takjub ketika penis Wen telah seluruhnya masuk
ke vaginanya. Mungkin Audrey tidak menyangka vaginanya dapat menampung
seluruh penis Wen yang sangat besar dan panjang itu. Setelah penis Wen
masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Wen tidak langsung
menggenjotnya, namun Wen menunggu beberapa saat agar Audrey terbiasa
dengan penisnya yang besar di dalam vaginanya. Satu menit kemudian Wen
mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala penisnya
di dalam vagina Audrey, kemudian Wen memasukkan seluruh penisnya kembali
secara perlahan ke dalam vagina Audrey dan hal tersebut dilakukannya
berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya makin lama makin cepat.
Audrey terlihat sangat menikmati permainan dan gerakan Wen, matanya
berbinar, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya yang mungil,
pinggulnya bergerak mengikuti irama permainan Wen dan kadang-kadang
Audrey menciumi dada Wen yang ditumbuhi bulu sangat lebat itu. Tempo
permainan dan genjotan penis Wen di dalam vagina Audrey semakin cepat,
racauan Audrey semakin kencang, matanya merem melek menikmati
genjotan-genjotan penis Wen di vaginanya. Wen yang mengetahui Audrey
sangat menikmati persetubuhannya makin mempercepat gerakannya. Wen
menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting kedua payudara Audrey
secara bergantian. Audrey diperlakukan demikian semakin hanyut dalam
nafsu birahinya, racauannya semakin keras lagi, mulutnya terbuka,
matanya terpejam dan kedua tangannya meremas-remas sprei tempat tidur.
20 menit kemudian tubuh Audrey, Audrey, mulai mengejang, tanda dia akan
mengalami orgasme yang hebat.
“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Audrey.
Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung ke
belakang, kedua kakinya diapitkan di pinggul Wen dan kedua tangannya
merangkul leher Wen dengan kencang.
“OOOOhhhhh……” lolong Audrey ketika dia dipuncak orgasmenya, dan
kemudian badannya sedikit melemas dan Audrey langsung menciumi bibir Wen
dan mereka berdua berciuman dengan ganasnya, lidah Audrey dan lidah wen
saling berpautan, hal yang tidak pernah dilakukan Audrey terhadapku.
Melihat adegan live Audrey dan Wen membuat penisku menegang dengan
keras. “Akhirnya kahayalanku menjadi kenyataan” pikirku dalam hati.
Setelah beberapa menit berciuman, Wen kemudian memindahkan posisi
Audrey sehingga Audrey sekarang tiduran sambil menyamping menghadap ke
arah diriku di sofa. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Audrey. Wen
memindahkan tubuhnya ke belakang Audrey sehingga sekarang mereka berdua
tidur menyamping menghadap diriku dengan Audrey didepan dan Wen di
belakangnya. Wen kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang sangat
besar itu di vagina Audrey. Tangan kiri Audrey dilipatnya ke belakang
sehingga tangan kiri Wen dapat dengan bebas memijat-mijat kedua payudara
Audrey. Wen menggenjot penisnya dalam vagina Audrey dengan cepat,
tangan kirinya bergantian memijat kedua payudara Audrey dan klitoris
Audrey. Audrey kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat
sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Audrey mengangkat kaki
kirinya ke atas, sehingga terlihat olehku vaginanya yang mungil penuh
sesak oleh penis Wen yang besar dan panjang itu. Sekitar 40 menit Wen
telah menyetubuhi Audrey dengan gaya menyamping, gerakan-gerakannya
semakin ganas. Audrey tergoncang-goncang dengan hebatnya,
racauan-racauan Audrey sudah berubah menjadi terikan-teriakan
kenikmatan. Gelombang demi gelombang orgasme melanda Audrey, namun Wen
masih dengan semangatnya menyetubuhi Audrey dan belum ada tanda-tanda
bahwa Wen akan orgasme, sedangkan aku saja sudah dua kali mengalami
orgasme melihat Audrey disetubuhi oleh Wen dengan ganasnya. Wen yang
belum puas dengan Audrey kembali mengubah posisi Audrey lagi. Kali ini
Audrey dimintanya tengkurap menungging dengan kepala menghadap diriku di
sofa, dan kemudian Wen menyetubuhi Audrey dengan gaya doggy style, hal
mana yang belum pernah dilakukan oleh diriku dan Audrey karena Audrey
selalu menolaknya, namun dengan Wen, Audrey dengan senang hati
menurutinya. Wen menggenjot vagina Audrey dari belakang dengan tempo
yang berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan
genjotannya seperti slow motion dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat
Audrey semakin tidak bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan
bergerak ke kanan kiri tidak beraturan. Tangan Audrey kembali
meremas-remas sprei tempat tidur dengan kencangnya, racauan-racauan dan
teriakan-teriakan Audrey semakin membahana di kamar itu.
Kemudian tangan kiri Wen meraih rambut Audrey, menjambaknya dan
menariknya ke belakang sehingga kepala Audrey mendongak ke atas.
Genjotan penis Wen dalam vagina Audrey masih dalam tempo yang
berubah-ubah, tangan kanan Wen kadang-kadang menampar kedua pantat
Audrey bergantian. Kepala Audrey terdongak ke atas, kedua matanya
terpejam rapat dan mulutnya terbuka lebar. Audrey sudah tidak dapat lagi
bergerak mengikuti permainan Wen, tubuhnya hanya tergoncang-goncang
keras karena sodokan-sodokan penis Wen ke dalam vaginanya.
Gelombang-demi gelombang orgasme kembali melanda Audrey. Setiap
mengalami orgasme tubuh Audrey mengejang untuk beberapa menit dan dari
vaginanya sedikit memuncratkan cairan kewanitaannya, hal mana tidak
pernah terjadi apabila Audrey bersetubuh denganku. Setiap setelah
mengalami orgasme, tubuh Audrey terlihat melemas untuk beberapa saat,
namun tidak lama kemudian terlihat tubuh Audrey menjadi segar kembali
dan siap menerima genjotan-genjotan ganas penis Wen yang besar di dalam
vaginanya. “Ini pasti karena obat yang diberikan Wen dalam minuman
istriku” pikirku dalam hati melihat stamina Audrey yang sangat kuat
malam itu. Kedua tangan Wen kemudian meraih kedua tangan Audrey dan
menarikanya ke belakang, sehingga tubuh Audrey sedikit terangkat ke atas
dengan kedua lututnya masih bertumpu pada kasur, dan Wen menggerakan
penisnya yang besar keluar masuk secara pendek-pendek dan dalam tempo
yang sangat cepat pada vagina Audrey. Teriakan-terikan nikmat Audrey
semakin gencar karena diperlakukan demikian, mata Audrey masih tertutup
rapat dengan mulut terbuka lebar.
“Buka matamu Audrey dan pandang suamimu!” perintah Wen dengan tegas.
Audrey menuruti apa yang diperintahkan Wen sehingga Audrey sekarang melihat diriku duduk di sofa sambil bermastrubasi.
“Lihat Audrey, suamimu sangat menikmati melihat kamu disetubuhi pria lain” sahut Wen kepada Audrey.
“Kamu suka disetubuhi pria lain?” Tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab, mungkin dia malu, namun raut wajahnya tidak bisa
membohongi diriku. Terlihat sekali dia sangat menyukai dan menikmati
persetubuhannya dengan Wen.
“Jawab!!!” hardik Wen dengan tiba-tiba kepada Audrey sambil mempercepat genjotan penisnya dalam vagina Audrey.
“Aaagh….suu…ka….” sahut Audrey dengan terbata-bata karena sambil menikmati penis Wen dalam vaginanya.
“Enakan mana Audrey? suamimu atau saya” tanya Wen lagi sambil penisnya menggenjot dengan kasar vagina Audrey.
“Ee..naa….enak saaamaa pak…uughhh….wen” jawab Audrey sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Mau kamu saya setubuhi kapan saja saya mau” tanya Wen lagi dengan kasar.
“Maaa…..uuuuu….ppaak weeen….” jawab Audrey sambil tubuhnya mengejang tanda Audrey mengalami orgasme lagi.
Dengan tetap memegang kedua tangan Audrey ke belakang, Wen menghentikan
gerakannya untuk beberapa saat dan membiarkan Audrey menikmati
orgasmenya. Setelah beberapa saat Wen kembali menggenjot vagina Audrey
dengan kencang, membuat nafsu seks Audrey kembali bergelora. Benar-benar
takjub aku melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan Audrey dan
Wen. Audrey yang cantik dengan kulitnya yang putih mulus dengan setia
melayani nafsu binatang seorang tua bangka bermuka jelek dan berperut
gendut.
“Audrey, lihat suamimu sangat menikmati kamu disetubuhi olehku. Boleh
suamimu menonton setiap kali kamu saya setubuhi?” tanya Wen dengan
sedikit nada memerintah kepada Audrey.
“Boo…leehhh….aaagghh….paak…ugg ghhh…wen” jawab Audrey sambil meracau kenikmatan.
Melihat Audrey menurut dan tunduk sepenuhnya pada Wen membuat penisku
kembali memuncratkan sperma untuk kesekian kalinya dan sedikit mengenai
bibir atas Audrey. Melihat hal itu Wen memerintahkan Audrey menjilat dan
menelan spermaku yang menempel dibibir atasnya, dan yang menakjubkan
adalah tanpa pikir panjang Audrey menuruti apa yang diperintahkan Wen
padahal aku tahu Audrey biasanya paling jijik dengan sperma apalagi
harus menjilat dan menelannya. 20 menit sudah semenjak aku mencapai
orgasmeku. Aku sudah terlalu capek untuk bermastrubasi lagi, namun
Audrey masih dihajar vaginanya dengan ganas dari belakang oleh Wen dan
Audrey sudah mengalami orgasme-orgasme yang sangat dahsyat. Beberapa
saat kemudian Wen terlihat mulai akan orgasme. Rupanya Audrey
menyadarinya.
“Uugh…aaghhh…pak wen…jaaa…ngaaan…keluar aaggghh… di dalam” pinta Audrey sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Naaan…tiii aaaggghhh…saya….hamil….” tambah Audrey lagi dengan tetap merintih-rintih penuh nikmat.
“Kalau tidak boleh di dalam, berarti harus keluar di mulutmu ya Audrey,
dan harus ditelan semua tidak boleh ada yang tercecer keluar” kata Wen
kepada Audrey.
“Iii…yaaaaa….paaak weeeeen……di mulut saya…AAAAGHHHHH, adduuuuhhhhh
niiikkmaaattt sekali pak weeeeennn…aampunnnn…nikmat……” teriak Audrey
sambil orgasme lagi.
Kemudian Wen membalikkan tubuh Audrey sehingga Audrey terlentang di
kasur. Wen kembali mengangkangi Audrey dan menjambak rambut Audrey
dengan kasar dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Audrey.
“Telan…telan semua…jangan sampai ada yang keluar” perintah Wen kepada Audrey.
Terlihat penis Wen yang besar berdenyut dengan keras, sedangkan mulut
Audrey menghisap-hisap penis Wen dan terlihat tenggorokan Audrey
bergerak-gerak tanda Audrey sedang menelan sesuatu dalam jumlah yang
banyak. Wen menumpahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey dan
Audrey menelan setiap tetes sperma Wen yang masuk ke dalam mulutnya.
Setelah beberapa saat Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut
Audrey.
“Bersihkan…jilat sampai bersih…!” kembali Wen memerintahkan Audrey yang langsung dituruti oleh Audrey.
Selagi Audrey menjilat-jilati penis dan biji Wen, Wen bertanya kepadaku
“Boleh pinjam istrimu malam ini? Aku terkesiap mendengar permintaan
Wen. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Melihat aku tidak menjawab, Wen berkata lagi kepadaku “Audrey
kelihatannya sangat menyukai aku setubuhi, dan obat yang aku berikan
kepadanya masih bekerja, sehingga Audrey masih ingin dipuaskan nafsu
seksnya.
“Bagaimana Audrey” tanya Wen kemudian kepada Audrey. Audrey sambil
tetap menjilati penis Wen hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda
membenarkan apa yang dikatakan Wen kepadaku.
Melihat Audrey memberikan persetujuannya maka akupun mengiyakan
permintaan Wen. Wen kemudian menyruh Audrey pindah ke kamar sebelah dan
Audrey menuruti permintaan Wen.
“Tom, kamu istirahat saja di kamar ini, aku dan Audrey ada di kamar
sebelah. Connecting door akan tetap terbuka, sehingga kapan saja kamu
ingin melihat istrimu disetubuhi olehku, kamu dapat masuk ke kamar
sebelah’ kata Wen kepadaku.
Aku hanya mengganggukan kepala tanda setuju, dan kemudian Wen
meninggalkan aku dikamar sendirian dan Wen pindah ke kamar sebelah
menyusul Audrey. Aku sudah terlalu capek untuk membersihkan badan atau
berpakaian. Aku langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhku
dengan selimut yang masih sedikit basah bekas cairan kewanitaan
Audrey….dan beberapa saat kemudian mulai terdengar rintihan-rintihan
nikmat Audrey dari kamar sebelah menandakan Wen dan Audrey sudah mulai
lagi dengan persetubuhan mereka…namun aku terlalu capek untuk beranjak
dari kasur….dan kemudian terlelap….
Sinar Matahari tepat jatuh dimataku, ketika aku mulai bangun dari
tidurku. Melihat posisi matahari dari jendela kamar itu, aku menyadari
bahwa hari telah siang. Aku gerakan badanku dikasur untuk membangunkan
diriku. Keadaanku masih telanjang bulat dan aku masih terkesima dengan
apa yang telah terjadi tadi malam. Rintihan-rintihan dan erangan-erangan
nikmat Audrey dari kamar sebelah, membuat diriku terbangun dari
lamunanku.
“Ah, gila mereka, apa mereka masih bersetubuh terus” pikirku dalam hati.
“Apakah mereka melakukan persetubuhan secara non-stop sepanjang malam?” pikirku lagi.
Rasa lapar mulai terasa diperutku, dan aku mulai berpakaian.
Rintihan-rintihan nikmat Audrey di tidak menggugahku untuk ke kamar
sebelah. Namun ketika kakiku melangkah ke pintu kamar karena aku ingin
ke dapur mencari makan, terdengar kegiatan di kamar sebelah sedikit aneh
dan mengusik rasa ingin tahuku. Aku sepertinya mendengar lebih dari 2
orang di kamar sebelah. Maka akupun mengurungkan niatku untuk keluar
kamar dan akupun melangkahkan kakiku ke connecting door yang
menghubungkan kamarku dengan kamar sebelah. Betapa kagetnya ketika aku
masuk ke dalam kamar sebelah tersebut. Aku melihat 2 wanita muda yang
tadi malam bersama Audrey sedang duduk disofa panjang di sebelah tempat
tidur di kamar itu sambil tertawa-tawa kecil menonton adegan yang sedang
berlangsung di tempat tidur tersebut. Lebih kaget lagi ketika aku
menyadari apa yang sedang terjadi di tempat tidur. Istriku Audrey,
sedang disetubuhi oleh Wen dan salah seorang tamu Wen yang tadi malam
menginap di villa!!! Posisi Audrey bertumpu pada kedua lutut dan kedua
tangannya dengan pantat yang sedikit menungging ke belakang. Terlihat
tamu Wen tersebut, seorang pria tua berumur sekitar 60 tahunan berbadan
besar dan buncit dengan bulu yang lebat memenuhi sekujur tubuhnya sedang
menyetubuhi Audrey dengan kasar dari belakang. Sedangkan Wen yang
tangan kanannya sedang menjambak rambut Audrey yang sekarang telah
dikuncir buntut kuda terlihat asyik menggenjot penisnya dengan kasar di
dalam mulut Audrey.
“Ah, kamu sudah bangun Tom” kata Wen ketika melihat diriku masuk ke dalam kamar.
“Silahkan duduk Tom” kata Wen lagi sambil mempersilahkan aku duduk di
sofa di antara kedua wanita yang sedang menonton Audrey disetubuhi dua
laki-laki tua itu.
“Ini namanya Pak Lam, dia ini salah satu sahabatku” kata Wen kemudian
sambil memperkenalkan pria tua yang sedang menyetubuhi Audrey dengan
kasar dari belakang. Yang disebut Pak Lam hanya menengok sebentar sambil
melambaikan sebelah tangannya kepadaku dan kemudian melanjutkan
kegiatannya pada Audrey.
“Aku selalu berbagi apapun dengannya. Vagina Audrey sangat nikmat untuk
disetubuhi, sehingga aku harus membaginya kepada sahabat tuaku ini biar
dia juga tahu betapa nikmatnya istrimu ini. Aku harap kamu tidak
keberatan ya Tom. Toh istrimu tidak keberatan, malah suka…” kata Wen
sambil terkekeh kecil.
“Audrey, kamu suka disetubuhi Pak Lam kan?” tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab. Audrey terlihat sedang asyik sendiri menikmati persetubuhannya.
“Hahaha…wanita cantik ini rupanya sudah dalam kenikmatannya sendiri”
tawa Wen sambil melihat Audrey yang sedang menikmati setiap genjotan
penis Lam dan penis Wen.
Aku yang masih shock hanya menuruti perintah Wen dan duduk di sofa di antara kedua wanita muda tersebut.
“Ladies, tolong bantu sang suami tercinta ini agar dapat menikmati
istrinya disetubuhi oleh 2 pria sekaligus” perintah Wen kepada kedua
wanita yang duduk disamping kiri dan kananku.
Mendengar perintah Wen, kedua wanita muda itu langsung membuka dan
melepaskan celana dan celana dalamku. Kemudian mereka berdua dengan
tetap sesekali menonton adegan Audrey dengan Lam dan Wen mulai menjilati
penisku secara bergantian, membuat penisku langsung berdiri dengan
tegak. Di atas tempat tidur aku melihat Audrey sedang disetubuhi
habis-habisan oleh kedua pria tua itu. Mereka memperlakukan Audrey
dengan kasar, namun terlihat Audrey meskipun kepayahan melayani nafsu
kedua pria tersebut, Audrey nampak menikmatinya. Semakin Audrey
diperlakukan kasar oleh kedua pria tua itu, semakin nampak Audrey
menikmatinya. Rintihan-rintihan Audrey semakin keras apabila Lam dan Wen
menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Audrey dengan
kasar. Sambil sesekali menampar kedua belahan pantat Audrey dengan
tangan kirinya, Lam menggenjot penisnya di vagina Audrey dari belakang
dengan cepat dan kasar. Kemudian tangan kanannya melingkar di pinggul
Audrey dan terus ke arah vagina Audrey dari arah depan sehingga
jari-jari tangannya dapat memainkan klitoris Audrey. Audrey tanpa sadar
mengangkat kaki kanannya sehingga posisinya sekarang seperti anjing yang
sedang kencing untuk memberikan akses yang lebih luas bagi jari-jari
tangan Lam di vagina Audrey. Dengan posisi satu kaki mengangkang ke
atas, aku dapat melihat ternyata bulu-bulu di sekitar vagina Audrey
telah dicukur habis. Aku tidak tahu kapan mereka mencukur habis
bulu-bulu di sekitar vagina Audrey, mungkin tadi malam ketika aku sudah
tidur. Rupanya mereka telah berpesta seks sepanjang malam. Vagina Audrey
terlihat putih mulus tanpa sehelai bulupun dengan bibir vaginanya
terlihat sedikit berwarna merah muda tanda vagina itu telah digenjot
habis sepanjang malam. Ketika jari-jari tangan Lam mulai mempermainkan
vagina Audrey dan mencubit-cubit kecil klitoris Audrey, tubuh Audrey
bergoyang hebat, pinggulnya, badannya naik turun tidak beraturan.
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmat keluar dari mulut Audrey.
Wen sekarang menggunakan kedua tangannya untuk menjambak rambut Audrey
sehingga dapat membuatnya semakin kencang menyetubuhi mulut Audrey.
Diperlakukan demikian, Audrey semakin bergoyang-goyang,tubuhnya
meliuk-liuk karena ditekan dari belakang dan dari depan. Racauan dan
rintihannya semakin keras, matanya tidak berkedip dan selalu memandang
ke arah muka Wen. Lam dan Wen semakin mempercepat gerakannya sehingga
Audrey benar-benar tergoncang-goncang hebat. Audrey terlihat bermaksud
menurunkan kaki kanannya agar lebih memudahkannya menerima
hajaran-hajaran penis Lam dan Wen di vagina dan mulutnya. Namun hal itu
tidak dapat dilakukannya karena terhalang tangan kanan Lam yang telah
benar-benar menggenggam vagina Audrey, terutama klitorisnya. Melihat
adegan live didepan mataku, aku orgasme dengan cepat, dan kedua wanita
muda yang melayani aku menghisap dan menelan seluruh spermaku sampai
habis. Melihat aku sudah orgasme, Wen kemudian memerintahkan salah satu
wanita disebelahku untuk mengambil sesuatu
“Ambil pil yang biasa di laci itu” kata Wen memerintahkan wanita
tersebut sambil menunjuk salah satu laci disamping tempat tidur.
Wanita yang disuruh Wen, mengeluarkan sebuah botol dari laci tersebut,
membukanya, dan mengeluarkan sebuah pil serta kemudian menyerahkannya
kepada Wen.
“Buka mulutmu Audrey, telan pil ini supaya kamu tidak hamil, Lam ingin
memuntahkan spermanya dalam vaginamu. Saya juga ingin orgasme dalam
vaginamu, bosan saya orgasme dalam mulutmu terus sepanjang malam”
perintah Wen kepada Audrey.
Kemudian Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Audrey dan
memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Audrey yang langsung ditelan
Audrey tanpa menggunakan air sedikitpun. Setelah itu Wen kembali
menjambak rambut Audrey dan kembali melanjutkan genjotan penisnya pada
mulut Audrey. 20 menit telah berlalu, namun aku melihat baik Audrey, Wen
maupun Lam belum ada yang orgasme. Terus terang terkejut aku melihat
perubahan pada diri Audrey. Audrey tidak orgasme-orgasme, tidak seperti
tadi malam yang dengan mudahnya dia mencapai orgasme berulang-ulang.
Tatapan mata Audrey terlihat sangat sayu dan sedikit kosong, namun dari
rintihan-rintihannya aku tahu dia lebih menikmati persetubuhannya saat
ini daripada persetubuhannya tadi malam. Melihat raut wajahku yang penuh
tanda Tanya, Wen kemudian menjelaskan kepadaku apa yang telah terjadi.
“Tadi pagi Audrey saya beri obat ramuan China. Obat ini membuat Audrey
lebih lama mencapai orgasme, ini agar Audrey dapat mengimbangi kami
sehingga tidak cepat lelah. Namun dengan obat ini otot vagina Audrey
akan semakin kencang sehingga jepitannya pada penis yang masuk ke dalam
vaginanya akan semakin kuat dan hal ini membuat Audrey dan siapapun pria
yang menyetubuhinya merasa lebih nikmat. Setiap gesekan penis dalam
vagina Audrey akan berpuluh-puluh kali lipat lebih terasa nikmat bagi
Audrey dan pria tersebut” kata Wen menjelaskan kepadaku.
“Lihat Audrey sekarang sudah benar-benar menikmati setiap gesekan penis
Lam dalam vaginanya, bahkan dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia
tidak begitu sadar akan sekelilingnya lagi, hanya kenikmatan dan
kenikmatan yang dia rasakan saat ini. Dipikirannya hanya ada rasa
kenikmatan yang amat sangat dan tidak ada rasa yang lain selain
kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang Audrey rasakan saat ini sudah
menguasai dan menghipnotis seluruh badan dan pikirannya” tambah Wen
kepadaku.
“Tom, kamu lihat nanti waktu istrimu mengalami orgasme. Kamu akan lihat
bagaimana seorang wanita mengalami orgasme yang super dahsyat. Kamu
pasti tidak akan menyangka bahwa istrimu bisa orgasme sehebat yang nanti
kamu akan lihat” lanjut Wen kepadaku.
45 menit telah berlalu, ketika aku melihat perubahan pada diri Audrey.
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmatnya mulai memelan, namun
badannya semakin bergoyang-goyang dengan kencang dan tidak beraturan.
Lam dan Wen semakin gencar menggenjot penisnya masing-masing dalam
vagina dan mulut Audrey, membuat Audrey sulit untuk tetap bertumpu pada
kedua tanganya dan satu lututnya. Badan Audrey benar-benar bergoncang
hebat karena tekanan dari belakang dan dari depan disertai goyangan
badannya sendiri yang semakin tidak beraturan. Mata Audrey tetap
memandang kearah wajah Wen dengan sekali-kali mendelik-delik. Kedua
tangannya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan badannya, namun
jambakan Wen pada rambutnya membuat Audrey tidak tersungkur ke kasur.
Suara Audrey semakin pelan bahkan sekarang hampir tidak terdengar sama
sekali, tangannya yang sudah tidak kuat menumpu badannya dan mulai
mencari pegangan lain. Kedua tangan Audrey terlihat berusaha memegang
kedua sisi pinggul Wen, kemudian beralih ke kedua tangan Wen yang sedang
menjambak rambutnya, lalu kembali kasur menumpu badannya dan begitu
seterusnya terlihat Audrey sedang mencari posisi yang enak untuk menumpu
badannya yang bergoyang hebat dan dihajar dari depan dan belakang oleh
Wen dan Lam.
“Right on time. She is nearly there, I also nearly there” sahut Lam tiba-tiba kepada Wen.
Mendengar itu Wen hanya tersenyum kemudian Wen berpaling kepada kedua wanita muda yang sedang menemaniku.
“Kalian berdua kesini, bantu Audrey agar tetap pada posisinya, agar Pak
Lam bisa menikmati orgasmenya dengan lancar” perintah Wen kepada kedua
wanita itu.
Kedua wanita yang diperintah Wen kemudian naik ke kasur dan
memposisikan diri mereka masing-masing berlutut disamping kiri dan kanan
Audrey. Kemudian kedua wanita tersebut meraih masing-masing pundak
Audrey dari arah bawah sehingga sekarang tangan-tangan kedua wanita
tersebut masing-masing menumpu pundak Audrey, membuat kedua tangan
Audrey terbuka kearah kiri dan kanan. Sudah tidak terdengar suara
rintihan Audrey. Badan Audrey juga bergerak memelan namun terlihat
Audrey berusaha memundurkan pinggulnya agar penis Lam makin masuk jauh
ke dalam vaginanya. Gerakan Audrey yang pelan meliuk-liuk terlihat
sangat kontras dengan gerakan Lam dan wen yang semakin ganas menggenjot
penisnya masing-masing ke dalam vagina dan mulut Audrey.
“Tom, sini naik ke kasur agar kamu bisa melihat dengan jelas. Istrimu sebentar lagi akan orgasme yang hebat” kata Wen kepadaku.
Tanpa menunggu lagi akupun segera naik ke kasur agar bisa melihat
Audrey dari dekat dan dengan jelas. Lam kemudian melepaskan tangan
kanannya dari klitoris Audrey sehingga kali Audrey bisa turun dan kedua
lututnya bisa kembali menumpu badannya. Lam lalu sedikit berjongkok
serta kedua tangannya meraih pinggul Audrey. Dengan posisi demikian Lam
bisa dengan lebih leluasa menggenjot penisnya dengan keras ke dalam
vagina Audrey. Kira-kira sepuluh menit kemudian, badan Audrey makin
meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan serta menekan ke belakang ke arah penis
Lam.
“Ooh, this baby still want it more, although my dick has reached the
inside end of her vagina” kata Lam yang merasa Audrey terus menekan
pinggulnya ke belakang ke arah penisnya.
“Your vagina is not deep enough darling, but if you want it, I’ll give
it to you” lanjut Lam sambil menghentikan genjotannya dan menarik
pinggul Audrey kebelakang dan secara bersamaan memajukan pinggulnya
sendiri ke depan dan kemudian membiarkannya dalam keadaan begitu.
Ditekan dari belakang dengan keras sampai ke ujung vaginanya, membuat
mata Audrey mendelik. Kemudian Wen mengeluarkan penisnya dari mulut
Audrey dan melepaskan jambakan tangannya di rambut Audrey sehingga
sekarang kepala Audrey bebas bergerak.
“She is all yours, Lam” kata Wen kepada Lam.
“Ooh, she is real good, look at her hips moving, she knows how to
please a man” sahut Lam merasakan goyangan meliuk-liuk pinggul Audrey.
“Her vagina is very tight, my dickhead being played by her wall end of
vagina. Damn..this girl is good” lanjut Lam sambil merasakan ujung
penisnya bergesekan pada bagian yang paling dalam dari vagina Audrey.
Audrey terus memainkan penis besar Lam dalam vaginanya. Pinggul Audrey
naik turun dan memutar-mutar secara perlahan ditambah tekanan pinggul
Lam dari belakang dan tangan Lam yang menarik pinggul Audrey ke
belakang, membuat kedua manusia yang meskipun berbeda umur sangat jauh
menjadi satu kesatuan dan sama-sama menikmati persetubuhan mereka.
Sepuluh menit kemudian, Audrey memejamkan matanya, jari-jari tangannya
membuka dan mengepal secara perlahan, mulutnya terbuka lebar, goyangan
pinggulnya menjadi patah-patah.
“Oh, she is coming, let us come together baby…!!!!’ sahut Lam dengan keras.
Seperti mengerti perintah Lam, Audrey menghentikan goyangannya,
pinggulnya secara keras didorongnya ke belakang, kepalanya terdongak ke
atas dengan mulut terbuka lebar, seluruh badannya menegang dan terdengar
desahan kecil Audrey.
“Oohh… this is goooood…..I am in heaven….” desah Audrey pelan.
Bersamaan dengan itu Lam memuntahkan spermanya di dalam vagina Audrey.
“Take that bitch…., you like being fill up with cum you little whore!”
teriak Lam sedikit keras sambil terus memuntahkan spermanya di dalam
vagina Meda.
“Oooh… yeeesss… fill me up….oohhhh…this is too good….I am your whore, your little whore” desah Audrey sangat pelan.
Kembali sesuatu yang menakjubkan terjadi didepan mataku, sudah 10 menit
berlalu tapi Nampak orgasme Audrey belum turun juga. Audrey masih terus
dipuncak kenikmatan. Ketika Wen melepaskan pegangannya pada pinggul
Audrey dan mulai menarik penisnya keluar dari vagina Audrey, Nampak raut
muka Audrey sedikit sedih.
“Don’t take it off now…pleaseee…I am not finished yet” rengek Audrey
pelan sambil kembali meliuk-liukan pinggulnya secara perlahan untuk
memancing Lam mengurungkan niatnya.
Lam tidak mendengarkan rengekan Audrey, dan mencabut penisnya. Tapi
kekecewaan Audrey hanya sebentar karena Wen langsung siap menggantikan
posisi Lam. Ditidurkannya Audrey telentang di atas kasur dibukanya kaki
Audrey lebar-lebar.
“Masih kurang Audrey?” Tanya Wen menggoda Audrey sebelum mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey.
“Masih…pak Wen…saya masih orgasme…..ooohhhh nikmat sekali…..mau
disetubuhi sekarang…” rengek Audrey sambil menarik pinggul Wen ke
arahnya.
“Oohhhh……” desah Audrey ketika penis Wen masuk ke dalam vaginanya sampai mentok.
Wen kemudian secara perlahan menggenjot vagina Audrey dengan penisnya.
Setiap gerakan Wen selalu disertai lolongan pelan namun panjang dari
Audrey. Kepala Audrey terdongak ke belakang, matanya terpejam rapat,
dadanya membusung ke atas sehingga sebagian punggungnya terangkat dari
kasur. Bibir kecilnya mengigit-gigit pelan jari telunjuk kanannya,
lolongan pelan namun panjang terdengar dari mulut Audrey setiap kali Wen
menggerakan penisnya secara perlahan.
Penasaran dengan apa yang dirasakan Audrey, aku membisikinya dan bertanya.
“Bagaimana rasanya Drey? Enak?” tanyaku.
“Ennakkk…ooohhhhh…. Terima kasih Tom atas pengalaman indah
ini…..orgasmeku tidak berhenti-henti nih…..oohhhh panjang
sekali…..oohhhh…..aku disetubuhi sambil orgasme…..” jawab Audrey pelan
kepadaku sambil terus menikmati orgasmenya yang berkepanjangan.
Lima belas menit kemudian, penis Wen berdenyut kencang pertanda dia
akan orgasme, dan tubuh Audreypun tiba-tiba lebih menegang lagi.
“Oohhh….apa ini pak wen….kenapa saya……” desah Audrey pelan kepada Wen.
“Inilah puncaknya orgasme dari orgasme Drey. Nikmati saja” jawab Wen.
Bersamaan dengan itu, tubuh Audrey dan Wen benar-benar menegang.
Keduanya berusaha menarik satu sama lain dan merapatkan persenggamaan
mereka. Kaki Audrey melingkar di pinggul Wen. Dada Audrey makin
membusung, kepalanya makin terdongak ke belakang dan giginya menggigit
bibir bawahnya sendiri. Sedangkan kepala Wen berada di pundak Audrey,
mulutnya sedikit menggigit pundak Audrey dan penisnya ditekan dengan
keras ke dalam vagina Audrey.
“OOOhhhhh……” teriak Audrey dan Wen bersamaan. Wen memuntahkan seluruh
spermanya ke dalam vagina Audrey, Dua manusia mengalami orgasme hebat
secara bersamaan.
Beberapa menit Wen dan Audrey berada di puncak orgasme mereka.
“Oke semuanya keluar dari kamar ini. Biarkan Audrey istirahat dulu”
kata Wen setelah selesai memuntahkan seluruh spermanya dalam vagina
Audrey.
Wenpun beranjak dari atas tubuh Audrey, tidur disampingnya dan
menyelimuti dirinya dan Audrey dengan selimut. Audrey hanya tersenyum
dengan mata terpejam dan menidurkan kepalanya di dada Wen yang ditumbuhi
bulu yang sangat lebat, sedangkan yang lainnya termasuk aku pergi
meninggalkan kamar itu dan membiarkan Wen dan Audrey istirahat.
Menjelang sore terlihat Wen keluar dari kamar itu dan bergabung dengan
aku dan tamu-tamu yang lain di ruang tengah villa. Rupanya yang menginap
di villa tersebut selain aku, Audrey, Wen, Lam dan kedua wanita yang
siang tadi berada di kamar, juga ada satu wanita lagi dan tiga tamu
laki-laki.
“Wah, sudah pada berkumpul rupanya, maaf saya baru bangun” kata Wen kepada aku dan tamu-tamu lainnya.
Kamipun mengobrol di ruang tengah villa itu sampai menjelang malam.
Kurang lebih jam 6.30pm Wen menginstruksikanku untuk membangunkan
Audrey.
“Tom, bangunkan istrimu, kita akan makan malam bersama” sahut Wen kepadaku.
Akupun segera menuruti perintah Wen dan naik ke lantai atas villa
menuju kamar tempat Audrey istirahat karena memang aku sudah mulai
kuatir terhadap Audrey sebab setelah kejadian siang tadi di kamar aku
belum melihatnya lagi. Sesampainya di kamar, aku melihat Audrey sudah
bangun namun masih tiduran tengkurap di atas kasur, tubuhnya masih
telanjang, terlihat mukanya nampak habis menangis. Melihat aku masuk ke
kamar, air mata menetes kembali dari matanya.
“Tom, apa yang kamu lakukan terhadapku. Kenapa kamu jahat terhadapku,
kenapa kamu membiarkan semua ini terjadi?” tangis Audrey kepadaku.
Akupun berusaha menenangkan dan menghibur istriku, kami
berbincang-bincang di kamar itu cukup lama sambil aku berusaha terus
menghiburnya sampai tiba-tiba salah satu dari tamu wanita masuk ke kamar
dan meminta Audrey untuk mandi dan membersihkan diri karena aku dan
Audrey sudah ditunggu di ruang makan oleh Wen dan tamu-tamu yang lain.
Dengan sedikit malas Audrey menurutinya. Setelah Audrey mandi dan
berpakaian kamipun keluar dari kamar itu dan menuju ruang makan.
Terlihat Audrey ragu-ragu untuk keluar dari kamar. Terlihat Audrey
sedikit malu untuk bertemu dengan Wen dan tamu-tamu yang lain setelah
kejadian tadi malam dan tadi siang.
Sesampainya di ruang makan, tamu-tamu yang lain sudah menunggu. Wen
mempersilahkan aku dan Audrey duduk di kursi yang disediakan di ruang
makan itu demikian juga terhadap tamu-tamu yang lain masing-masing
dipersilahkan duduk oleh Wen. Kamipun menyantap hidangan malam yang
disediakan sambil mengobrol. Pembicaraan di meja makan itu kebanyakan
tentang bisnis antara Wen dan tamu-tamunya. Tidak ada yang menyinggung
kejadian tadi malam dan tadi siang, seakan-akan kejadian tersebut tidak
pernah terjadi. Hal itu membuat Audrey terlihat sedikit tenang. Selesai
santap malam Wen mempersilahkan tamu-tamunnya, termasuk aku dan Audrey
ke ruang tengah. Di ruang tengah makanan kecil dan minuman telah
disediakan dan Wen mempersilahkan kami semua untuk mencicipi makanan
kecil dan minuman tersebut kemudian melanjutkan obrolan bisnisnya dengan
tamu-tamunya di ruang tengah, Wen sedikit mengacuhkan aku dan istriku
karena memang obrolannya adalah masalah bisnis. Setelah kurang lebih 2
jam berbicara bisnis dengan tamunya tiba-tiba Wen berkata
“Ok saya rasa omomgan bisnis sudah cukup untuk malam ini. Sekarang kita ke topik selanjutnya”
“Zhou, obatmu ternyata sangat manjur, lihat saja ini hasilnya” sambung Wen sambil memencet remote TV.
TV menyala dan betapa kagetnya aku melihat apa yang muncul di TV.
Rekaman persetubuhan Audrey tadi malam dan tadi siang terlihat di layar
TV. Aku melihat wajah Audrey sangat terkejut dan malu melihat tamu-tamu
yang lain menyaksikan tayangan persetubuhannya dilayar TV. Audrey
bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud meninggalkan ruang tengah
itu, namun Wen menghardiknya dengan tegas.
“Audrey, duduk kamu! Tidak ada yang menyuruh kamu untuk pergi!” bentak Wen dengan sangat keras.
Mendengar bentakan Wen aku sangat terkejut. Aku bermaksud untuk turut
berdiri, namun aku merasakan tubuhku lemas dan aku tidak mampu berdiri.
Kelihatannya Wen telah mencampurkan sesuatu lagi dalam minumanku
sehingga badanku lemas tidak berdaya.
Aku melihat Audrey sedikit ketakutan mendengar bentakan Wen, namun
dikarenakan aku hanya tetap duduk dan tidak membela Audrey, maka
Audreypun mengurungkan niatnya dan kembali duduk. Wen dan tamu-tamu
lainnya kemudian membahas adegan demi adegan persetubuhan Audrey yang
ditayangkan TV. Mereka membahasnya seakan-akan Audrey tidak ada di
ruangan itu. Komentar-komentar keluar dari mulut mereka. Wen memuji Zhou
atas kemanjuran obatnya. Wen menjelaskan bagaimana Audrey yang alim itu
bisa menjadi seorang pelacur murahan dikarenakan meminum obat itu. Ada
lagi tamu yang lain memuji daya tahan Audrey karena obat itu. Setelah
rekaman adegan persetubuhan Audrey di TV selesai, kemudian Wen dengan
suara tegas memerintahkan Audrey
“Nah, Audrey, tolong hibur tamu-tamuku ini. Jangan biarkan mereka hanya
menonton kamu di TV saja, perbolehkan mereka juga menikmati dirimu.”
Mendengar itu dengan raut muka penuh ketakutan, Audrey bangkit dari
tempat duduknya dan berusaha lari keluar dari villa, namun baru beberapa
langkah berlari, Wen dan Zhou dengan sigap menangkap Audrey.
“Wow, rupanya pelacur ini tidak mau menuruti perintah. Ck…ck..ck…Audrey
kamu sangat mengecewakan” kata Wen sambil mencengkram tubuh Audrey dari
belakang.
“Kamu harus dihukum dan dididik yang benar supaya bisa menjadi budak seks yang patuh” lanjut Wen kemudian kepada Audrey.
Audrey meronta-ronta dengan keras dan berusaha melepaskan diri, namun
cengkraman Zhou dan Wen pada dirinya terlalu kuat, sehingga usaha Audrey
untuk melepaskan diri menjadi sia-sia. Kemudian Wen dan Zhou menyeret
Audrey ke basement villa, diikuti oleh tamu-tamu yang lain. Mereka
meninggalkan aku di ruang tengah. Aku kembali berusaha bangkit untuk
membantu Audrey, namun aku sama sekali tidak dapat berdiri sehingga aku
hanya dapat terduduk lemah di sofa melihat perlakuan Zhou dan Wen
terhadap Audrey. Tidak lama mereka meninggalkan aku di ruang tengah.
Kira-kira 15 menit kemudian 2 orang tamu pria mendatangiku dan segera
membopongku ke basement villa. Basement villa itu ternyata suatu ruangan
yang kelihatannya sering digunakan untuk pesta seks yang aneh-aneh. Aku
melihat banyak peralatan seks yang lebih mirip sebagai alat penyiksaan
tergantung di dinding basement itu. Banyak peralatan seks yang belum
pernah aku lihat sebelumnya.
Merinding aku ketika memasuki basement villa itu, namun yang membuat
aku lebih kaget dan takut lagi adalah ketika aku melihat Audrey sudah
terikat dalam keadaan telanjang bulat. Posisi Audrey berdiri dengan
kedua tangan terikat ke atas melebar oleh rantai-rantai yang tertancap
kuat dilangit-langit basement, sedangkan kakinya mengangkang lebar
terikat dengan rantai-rantai yang menancap kuat ke lantai basement,
sehingga posisi Audrey menyerupai huruf “X”. Aku melihat Audrey
meronta-ronta sekuat tenaga, air matanya mengucur deras di kedua
pipinya. Permohonan-permohonan untuk dilepaskan keluar dari mulutnya,
namun rengekannya hanya dibalas dengan tawa sinis oleh orang-orang yang
berada di basement villa itu. Kedua tamu yang membopongku kemudian
mendudukanku di sebuah kursi persis di hadapan Audrey.
“Teman-teman, malam ini kita akan mendidik pelacur ini supaya mau
menjadi budak seks yang patuh. Harap teman-teman duduk di kursi-kursi
yang telah disediakan, dan kita akan segera mulai pendidikan buat
pelacur ini” sahut Wen tiba-tiba.
Mendengar itu semua yang ada di basement itu duduk di kursi yang telah
disediakan disekeliling tempat Audrey terikat dan menunggu apa yang
selanjutnya Wen akan lakukan terhadap Audrey.
“Audrey, ini kesempatan kamu yang terakhir. Kamu bisa secara sukarela
menjadi budak seksku yang patuh atau aku akan membuat kamu menjadi budak
seksku yang patuh. Kedua-duanya pada akhirnya kamu akan menjadi budak
seksku yang patuh, namun cara kedua pasti jauh lebih menyakitkan” kata
Wen kemudian sambil tertawa.
Mendengar itu aku melihat ketakutan yang amat sangat di wajah Audrey.
Audrey semakin kencang meronta-ronta berusaha melepaskan diri.
Tangisannya semakin keras, permohonan minta dilepaskan juga semakin
keras.
“Ok, kalalu kamu mau dengan cara yang menyakitkan” kata Wen setelah melihat Audrey tetap berusaha melepaskan diri.
Wen kemudian mengambil sebuah cambuk kuda dan berdiri di belakang
Audrey. Aku melihat Audrey merinding ketakutan melihat cambuk kuda
tersebut.
“Ctaarr….ctttarr….cttaaarrr….. ” suara cambuk 3 kali berbunyi disertai
raungan kesakitan Audrey. Wen telah mencambuk punggung Audrey dengan
keras.
Raungan tangis Audrey semakin keras, badannya tetap meronta-ronta untuk melepaskan diri.
“Cttaar…cttarr…ctarr..ctaarrr… ” bunyi cambuk kembali bertubi-tubi
mendera punggung Audrey hingga Audrey pingsan. Melihat Audrey pingsan
salah seorang tamu wanita mengguyurkan air ke kepala Audrey untuk
membangunkannya.
Ketika Audrey siuman, Wen menanyakan kepada Audrey apakah Audrey
bersedia menjadi budak seksnya. Setiap kali Audrey mengatakan tidak atau
berusaha meronta-ronta untuk melepaskan diri, maka bunyi cambuk akan
terdengar lagi, dan kali ini tidak hanya mendera punggung Audrey, namun
juga mendera ke pantat, kedua payudara dan vaginanya. 30 menit Audrey
dicambuki seluruh tubuhnya, bekas-bekas cambuk berwarna kemerahan
terlihat disekujur tubuhnya. Tubuh Audrey sudah kelihatan lemas. Tidak
ada lagi raungan tangis keluar dari mulutnya.
“Bagaimana Audrey, apakah kamu sekarang bersedia jadi budak seksku?” tanya Wen kemudian.
Audrey hanya menggelengkan kepalanya secara lemah tanda penolakannya.
“Ok, kalau kamu tetap tidak mau. Kita akan ke tahap selanjutnya. Kita
lihat sampai mana kamu tahan siksaan ini” sahut Wen kepada Audrey sambil
mengisyaratkan sesuatu kepada seorang tamu wanita.
Tamu wanita yang diberi isyarat oleh Wen kemudian maju ke depan. Dia
membawa sebuah jarum dan sebuah cincin yang terbuat dari emas dan
menyerahkannya kepada Wen. Kemudian Wen berjongkok di depan vagina
Audrey. Dibukanya vagina Audrey secara perlahan. Mengetahui akan apa
yang akan terjadi, Audrey meronta-ronta dengan hebat, namun beberapa
tamu maju ke depan dan memegang erat-erat tubuh dan pinggul Audrey
sehingga Audrey tidak dapat bergerak.
“Jangan…jangan….” pinta Audrey lirih.
“AAAUOOCCCHHH….” Kemudian terdengar teriakan Audrey. Ternyata Wen
menusuk bibir dalam bagian atas vagina Audrey dengan jarum dan kemudian
memasukkan cincin tersebut dalam lubang yang telah dibuatnya pada bibir
vagina Audrey tersebut.
Raungan keras kesakitan Audrey membahana di basement itu, kemudian
Audrey kembali pingsan. Kemudian Wen kembali berdiri dan mundur beberapa
langkah untuk melihat hasil kerjanya. Dia terlihat puas dengan apa yang
telah diperbuatnya pada Audrey. Audrey terlihat dalam posisi terikat,
masih pingsan dengan sebuah cincin di bibir atas vaginanya dengan
sedikit darah terlihat disekitar bibir atas vaginanya. Seorang tamu
wanita kembali mengguyurkan air ke kepala Audrey dan membersihkan vagina
Audrey dari bekas darah tersebut. Kemudian tamu wanita tersebut
memberikan wewangian ke hidung Audrey agar Audrey siuman. Siuman dari
pingsannya, terlihat sekali Audrey menahan sakit di vaginanya. Kemudian
Wen kembali menghampiri Audrey dengan membawa jarum tersebut lagi
beserta sebuah cincin emas lainnya. Tangan kiri Wen kemudian meraih
puting payudara sebelah kiri Audrey dan tangan kanan Wen memegang jarum
siap menusuknya.
“Jangan….jangan….ampun….jangan …sakit…saya bersedia jadi budak seks
Pak Wen asalkan jangan siksa saya lagi” tiba-tiba terdengar suara pelan
Audrey.
Mendengar hal itu Wen dan tamunya tertawa penuh kemenangan.
“Benar kamu mau jadi budak seksku dan menuruti semua keinginanku” Tanya Wen kepada Audrey.
“Iya…iya….saya mau…tolong jangan sakiti saya lagi” jawab Audrey menyerah.
“Ok, bagus..bagus…, ladies…beri hadiah kepada budak seksku yang baru
ini, buat dia menikmati statusnya yang baru sebagai budakku” kata Wen
sambil memberi isyarat kepada para tamu wanita untuk maju ke depan.
Para tamu wanita tanpa perlu diperintah lebih lanjut langsung maju ke
depan mengelilingi Audrey. Satu tamu wanita berjongkok di hadapan vagina
Audrey dan mulai menjilati dan menghisap-hisap vagina Audrey. Tamu-tamu
yang lain menciumi dan menjilati kedua payudara Audrey, paha Audrey,
punggung Audrey dan sekujur tubuhnya.
15 Menit diperlakukan demikian terlihat tubuh Audrey mulai
mengkhianatinya. Audrey mulai meliuk-liukan badannya mengikuti permainan
para tamu wanita tersebut di seluruh tubuhnya. Melihat reaksi Audrey,
para tamu wanita tersebut semakin ganas mengerjai tubuh Audrey.
Jari-jari tangan mereka secara bergantian keluar masuk vagina Audrey
yang mana hal tersebut semakin membuat Audrey tidak dapat mengontrol
tubuhnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar erangan Audrey tanda
Audrey telah mencapai orgasmenya yang disambut oleh tepuk tangan meriah
dari para tamu pria di basement itu. Tidak menunggu sampai orgasme
Audrey reda, Wen kemudian melepaskan ikatan Audrey dan membimbingnya
untuk berdiri di hadapanku.
“Mulai sekarang istrimu adalah budak seksku. Mulai sekarang aku harus
didahulukan oleh istrimu dan bukan kamu lagi. Apabila kamu macam-macam
rekaman dvd persetubuhan istrimu akan aku sebar di internet” kata Wen
kepadaku.
Aku hanya diam tercekat oleh ancaman Wen itu. Badanku masih lemas
sehingga aku tidak dapat berbuat apa-apa meskipun sebenarnya ingin aku
meninju Wen. Kemudian Wen mengaitkan sebuah bel kecil keperakan di
cincin emas yang berada di bibir atas vagina Audrey, dan kemudian Wen
mengetes bunyi bel tersebut dengan jarinya.
“Ting…ting…ting” terdengar bunyi bel pelan.
Audrey kemudian diposisikan membungkuk ke depan dengan kedua tangan
bertumpu di kedua pegangan kursi tempat aku duduk. Pantatnya di
keataskan sedikit oleh Wen sehingga Audrey sedikit berjinjit dengan
pantat sejajar dengan selangkangan Wen. Wajah Audrey dengan wajahku
menjadi berhadapan dengan sangat dekat. Lalu Wen memelorotkan celananya
sendiri. Terlihat penis Wen yang besar sudah mengacung keras, dan tanpa
basa basi lagi dimasukkannya penis besar itu ke dalam vagina Audrey dari
belakang. Erangan kecil keluar dari mulut Audrey disertai bunyi bel
berdenting beberapa kali. Mata Audrey terpejam rapat. Aku melihat ke
bawah ke arah vagina Audrey. Terlihat vagina Audrey sudah penuh dengan
penis Wen yang besar dengan sebuah bel kecil yang bergoyang-goyang
tergantung dari bibir atas vaginanya. Wen mulai memompa penisnya keluar
masuk vagina Audrey yang disertai erangan-erangan kecil Audrey dan bunyi
bel yang bergoyang. Tubuh Audrey terdorong ke depan sehingga wajahnya
sekarang berada disamping kuping kananku.
Terdengar erangan-erangan Audrey di kupingku setiap kali penis Wen yang besar memasuki vaginanya.
“Maafkan aku Tom, aku tidak kuat disiksa…” tiba-tiba bisik Audrey di kupingku. Aku tidak menjawab dan hanya diam saja.
Genjotan-genjotan penis Wen pada vagina Audrey semakin keras, dan
erangan-erangan Audrey semakin terdengar keras. Badan Audrey mulai
mengikuti irama permainan Wen. Terlihat vagina Audrey sudah sangat
basah, cairan kewanitaannya mulai terlihat membasahi kedua paha
dalamnya.
“Wah vagina istrimu sangat basah…dia sangat menikmatinya” kata Wen kepadaku sambil tertawa.
“Saatnya kita ke tahap selanjutnya” kata Wen kemudian sambil dengan
tiba-tiba memasukkan 2 jarinya secara kasar ke dalam anus Audrey.
Jeritan keras terdengar dari mulut Audrey. Audrey berusaha menarik badannya namun dengan sigap Wen menahannya.
“Diam Audrey!!!” hardik Wen kepada Audrey.
Setelah beberapa menit puas mengobok-obok anus Audrey dengan kedua
jarinya, Wen lalu mencabut penisnya dari vagina Audrey dan
mengarahkannya ke anus Audrey. Wen menarik badan Audrey ke belakang
sehingga wajah Audrey sekarang kembali berhadapan dengan wajahku.
Terlihat wajah kesakitan dari Audrey ketika penis Wen yang besar mulai
memasuki lubang anusnya. Air mata mulai meleleh dari kedua mata Audrey.
Perlu beberapa menit sampai seluruh penis Wen masuk ke dalam lubang anus
Audrey, dan kemudian Wen mulai memompa penisnya keluar masuk lubang
anus Audrey. Jeritan-jeritan sakit terdengar dari mulut Audrey, matanya
kembali terpejam menahan sakit. Dua tamu wanita kemudian mendatangi
Audrey dari kedua sisi. Salah satunya membawa vibrator yang cukup besar
dan menyalakannya.
“Ziiing…….” terdengar bunyi vibartor itu. Salah satu tamu wanita
tersebut kemudian berjongkok disisi sebelah kiri Audrey dan memasukan
vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey yang disertai erangan-erangan
Audrey. Tamu wanita yang lainnya berjongkok disisi kanan Audrey dan
mulai meraba-raba dan menciumi payudara Audrey yang bergantung bebas.
Tubuh Audrey kembali terdorong ke depan, sehingga wajahnya kembali
berada disebelah kuping kananku. Badan Audrey bergoyang hebat
dikarenakan genjotan penis Wen di lubang anusnya dan genjotan vibrator
di vaginanya. Erangan-erangan Audrey terdengar keras bersahut-sahutan
dengan bunyi vibrator dan bel yang bergoyang keras di bibir atas
vaginanya. Erangan-erangan Audrey tidak lagi terdengar sebagai erangan
kesakitan tapi telah berubah menjadi erangan kenikmatan. Tanpa
disadarinya, Audrey mulai menciumi kuping dan leherku dan sesekali
menggigit pelan leherku. Tidak butuh waktu lama untuk Audrey mencapai
orgasmenya kembali, badannya mengejang hebat disertai lenguhan kecil
ketika dia mencapai puncak orgasmenya. Namun Wen belum ada tanda-tanda
bahwa Wen akan mencapai orgasmenya. 40 menit telah berlalu, Audrey telah
berkali-kali mengalami orgasme, sampai akhirnya Wen memuntahkan seluruh
spermanya didalam anus Audrey. Wen kemudian menarik penisnya keluar
dari lubang anus Audrey dan membimbing Audrey ke matras di tengah
basement itu. Ternyata salah satu tamu pria Wen telah tidur terlentang
di atas matras itu dengan keadaan telanjang bulat dan penis besar yang
mengacung ke atas. Wen membimbing Audrey menduduki penis tersebut.
Audrey hanya menurut saja apa yang dikehendaki Wen. Setelah penis besar
tamu Wen yang bernama Liem itu masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey,
Liem kemudian menarik kedua putting payudara Audrey sehingga posisi
badan atas Audrey meniduri dada Liem. Liem lalu mencium bibir Audrey
dengan ganas, dan aku melihat Audrey melayaninya. Lidah Audrey dan lidah
Liem bertautan, mereka berciuman dengan ganasnya. Sementara itu Zhou
yang juga sudah telanjang bulat mendekati pantat Audrey dari belakang,
dan tanpa basa-basi memasukan penisnya yang juga besar ke dalam lubang
anus Audrey, sehingga sekarang posisi Audrey terjepit di antara tubuh
Liem dan Zhou dengan 2 penis menancap masing-masing di vaginanya dan di
anusnya.
Mata Audrey terlihat berbinar ketika Liem dan Zhou mulai memompa
penisnya masing-masing pada vagina dan anus Audrey. Tidak ada lagi
penolakan dari Audrey, bahkan Audrey turut menggoyang-goyangkan
pinggulnya seirama dengan genjotan Liem dan Zhou.
“Lihat, istrimu mulai menikmati dan menerima statusnya yang baru
sebagai budak seks. Saya harap kamu juga dapat menerimanya. Kamu tidak
mau kan rekaman dvd istrimu tersebar di internet, lagipula aku lihat
kamu juga mulai menikmatinya, lihat penis kamu mulai membesar” bisik Wen
kepadaku.
“Kamu menurut saja, dan kamu dapat mendapatkan impianmu selama ini,
yaitu melihat istrimu disetubuhi pria lain” lanjut Wen kepadaku.
Aku hanya mengangguk pelan. Terus terang melihat Audrey disandwich oleh
2 laki-laki tua telah membangkitkan nafsu birahiku. Obat yang diberikan
Wen kepadaku mulai memudar dan tubuhku mulai tidak lemas lagi, namun
bukannya aku membantu Audrey melepaskan diri tapi aku malah menikmati
adegan seks di depanku. Terasa lama sekali untuk Liem dan Zhou mencapai
orgasmenya, namun sebaliknya sangat cepat sekali Audrey mengalami
orgasme. Setelah Audrey mengalami orgasme berkali-kali, barulah Liem dan
Zhou secara bersamaan memuntahkan spermanya masing-masing dalam vagina
dan anus Audrey. Selesai memuntahkan spermanya dalam anus dan vagina
Audrey, Liem dan Zhou segera digantikan oleh tamu pria yang lainnya.
Kali ini giliran Lam dan satu tamu lainnya yang bernama Kong. Audrey
diposisikan tiduran terlentang di atas tubuh gemuk Lam dengan penis Lam
yang menancap di anus Audrey, sedangkan Kong menancapkan penisnya ke
dalam vagina Audrey dari atas. Lam dan Kong dengan segera menggenjot
penisnya masing-masing dengan kasar pada vagina dan anus Audrey. Audrey
terlihat kepayahan melayani nafsu Lam dan Kong. Kedua tangan Audrey
bertumpu di dada Lam, kedua kakinya terbuka lebar memberikan akses
seluas-luasnya bagi penis Kong di vaginanya. Sementara itu, ketiga tamu
wanita yang semuanya telah telanjang bulat menyerbu penisku, mereka
memelorotkan celana dan celana dalamku dan mulai menjilati penisku
secara bergantian yang membuat nafsu birahiku semakin memuncak. Tanganku
mulai berani meraba-raba payudara ketiga wanita tersebut. Audrey
kadang-kadang terlihat memandang ke arahku yang sedang dioral service
oleh ketiga tamu wanita tersebut. Entah cemburu atau karena tidak mau
kalah melihat aku menikmati service ketiga tamu wanita tersebut, Audrey
kembali berkonsentrasi dengan persetubuhannya dengan Lam dan Kong.
Tangan kanannya meraih belakang kepala Kong dan ditariknya kedepan dan
Audrey menciumi bibir Kong dengan ganasnya.
Lidah Audrey terlihat bermain dengan lidah Kong, pinggul Audrey
bergoyang makin hebat seakan-akan memberi semangat untuk Lam dan Kong
agar menggenjot penisnya masing-masing dengan semakin ganas pada vagina
dan anusnya. Orgasme demi orgasme melanda Audrey, sampai akhirnya Lam
dan Kong menghabiskan seluruh spermanya dalam vagina dan anus Audrey.
Aku sendiripun telah mengalami orgasme, seluruh spermaku ditelan habis
oleh ketiga tamu wanita tersebut. Setelah selesai menghabiskan seluruh
spermaku, ketiga wanita tersebut bermain seks bertiga. Rupanya mereka
adalah lesbian. Ketika aku bermaksud untuk ikut serta, secara halus
mereka menolakku. Sementara itu Audrey masih melayani kelima pria tua di
atas matras. Mereka secara bergantian atau bersama-sama menyetubuhi
Audrey dengan berbagai macam gaya seks. Terkadang seluruh lubang yang
ada di Audrey yaitu mulut, vagina dan anus Audrey harus melayani
penis-penis pria-pria tua tersebut secara bersamaan. Terlihat juga
Audrey melayani kelima pria tua tersebut secara bersamaan. Audrey duduk
di atas Wen yang berbaring terlentang dimatras dengan penis Wen pada
vagina Audrey, sedangkan Kong asyik menggenjot anus Audrey dari
belakang. Secara bersamaan mulut Audrey menjilati dan menghisap penis
Lam, sedangkan tangan kiri Audrey sibuk mengocok penis Zhou dan tangan
kanan Audrey sibuk mengocok penis Liem. Terlihat suatu adegan yang
fantastis di hadapanku, Audrey istriku yang cantik, berkulit putih dan
mulus sibuk melayani 5 pria tua yang semuanya bertubuh gemuk dan berbulu
lebat. Erangan-erangan mereka membahana di basement itu disertai bunyi
bel kecil yang tergantung di bibir atas vagina Audrey. Orgasme-orgasme
silih berganti melanda mereka. Sudah banyak sekali sperma kelima pria
tua itu memenuhi vagina, lubang anus dan mulut Audrey. Bekas-bekas
sperma nampak dibibir vagina dan lubang anus Audrey, juga demikian di
bibir mulut Audrey, namun mereka terus bersetubuh sepanjang malam itu
sampai pagi menjelang ketika mereka semua kehabisan tenaga dan tidur
bersama di basement itu dengan keadaan telanjang bulat.
Hari sudah siang ketika Audrey dan kelima pria tua bangun, merekapun
mandi bersama-sama. Ketiga tamu wanita sudah tidak nampak di villa,
kelihatannya mereka sudah pulang duluan ke Jakarta. Tidak terasa sudah
dari jumat malam aku dan Audrey berada di villa. Sekarang sudah hari
minggu, namun tidak terlihat Wen dan 4 pria lainnya akan pulang ke
Jakarta. Mereka masih asyik menyetubuhi budak seks barunya, yaitu Audrey
istriku. Tidak henti-hentinya mereka menyetubuhi Audrey baik secara
bergantian maupun secara bersama-sama. Mereka menyetubuhi Audrey baik di
ruang tengah, di ruang makan, di kolam renang, di jacuzzi maupun di
kamar tidur. Aku melihat Audrey berusaha melayani nafsu binatang mereka
dengan sebaik-baiknya. Terlihat sekali istriku sudah menerima status
barunya sebagai budak seks. Meskipun terlihat sulit bagi Audrey untuk
mengimbangi kemampuan seks kelima pria tua itu, namun Audrey terlihat
mulai menikmatinya, terutama apabila Audrey disetubuhi dengan gaya-gaya
baru yang belum pernah dicobanya. Kelima pria itu terus menyetubuhi
Audrey sepanjang hari Minggu, Senin sampai hari Selasa, mereka hanya
berhenti kalau saatnya makan dan tidur sebentar. Kagum aku melihat
stamina kelima pria tua tersebut mengingat usia mereka semuanya sudah di
atas 50 tahun. Kadang-kadang ketika mereka beristirahat sebentar,
mereka mengijinkanku untuk dioral oleh Audrey, namun mereka tidak pernah
mengajakku untuk secara bersama-sama menyetubuhi Audrey. Hari Rabu
pagi, mereka baru mengijinkan aku dan Audrey kembali ke Jakarta dengan
instruksi bahwa cincin dan bel kecil di bibir atas vagina Audrey tidak
boleh dilepas, mulai sekarang Audrey hanya diperbolehkan memakai rok
dengan tidak boleh memakai BH dan celana dalam, setiap hari Audrey harus
meminum pil anti hamil yang diberikan oleh Wen, Audrey harus selalu
mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya sehingga vaginanya selalu mulus
tanpa bulu sehelaipun, aku tidak boleh menyetubuhi Audrey, aku hanya
boleh dioral saja oleh Audrey dan kapanpun Wen dan teman-temannya
memanggil Audrey atau datang ke rumah kami, Audrey harus siap melayani.
Apabila kami tidak menuruti maka dvd rekaman persetubuhan Audrey di
villa tersebut akan tersebar di internet. Audrey hanya mengangguk tanda
setuju mendengar instruksi Wen sedangkan aku hanya diam tanpa bisa
berbuat apapun. Kamipun pulang ke Jakarta pada hari Rabu pagi itu dengan
status baru istriku sebagai budak seks pemuas nafsu.
Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu semenjak kejadian di puncak. Selama
tiga minggu itu tidak ada apapun yang terjadi. Aku dan istriku Audrey
masih menuruti instruksi yang diberikan Wen sebelum kami pulang dari
puncak, namun tidak ada tanda-tanda Wen akan meneruskan aksinya terhadap
Audrey. Di kantor tempatku bekerja Wen tidak pernah membicarakan
kejadian di puncak itu, dia bertindak seolah-olah kejadian di puncak
tidak pernah terjadi dan akupun bekerja seperti biasa yaitu membantu Wen
dalam manajemen kantor sehari-hari, meskipun semenjak kejadian 3 minggu
lalu itu aku dan Wen menjadi tidak akrab seperti biasanya. Kami jarang
mengobrol satu sama lain, adapun apabila harus berbicara dengan Wen
hanyalah sebatas pembicaraan yang terkait dengan pekerjaan. Selama tiga
minggu itu, Audrey tidak pernah keluar rumah. Bel kecil di bibir atas
vaginanya dan larangan memakai BH dan celana dalam membuatnya risih
untuk keluar rumah. Setiap Audrey melangkah pasti terdengar bel kecil
itu berbunyi pelan. Mungkin pembantu-pembantu dan supir di rumah
sebenarnya mendengar dentingan bel kecil itu, hal itu terlihat di raut
wajah mereka ketika Audrey ada di sekitar mereka. Raut wajah mereka
menampakkan kebingungan dan kecurigaan karena mendengar bunyi bel kecil
dari dalam rok majikan perempuannya, namun mereka tidak ada yang berani
bertanya ataupun berkata apa-apa.
Di rumahku aku dan Audrey mempekerjakan 2 pembantu wanita, 1 pembantu
pria dan seorang supir. Salah satu pembantu wanita kami yang biasa kami
panggil bi Minah seorang wanita tua yang bertugas memasak dan mencuci
pakaian. Satu pembantu wanita kami yang lain bernama panggilan Mar
seorang wanita muda berumur 18 tahunan yang bertugas membersihkan rumah,
sedangkan pembantu pria dan supir kami masing-masing bernama Sudin dan
Amir. Keduanya berumur sekitar 50 tahunan dan berkulit sangat hitam
tanda seringnya terkena terik sinar matahari. Pembantu-pembantu dan
supir di rumah terlihat menyadari perubahan pada diri Audrey, terutama
Sudin dan Amir. Mereka sering terlihat memandangi istriku di rumah,
meskipun setiap kali aku melihatnya mereka memalingkan muka dan
pura-pura sedang tidak memandangi Audrey. Audrey di rumah tidak pernah
lagi memakai BH dan celana dalam, hal itu sesuai dengan instruksi Wen.
Ada rasa kekuatiran bahwa pembantu dan supir di rumah mengetahui hal
itu, apalagi setelah melihat akhir-akhir ini Sudin dan Amir sering
memandangi istriku dengan tatapan yang lain, sedikit mesum terpancar di
muka mereka yang hitam itu. Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu semenjak
kejadian di puncak…, ketika pada suatu malam telepon kami berdering.
Audrey mengangkat telepon dan terlihat berbicara dengan serius dengan
orang di seberang telepon itu. Setelah 10 menit berbicara, Audrey
menutup telepon dan dengan muka pucat menghampiriku. Audrey menceritakan
bahwa yang menelepon barusan adalah Wen. Wen akan datang ke rumah besok
siang dan memerintahkan istriku untuk mempersiapkan diri…
Keesokan harinya, aku ke kantor seperti biasanya, karena ketika Wen
menelepon Audrey tadi malam, Wen tidak menginstruksikan apa-apa yang
berkaitan dengan diriku. Hari itu di kantor Wen memberikanku banyak
pekerjaan yang harus dilakukan. Terus terang aku tidak bisa konsentrasi
di kantor. Perasaanku campur aduk mengingat telepon Wen pada istriku
tadi malam, namun Wen tidak mengatakan apapun kepadaku tentang janjinya
dengan Audrey siang ini. Wen memperlakukanku seolah-olah aku tidak
mengetahui rencananya siang ini dengan Audrey. Menjelang istirahat makan
siang, aku melihat Wen meninggalkan kantor. Melihat itu hatiku semakin
campur aduk. Aku bisa menebak Wen akan pergi kemana, namun aku tidak
bisa berbuat apa-apa, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan
di kantor. Aku semakin tidak bisa konsentrasi dan pikiranku semakin
kacau ketika jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan belum ada
tanda-tanda Wen kembali ke kantor. Akhirnya aku memutuskan untuk
menelepon Hp Audrey. “Tuut…tuut…tuut…” bunyi nada panggil di Hp Audrey
tidak ada yang mengangkat. Setelah beberapa detik kemudian baru ada yang
mengangkat, dan yang mengangkat adalah Wen.
“Tom, tenang saja, Audrey tidak apa-apa, kamu tidak perlu kuatir” suara Wen terdengar seakan-akan dia tahu kekuatiranku.
“Kamu tolong selesaikan dulu pekerjaan-pekerjaan yang saya kasih hari ini” perintah Wen kemudian lalu menutup Hp itu.
Perasaanku semakin kacau balau karena mengetahui ternyata Wen masih
berada di rumahku, apalagi secara sayup-sayup aku mendengar
erangan-erangan istriku di latar belakang suara Wen di HP. Dengan
perasaan kalut akupun berusaha dengan cepat mengerjakan semua pekerjaan
yang diberikan Wen kepadaku. Namun karena banyaknya pekerjaan yang
diberikan Wen, aku baru bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut
kurang lebih pukul 7 malam. Begitu semua pekerjaan selesai, akupun
segera pulang ke rumah. Di jalan, Amir supirku aku suruh mengendarai
mobil dengan cepat sehingga aku dapat sampai ke rumah dengan segera.
Sesampainya di rumah, aku melihat mobil Wen masih berada di drive way
rumahku. Aku sempat mendengar Amir supirku mengatakan “Kok ada mobil Pak
Wen?”, namun aku tidak menjawab atau memperhatikan kata-kata supirku
lagi, aku langsung keluar mobil dan masuk rumah dari pintu samping. Di
dalam rumah, aku tidak melihat istriku atau Wen di ruang tamu maupun di
ruang tengah. Akupun langsung naik ke lantai atas menuju kamar tidur
utama rumahku. Pintu kamar utama ternyata terkunci dari dalam. Aku
mengetuknya pelan beberapa kali sambil memanggil-manggil nama Audrey.
Setelah beberapa menit, pintu kamar itu terbuka. Ternyata yang
membukakan pintu adalah Wen. Kemudian Wen mempersilahkan aku masuk ke
dalam kamarku sendiri tersebut. Ternyata di dalam kamar sudah ada satu
lagi pria yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Wen memperkenalkan aku
dengan pria tersebut yang ternyata adalah anaknya Wen. Namanya Peter,
umurnya kurang lebih 20 tahun, badannya kekar tanda dia sering pergi ke
fitness center dan matanya sipit seperti bapaknya. Aku belum pernah
melihat Peter sebelumnya, karena Wen memang selalu tidak pernah mengajak
keluarganya dalam acara-acara kantor. Aku hanya pernah mendengar bahwa
Wen adalah seorang duda dengan satu orang anak. Aku mengira bahwa selama
ini anaknya Wen berada di Cina, ternyata dugaanku meleset, karena
sekarang berdiri di hadapanku, Peter anaknya Wen yang nampak sekali
sudah cukup lama berada di Jakarta bersama bapaknya, hal itu dapat
dilihat dari betapa fasihnya Peter dalam berbahasa Indonesia. Baik Wen
dan Peter sudah berpakaian lengkap, hanya kaus kaki dan sepatu saja yang
belum mereka kenakan. Pertama kali melihatku, Peter terlihat canggung
dan merasa tidak enak.
“Ter, seperti sudah papa katakan kepadamu, Audrey itu sudah mempunyai
suami, dan suaminya telah setuju bahwa kita boleh melakukan apa saja
terhadap istrinya. Terbukti kan papa tidak bohong” kata Wen tiba-tiba
kepada Peter karena melihat kecanggungan Peter di hadapanku.
“Sekarang kamu nikmati saja malam ini. Papa ada tontonan menarik buatmu”
sambung Wen kepada Peter yang membuat jantungku semakin berdegup
kencang. Peter yang diajak bicara tidak menjawab, dia hanya
mengangguk-angguk pelan.
“Tontonan? Apalagi ini yang akan diperbuat Wen kepada istriku” pikirku kalut dalam hati.
Setelah beberapa menit baru aku bisa menenangkan diri, dan aku baru
menyadari bahwa Audrey tidak berada di kamar itu. Rupanya Audrey sedang
di kamar mandi untuk membersihkan diri, hal itu aku ketahui dari bunyi
shower di kamar mandi yang memang berada di kamar itu. Aku, Peter dan
Wen tidak berbicara apapun lagi, kami hanya menunggu Audrey di kamar
mandi. Aku merasa canggung berada dengan 2 pria lain di kamarku sendiri.
Peter juga terlihat canggung, dia hanya terlihat beberapa kali berbisik
kepada Wen. Setelah beberapa menit, Audrey keluar dari kamar mandi.
Audrey hanya menggunakan handuk melilit di tubuhnya. Audrey terlihat
sedikit terkejut ketika dia mengetahui aku sudah berada di kamar.
Mukanya terlihat malu.
“Audrey segera siap-siap sesuai perintahku” kata Wen kepada Audrey memecah keheningan kamar. Audrey hanya menggangguk menurut.
Melihat anggukan Audrey, Wen kemudian melangkah keluar kamar sambil
menyuruhku dan Peter mengikutinya. Kami pun keluar dari kamar tidur
utama meninggalkan Audrey sendiri dan kami menuju ruang TV di lantai
bawah. Sesampainya di ruang TV, Wen menyuruh Peter dan aku meminggirkan
meja di ruang TV sehingga hanya tinggal sofa dan karpet di ruang TV itu.
Wen dan Peter duduk di sofa panjang sedangkan aku diminta duduk di sofa
kecil di ruang TV. Setelah kurang lebih 15 menit kemudian, nampak
Audrey turun dari lantai atas. Audrey sudah mengenakan make-up dengan
rambut tertata rapi, namun Audrey tidak mengenakan pakaian apapun juga.
Audrey turun ke ruang TV dalam keadaan telanjang bulat, di vaginanya
yang bersih terlihat cincin emas dan bel kecil masih tergantung. Terus
terang Audrey terlihat sangat cantik sekali dengan kepolosannya itu yang
membuat penisku segera mengencang.
Sesampainya di ruang TV, Audrey langsung berdiri di tengah ruangan
menghadap ke arah Wen dan Peter. Terlihat Audrey sedikit malu karena
melihat kehadiranku diruang TV itu.
“Nah, Audrey, setelah saya dan anakku ini menikmati tubuhmu dari siang,
sekarang saya ingin melihat apakah kamu sudah siap untuk benar-benar
menjadi budak seksku” kata Wen tiba-tiba kepada Audrey.
Audrey yang ditanya hanya mengangguk pelan.
“Sekarang kamu panggil pembantu laki-laki dan supirmu kesini” perintah Wen kepada Audrey.
“Ter, kamu juga panggil si Kisno kesini” perintah Wen kepada Peter
sambil menunjuk ke arah luar rumah menandakan Peter harus memanggil
Kisno supir pribadi Wen yang menunggu diluar.
Mendengar apa yang dikatakan Wen, Audrey dan aku sangat kaget. Kami tidak percaya dengan apa yang baru kami dengar.
“Maaf Pak Wen, kelihatannya jangan sejauh itu” kataku kepada Wen.
“Ya terserah kamu Tom, tapi jangan salahkan saya kalau dvd rekaman
persetubuhan Audrey tersiar luas di internet atau bahkan sampai ke
tangan orang tua Audrey” jawab Wen kalem.
Aku tidak bisa menjawab, aku hanya bisa memandang Audrey untuk
menanyakan pendapatnya. Audrey hanya diam saja, air mata menetes di
kedua pipinya.
“Bagaimana? Ini terserah kalian” sahut Wen kepadaku dan Audrey sambil memberi isyarat kepada Peter untuk bangkit dari sofa.
Melihat Wen dan Peter bangkit dari sofa, Audrey segera berlutut dan meraih paha Wen.
“Ampuun Pak Wen, saya akan lakukan apa saja, asal jangan dengan pembantu
atau supir…malu saya…” tangis Audrey mengiba kepada Wen.
“Aaahh…kamu itu budak seksku, kamu harus menurut apapun yang saya suruh
tahu! Lagian pembantu-pembantumu pasti sudah curiga, dari tadi siang
saya ada di dalam kamarmu. Apa lagi yang kamu harus sembunyikan” hardik
Wen kepada Audrey.
“Saya hitung sampai 10, apabila tetap tidak mau, saya akan pergi dari
rumahmu sekarang juga, tapi jangan salahkan saya kalau rekaman
persetubuhanmu sampai ke tangan orang tuamu” lanjut Wen tegas.
“1…..2……3……4…….5…….6……7…..” hitungan Wen dimulai.
Pada hitungan ke delapan, Audrey bangkit dari posisi berlutut. Dengan
gemetar dan isak tangis Audrey menuju interkom yang berada di dinding
ruang TV.
“Pak Sudin….Pak Amir…” suara Audrey bergetar memanggil pembantu laki-laki dan supirku.
“Ya bu..” terdengar jawaban Sudin dari seberang interkom.
“Tolong Pak Sudin dan Pak Amir ke ruang TV” lanjut Audrey masih dengan suara bergetar menahan tangis.
“Baik bu” jawab Sudin kemudian.
Mendengar itu, Wen segera meyuruh Peter untuk memanggil Kisno supir
pribadinya yang menunggu diluar. Peter yang sudah dapat menebak apa yang
diinginkan bapaknya dengan sedikit berlari segera keluar rumah.
“Jangan lupa bilang si Kisno bawa videocamnya” sahut Wen kepada anaknya.
Audrey telah kembali berdiri di tengah ruang TV sambil menangis ketika Sudin dan Amir tiba di ruang TV.
“Ada……aaapppaaaaaa…” Amir tidak dapat melanjutkan kata-katanya, nampak
sekali dia kaget ketika tiba di ruang TV dan melihat majikan
perempuannya dalam keadaan telanjang bulat di tengah ruang TV.
Baik Amir maupun Sudin hanya berdiri terpana melihat keadaan Audrey.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Meskipun raut muka
mereka nampak kaget, namun mata mereka tidak bisa lepas dari pemandangan
indah yang ada di hadapan mereka.
“Naahh, Sudin dan Amir, malam ini majikanmu mau memberimu hadiah atas
kesetian kalian selama ini” kata Wen tiba-tiba memecah keheningan di
ruang TV itu.
Mendengar kata-kata Wen, Sudin dan Amir diam saja. Mereka mengerti apa
maksud kata-kata Wen, namun mereka berdua langsung menatapku seakan
minta kepastian dariku. Karena masih kaget dan tidak tahu apa yang harus
aku perbuat, aku hanya diam saja dan malah memandang ke arah Audrey
seakan-akan menyuruh Sudin dan Amir menanyakannya langsung ke Audrey.
“Audrey, hentikan tangismu! Cepat katakan apa yang saya telah ajarkan
kepadamu sepanjang siang” sahut Wen dengan keras kepada Audrey.
“Tuan-tuan, sa..saya..si..siap melayani tuan-tuan…silahkan pa..pakai
se..seluruh lubang yang ada pada diri saya untuk ke…kenikmatan
tuan-tuan” kata Audrey terbata-bata sambil menahan tangisnya.
“Nah, Sudin dan Amir, kalian sudah dengar sendiri kan. Silahkan langsung
saja jangan malu-malu. Majikanmu sudah memperbolehkan. Saya hanya minta
boleh direkam ya….” kata Wen terkekeh sambil mengambil video kamera
dari tangan Kisno yang ternyata juga bersama Peter telah tiba di ruang
TV.
“Kisno, kamu ajari Sudin dan Amir supaya tidak malu-malu” perintah Wen kemudian kepada Kisno supirnya.
“Siaap boss” jawab Kisno cepat sambil menghampiri Audrey.
Kemudian Kisno menjambak rambut Audrey dengan tangan kirinya dan menariknya ke belakang sehingga wajah Audrey terdongak ke atas.
“Mir, Din. Majikanku ini selalu membagi budak seksnya kepadaku. Sekarang
majikanmu ini sudah jadi budak seksnya, sehingga beruntunglah kalian
bisa ikutan menikmatinya. Ayo jangan malu-malu, kapan lagi bisa
menikmati dan memperbudak majikan sendiri…haa..haa….haa..” kata Kisno
kepada Sudin dan Amir sambil tertawa dan tangan kanannya mulai
meraba-raba kedua payudara dan vagina Audrey.
Dengan ragu-ragu, Sudin dan Amir menghampiri Audrey. Tangan-tangan
mereka mulai menggerayangi tubuh dan paha mulus Audrey. Melihat Audrey
hanya diam saja, tangan-tangan Sudin dan Amir semakin berani
menggerayangi tubuh Audrey. Tangan-tangan mereka mulai ikut-ikutan
meraba-raba kedua payudara dan vagina Audrey.
“Senyum! Jangan mewek aja kalau lagi ngelayanin tuan-tuanmu ini!” bentak Kisno keras kepada Audrey.
Audrey yang mendengar bentakan Kisno berusaha tersenyum dengan terpaksa.
“Cium kedua majikan kamu ini dengan mesra” perintah Kisno selanjutnya
kepada Audrey sambil melepaskan jambakannya pada rambut Audrey.
Audrey meskipun terlihat terpaksa kemudian melingkarkan kedua tangannya
di leher Amir dan mulai mencium bibir Amir dengan mesra. Ciuman Audrey
pada supirku itu tidak bertepuk sebelah tangan. Amir langsung membalas
ciuman Audrey dengan ganas. Lidahnya langsung masuk ke mulut Audrey dan
mengobok-obok mulut Audrey sampai-sampai Audrey kesulitan bernapas dan
tersedak. Kemudian Audrey beralih kepada Sudin. Kembali kedua tangannya
dilingkarkan di leher pembantuku itu, dan bibirnya mulai menciumi bibir
Sudin. Tidak seperti Amir, Sudin membalas ciuman Audrey dengan mesra.
Sudin sedikit menarik Audrey dari Kisno dan Amir, sehingga Audrey dan
Sudin dapat berciuman dengan mesra berdua tanpa gangguan Amir dan Kisno.
Sambil tetap berciuman dengan Audrey, Sudin melingkarkan tangan kirinya
di pinggul Audrey dan tangan kanannya digunakan untuk meraba-raba dan
mempermainkan klitoris Audrey. Setelah berciuman beberapa menit sambil
mempermainkan klitoris Audrey, Sudin menurunkan tangan kirinya ke
bongkahan pantat Audrey. Diraba-rabanya kedua bongkahan pantat Audrey
itu, dan kemudian dengan sedikit menahan pantat Audrey dengan telapak
tangan kirinya, Sudin memasukan jari tengah dan jari telunjuk tangan
kanannya ke dalam vagina Audrey dengan jempol tangan kanan Sudin tetap
mempermainkan klitoris Audrey.
“Eegghhh…” terdengar erangan kecil Audrey ketika kedua jari Sudin memasuki vaginanya.
“Suka?” tanya Sudin kepada Audrey sambil melepaskan ciumannya pada Audrey. Audrey tidak menjawab, dia hanya diam saja.
Melihat Audrey hanya diam saja, Sudin menekan kedua jarinya di dalam vagina Audrey dengan sedikit keras.
“Egghh….” terdengar erangan Audrey sedikit mengeras.
“Suka?” tanya Sudin lagi kepada Audrey dengan sedikit tegas.
Mendengar pertanyaan Sudin untuk kedua kalinya, Audrey mengangguk pelan untuk menjawab dan menyenangkan hati Sudin.
“Eh..sini Din, jangan dipakai sendiri aja, kita juga mau” kata Kisno tiba-tiba sambil menarik Audrey dari Sudin.
“Ayo sini, layani kita bertiga sekaligus” kata Kisno sambil menarik
Audrey kembali ke tengah ruang TV yang segera diikuti oleh Amir dan
Sudin.
“Ayo pelacur, kamu kan sudah diajari Pak Wen dari tadi siang, tunjukkan keahlianmu” perintah Kisno kepada Audrey.
Kini Audrey yang telanjang bulat dikelilingi oleh Kisno, Sudin dan Amir
di tengah ruang TV. Tanpa perlu diperintah lebih lanjut, Audrey mulai
melepaskan pakaian Kisno, Sudin dan Amir. Setelah seluruh pakaian
ketiganya lepas, Audrey kemudian berlutut dan mulai melepaskan celana
dan celana dalam Kisno, Sudin dan Amir sehingga Kisno, Sudin dan Amir
menjadi telanjang bulat. Terlihat sedikit kaget Audrey melihat
selangkangan dan penis-penis Kisno, Sudin dan Amir. Selangkangan Kisno,
Sudin dan Amir ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat tidak terurus,
ketiga penis mereka semuanya berwarna hitam, berukuran besar-besar dan
sudah mengeras. Nampak penis Kisno sedikit berbeda dari yang lainnya. Di
penis Kisno terlihat mempunyai tonjolan-tonjolan bulat, sepertinya di
dalam kulit penis Kisno seakan-akan ada beberapa kelereng kecil yang
dapat bergerak-gerak dan membuat kulit penis Kisno menjadi tidak rata
dan bergelombang. Selain daripada keanehan itu, terlihat kedua sisi
penis kisno juga ditindik dengan beberapa cincin emas seperti yang ada
pada bibir atas vagina Audrey, namun yang membedakannya adalah di
cincin-cincin pada penis Kisno itu di beberapa bagiannya tertutup dengan
bulu-bulu kasar seperti sabuk kelapa. Melihat penis Kisno yang sangat
aneh itu, terlihat wajah Audrey menjadi panik dan ketakutan. Air mata
kembali meleleh di kedua pipinya.
“Hehehehe….jangan takut” kata Kisno tiba-tiba kepada Audrey.
“Penis ini akan membawa kenikmatan untukmu pelacur! Pak Wen khusus
membawaku ke Cina untuk menjadikan penisku ini sumber kenikmatan wanita
yang tidak ada taranya. Jadi kamu harus merasa beruntung dapat mencicipi
penisku ini. Kamu pasti akan ketagihan seks setelah merasakan penisku
ini” kata Kisno dengan sedikit tertawa.
Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu apa-apa lagi, Kisno langsung
menarik muka Audrey ke arah selangkangannya. Dan dengan sedikit memaksa
tangan Kisno membuka mulut Audrey dan memasukkan penisnya yang besar ke
dalam mulut Audrey. Audrey dengan sedikit gelagapan berusaha membuka
mulutnya lebar-lebar agar dapat menerima penis Kisno yang besar itu.
Kisno langsung memompa penisnya pada mulut Audrey dengan cepat sampai
Audrey tersedak-sedak. Setelah beberapa menit memompa mulut Audrey
dengan penisnya, Kisno kemudian memalingkan wajah Audrey ke arah penis
Amir. Audrey mengerti apa yang diminta, dia langsung membuka mulutnya
dan mulai melakukan oral service pada penis Amir. Raut muka Amir
menampakkan kegembiraan yang amat sangat ketika penisnya mulai dioral
oleh mulut Audrey. Dia kelihatannya tidak mempercayai apa yang sedang
terjadi, dia tidak pernah menyangka bahwa majikan perempuannya yang muda
dan cantik mau mengulum-ngulum, menghisap-hisap dan menjilati penis
tuanya. Selagi mengoral service penis Amir, Kisno meraih tangan kiri
Audrey dan mengarahkan ke penisnya. Audrey seperti wanita yang sudah
terlatih langsung mengerti kemauan Kisno dan mulai mengocok-ngocok penis
Kisno dengan tangan kirinya. Melihat itu Sudin juga tidak mau kalah dan
meraih tangan kanan Audrey dan mengarahkannya ke penisnya. Tanpa
diperintah lagi Audrey juga langsung mengocok-ngocok penis Sudin.
Terlihat pemandangan yang sangat menakjubkan di hadapanku. Audrey yang
cantik jelita, berkulit mulus dan putih sedang melayani 3 laki-laki yang
buruk rupa sekaligus.
2 laki-laki itu yang sedang dilayani Audrey adalah pembantu dan supirnya
sendiri yang sudah berusia 50 tahunan, sedangkan pria satu lagi, si
Kisno, meskipun umurnya kira-kira seumuranku, namun mukanya dapat
dikatakan yang paling buruk jika dibandingkan dengan yang lain, dan
dengan tubuh gempalnya Kisno terlihat seakan-akan seperti raksasa jika
dibandingkan dengan tubuh Audrey. Setelah beberapa menit mengoral penis
Amir, wajah Audrey kembali dipalingkan oleh Kisno. Kali ini ke penis
Sudin. Audrey langsung menurut dan mulai menjilati dan menghisap-hisap
penis Sudin sedangkan tangan kanannya beralih ke penis Amir. Setelah
beberapa menit melayani penis Sudin dengan mulutnya, wajah Audrey
kembali dipalingkan ke penis Kisno dan tangannyapun beralih ke penis
yang lain yang sedang tidak dioralnya. Kemudian beberapa menit kemudian
beralih lagi ke penis Amir dan kemudian ke penis Sudin dan begitu
seterusnya sehingga ketiga penis hitam raksasa itu diservicenya
bergantian. Selain menjilati dan menghisap ketiga penis itu, Wen yang
sedari tadi asyik merekam adegan Audrey dengan Kisno, Sudin dan Amir
memerintahkan Audrey untuk mengulum-ngulum biji-biji kemaluan Kisno,
Sudin dan Amir serta juga menjilati paha dalam ketiganya. Audrey juga
diperintahkan Wen, untuk melakukan deep throat pada ketiga penis itu,
hal mana dipenuhi oleh Audrey dengan susah payah karena begitu besarnya
penis-penis itu. Audrey menuruti semua instruksi Wen meskipun terlihat
beberapa kali Audrey merasa tidak nyaman karena bau dari penis-penis dan
selangkangan-selangkangan Kisno, Sudin dan Amir, namun dengan pasrah
Audrey terpaksa menurutinya. Sedangkan Kisno, Sudin dan Amir terlihat
keenakan dioral dan dijilati oleh Audrey, muka-muka mereka sudah nampak
mesum keenakan. Setelah hampir satu jam memberikan oral service kepada
Kisno, Sudin dan Amir, nampak peluh mulai sedikit membasahi tubuh
Audrey. AC di ruang TV sedikit banyak membantu Audrey sehingga peluh
tidak membanjiri tubuhnya. Audrey yang sedang mengulum penis Sudin
mempercepat gerakannya, kelihatannya Audrey mengetahui bahwa Sudin
hampir mencapai klimaksnya.
“Good…good….telan semua ya….” perintah Wen seakan-akan tahu apa yang akan terjadi.
Audrey tidak menjawab, dia malah makin mempercepat gerakannya mengoral
service penis Sudin. Dan tidak beberapa lama kemudian Sudin memuntahkan
seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey yang langsung ditelan semuanya
oleh Audrey, hal mana terlihat dari tenggorokan Audrey yang
bergerak-gerak menelan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Setelah menelan
seluruh sperma Sudin, Audrey berpindah ke penis Amir. Dihisap-hisapnya
penis Amir dengan mulutnya sambil tangan kanannya yang kini bebas
mengelus-elus biji kemaluan Amir. Tidak beberapa lama kemudian, Amirpun
memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey dan seluruh sperma
itupun ditelan habis oleh Audrey. Terakhir adalah giliran Kisno. Audrey
menghisap-hisap dan menjilati penis Kisno dan kedua tangan Audrey
mengelus-elus biji kemaluan dan paha dalam Kisno. Terlihat sekali Audrey
berusaha memberikan rangsangan yang hebat untuk Kisno agar Kisno cepat
mengalami orgasme dan penderitaan Audrey dalam memberikan oral service
dapat segera berakhir. Namun rupanya Kisno mempunyai stamina yang cukup
bagus, sehingga perlu waktu yang cukup lama bagi Audrey untuk membuat
Kisno orgasme dan memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey.
Ketika seluruh sperma Kisno telah ditelan habis oleh Audrey, Kisno
kembali menjambak rambut Audrey dan menariknya ke atas dengan kasar
sehingga Audrey terpaksa berdiri. Kemudian Kisno meraih cincin emas dan
bel kecil di bibir atas vagina Audrey dengan kasar.
“Oooucchh….” terdengar jeritan kecil kesakitan keluar dari mulut Audrey.
Kemudian Kisno dengan menarik cincin emas dan bel kecil itu menuntun
Audrey ke sofa tunggal yang menghadap TV LCD 42’ di ruang TV rumahku.
Suatu pemandangan yang juga sangat menakjubkan, Kisno yang bertubuh
besar dan gempal itu menarik cincin dan bel kecil itu dan dengan
terpaksa dan sambil menahan sakit Audrey yang cantik mengikutinya. Kisno
dengan seenaknya menarik cincin dan bel keci itu seakan-akan dia sedang
menarik cincin dihidung seekor sapi, namun bukan sapi yang ditarik
melainkan istriku Audrey di vaginanya.
Audrey didudukan oleh Kisno di sofa tunggal itu, masing-masing kedua
kakinya dibuka lebar diletakkan di lengan-lengan sofa tersebut sehingga
posisi Audrey sekarang duduk di sofa dengan kedua kaki mengangkang
lebar. Wen memberi isyarat kepada Audrey untuk tidak bergerak dalam
posisi itu. Kemudian Wen menyambungkan sebuah kabel panjang ke TV LCD
42’ yang berada di hadapan Audrey. Dan setelah kabel tersambung,
nampaklah gambar Audrey di TV itu sedang mengangkang lebar di sofa.
“Nah, sekarang baru asyik. Kamu bisa melihat secara live persetubuhanmu sendiri” kata Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab apa-apa. Kemudian Wen memerintahkan Audrey untuk
membuka vaginanya dengan jari-jari tangannya sendiri. Audrey dengan
sedikit ragu menurutinya. Audrey membuka vaginanya sendiri dengan
lebar-lebar. Lalu Wen memerintahkan Audrey untuk mengatakan hal-hal yang
tidak senonoh, seperti “saya pelacur yang siap melayani”, “vagina saya
sudah ingin sekali dimasuki penis yang besar” dan lain-lain. Audrey pada
awalnya tidak mau menuruti perintah Wen, namun setelah diancam oleh Wen
bahwa rekaman persetubuhannya akan tersebar di internet, Audreypun
menuruti dengan sedikit isak tangis dan air mata yang meleleh di kedua
pipinya. Setelah puas mempermalukan Audrey, Wen memberikan isyarat
kepada Kisno, dan Kisnopun langsung berlutut didepan selangkangan Audrey
dan mulai menjilati paha dalam Audrey dan terus ke vagina Audrey.
Ketika lidah Kisno yang ternyata ditindik dengan besi kecil itu mulai
menyapu bagian dalam vagina Audrey, terlihat tubuh Audrey sedikit
menegang menerima rangsangan di vaginanya. Kedua tangan Audrey
meremas-remas pegangan tangan sofa dan kadang-kadang memegang paha
dalamnya sendiri agar kedua kakinya tetap mengangkang lebar. Mata Audrey
tertuju pada selangkangannya sendiri untuk melihat kegiatan lidah Kisno
di vaginanya.
“Audrey, ngapain kamu melihat ke bawah, di TV sudah ada gambarmu
sendiri, kalau kamu mau melihat dengan jelas vaginamu tanpa terhalang
kepala Kisno, akan saya zoom dan kamu bisa melihatnya secara jelas di
TV” kata Wen sambil menzoom kameranya dan mengarahkannya pada posisi
yang tepat sehingga di TV terlihat jelas sekali vagina Audrey yang
sedang dijilati oleh Kisno dengan rakus.
Audrey menuruti apa yang dikatakan oleh Wen. Audrey mulai memandang ke
arah TV dan melihat vaginanya sedang dijilati oleh Kisno di TV. Dengan
tanpa menghentikan jilatan-jilatannya pada vagina dan klitoris Audrey,
Kisno memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya ke dalam
vagina Audrey. Audrey dengan mata tetap memandang ke TV mengeluarkan
erangan kecil, badannya bergoyang-goyang mengikuti irama permainan
jari-jari Kisno di vaginanya. Adegan itu direkam dengan lihainya oleh
Wen. Wen kadang-kadang menzoom in dan zoom out kameranya sehingga
kadang-kadang hanya gambar vagina Audrey yang sedang dipermainkan Kisno
nampak di layar TV dan kadang-kadang gambar keseluruhan Audrey sedang
duduk mengangkang di sofa dengan badan yang bergoyang-goyang dan
meliuk-liuk dengan kepala Kisno terbenam diselangkangannya nampak di
layar TV. Erangan-erangan makin jelas keluar dari mulut Audrey,
nampaknya Kisno dengan lihainya telah membuat Audrey terangsang hebat.
Tubuh Audrey makin bergoyang mengikuti irama jilatan-jilatan lidah Kisno
di vaginanya. Kadang-kadang terlihat Audrey menggigit kecil bibir
bawahnya sendiri menahan rangsangan hebat yang mulai menjalar ke seluruh
tubuhnya. Cukup kira-kira 10 menit permainan Kisno di vagina Audrey
sudah membuat Audrey mulai lupa pada keadaan sekelilingnya. Mata Audrey
tetap menatap TV yang menanyangkan dirinya sedang dirangsang oleh Kisno,
namun kedua tangannya mulai mengelus-elus dan menjambak-jambak kecil
rambut di kepala Kisno. Audrey mulai berani memajukan pinggulnya ke
depan agar lidah dan jari-jari tangan Kisno dapat makin menekan masuk ke
dalam vaginanya.
“Iyaaa…teerruss…iyaa….teeeruss s” mulai terdengar rintihan-rintihan
Audrey tanda dia menyukai apa yang diperbuat Kisno di vaginanya.
Mendengar itu Wen tertawa kecil dan menzoom kamera ke wajah Audrey yang
cantik. Audrey yang melihat wajahnya di close-up di TV tersenyum kecil.
Rangsangan yang diberikan Kisno pada vaginanya mulai menghilangkan rasa
malu dan rasa jijiknya terhadap pasangan persetubuhannya.
Tidak lama setelah itu mulai nampak tanda-tanda Audrey akan mengalami
orgasmenya. Pinggulnya makin ditekannya ke depan kearah mulut Kisno.
Jambakan-jambakan tangannya pada rambut Kisno mulai semakin liar dan
kedua kakinya semakin dibukanya lebar-lebar. Detik-detik akhir mendekati
orgasme makin terlihat pada diri Audrey, gerakan pinggulnya semakin
liar, erangan-erangannya semakin keras, namun ketika saat-saat orgasme
tinggal selangkah lagi, tiba-tiba dengan mulutnya, Kisno menarik cincin
emas yang ada di bibir atas vagina Audrey dengan keras.
“Aoouuuccch……..!!!” teriak Audrey keras karena kesakitan. Mukanya
meringis menahan sakit, bibirnya menggigit tangan kanannya yang dikepal.
Orgasme yang tinggal selangkah lagi dicapainya hilang karena rasa sakit
itu.
Muka sedikit kecewa nampak diraut wajah Audrey, namun Kisno tidak
mempedulikannya. Kisno kembali pada kegiatannya merangsang vagina Audrey
kembali, dan bagi Audrey setelah beberapa menit rasa sakit itu hilang,
Audreypun kembali hanyut pada permainan Kisno di vaginanya. Beberapa
kali kejadian seperti itu berulang, rupanya Kisno dengan sengaja membuat
Audrey ke titik hampir klimaks namun kemudian menurunkannya kembali
dengan cara menarik cincin emas yang berada di bibir atas vagina Audrey,
sehingga Audrey hanya mengalami rangsangan yang sangat hebat namun
tidak bisa orgasme. Diperlakukan seperti itu membuat Audrey penasaran,
goyangan pinggulnya semakin hebat, sedangkan kedua tangannya berusaha
melindungi cincin emas dan bel kecil yang berada di bibir atas vaginanya
agar tidak bisa ditarik oleh mulut Kisno. Melihat itu Wen segera
menyuruh Peter untuk memegang kedua tangan Audrey dan menariknya ke atas
dan ke belakang kepala Audrey, sehingga dengan kedua tangan yang
dipegang Peter itu, Audrey tidak bisa mencegah perbuatan Kisno yang
menghalanginya mencapai orgasme. Selama setengah jam Audrey diperlakukan
demikian oleh Kisno. Audrey nampak sekali sudah tidak tahan untuk
meraih orgasmenya yang tidak kunjung juga bisa dicapainya. Tatapan
matanya sayu dan pasrah dan kadang-kadang dia memejamkan matanya.
“Tolong….bikin saya orgasme…jangan…ditarik lagi…” desah Audrey pelan kepada Kisno berulang-ulang.
Mendengar itu Wen kembali tertawa lebar dan berkata “Audrey, kamu itu
budak seks, bukan kamu yang harus dilayani, tapi kamu harus melayani
tahu!”
“Kamu kalau mau orgasme harus minta ijin, apabila diijinkan baru boleh kamu orgasme, mengerti!” lanjut wen kepada Audrey.
Audrey yang sudah tidak tahan untuk mencapai orgasme langsung menjawab “Pak Wen, bolehkah saya orgasme?”
Pertanyaan itu diulangnya berkali-kali sampai tiba-tiba Sudin dan Amir
secara hampir bersamaan berkata “Pak Wen, biarkan saya yang membuatnya
orgasme”.
Mendengar itu Wen tertawa kecil “Tidak usah rebutan, Audrey bisa melayani kalian berdua sekaligus”
“Audrey, kamu beruntung, ada 2 pejantan ini yang mau memuaskanmu, kamu
tahu apa yang harus dilakukan” kata Wen setengah memerintah kepada
Audrey.
Mendengar itu, Audrey dengan dibantu oleh Kisno bangkit dari sofa, lalu
kemudian langsung merebahkan diri telentang di karpet di tengah ruang TV
dengan kaki mengangkang lebar-lebar di hadapan Sudin dan Amir. Sudin
dan Amir dengan penis-penisnya yang sudah kembali mengencang malah
dengan bodohnya termangu melihat posisi siap disetubuhi yang
dipertontonkan Audrey kepada mereka. Kelihatannya mereka tidak percaya
apa yang ada di hadapan mereka dan mereka bingung siapa yang akan
memulai duluan.
“Pak Amir…sini..” desah Audrey setengah memerintah kepada Amir dan
dengan muka yang nampak sudah tidak sabar karena baik Amir maupun Sudin
hanya termangu berdiri di hadapannya.
Amir yang mendengar namanya dipanggil dengan setengah cengengesan
meledek kearah Sudin langsung memposisikan dirinya di atas tubuh Audrey.
Amir segera mengarahkan penisnya yang besar dan hitam kearah vagina
Audrey yang mungil dan mulus itu.
“Maaf ya bu….hehehehe…” terdengar bisikan Amir sambil terkekeh kecil
kepada Audrey ketika Amir mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina
Audrey.
Terdengar erangan dan rintihan kecil dari mulut Audrey ketika penis Amir
mulai memasuki vaginanya. Audrey berusaha memposisikan dirinya agar
penis Amir dapat masuk dengan lancar ke dalam vaginanya. Meskipun
vaginanya sudah sangat basah akibat permainan Kisno, namun terlihat
Audrey sedikit kesusahan menerima penis Amir yang besar di vaginanya.
Setelah beberapa puluh detik, barulah seluruh penis Amir amblas ke dalam
vagina Audrey. Mata Audrey memancarkan kebahagiaan dan ketakjuban
karena ternyata vaginanya dapat menampung seluruh penis Amir yang sangat
besar dan panjang itu. Beberapa menit Amir mendiamkan penisnya dalam
vagina Audrey untuk memberikan kesempatan pada Audrey membiasakan diri
dengan penisnya yang besar itu. Kemudian tanpa basa-basi lagi Amir
langsung menggenjot penisnya pada vagina Audrey dengan keras, cepat dan
kasar. Audrey yang sudah terangsang berat karena permainan Kisno
sebelumnya, langsung melayani permainan kasar Amir, dilayaninya
genjotan-genjotan Amir dengan goyangan-goyangan pinggulnya dengan tak
kalah hebat. Terlihat pemandangan yang sangat hebat. Dua manusia berbeda
jenis kelamin, yang satu muda dan cantik sedangkan yang satu lagi tua
dan jelek bersetubuh hanya untuk mencari kepuasan nafsu hewani
masing-masing, tanpa cinta dan tanpa kemesraan tapi hanya berlomba-lomba
mencari kepuasan seksnya masing-masing. Audrey dan Amir bersetubuh
dengan kasar dan ganas, mereka berdua sudah tidak mempedulikan
sekelilingnya. Mereka seakan-akan berlomba untuk lebih dahulu mencapai
orgasmenya sebelum pasangan persetubuhannya mencapai orgasme. Hanya
perlu sekitar 15 menit ketika Audrey yang memang telah terangsang hebat
dengan permainan Kisno mencapai orgasmenya yang hebat dan panjang.
Lenguhan keras terdengar keluar dari mulutnya, badannya menegang keras,
tanggannya merangkul erat punggung Amir dan kedua kakinya dikaitkan
rapat-rapat pada pinggul Amir. Setelah beberapa menit di puncak orgasme,
badan Audrey melemas, kedua tangannya melepas pelukannya pada punggung
Amir, kedua kakinya tergolek lemas di atas karpet.
Tidak seperti Audrey, Amir yang sebelumnya sudah mencapai orgasme ketika
dioral service oleh Audrey, masih membutuhkan waktu lama untuk mencapai
orgasme. Genjotan-genjotannya pada vagina Audrey malah semakin kencang,
cepat dan kasar. Muka Amir tersenyum lebar karena mengetahui majikan
perempuannya sudah mencapai orgasme, seakan-akan menunjukkan bahwa dia
adalah pemenang dari pertarungan seks itu. Audrey yang sudah lemas,
karena selain sudah orgasme juga karena sedari siang sudah melayani Wen
dan anaknya hanya bisa tergoncang-goncang hebat dengan permainan kasar
Amir. Kedua tangan Audrey hanya tergolek lemah di atas karpet, kedua
kakinya tidak dapat diangkatnya lagi. Audrey hanya bisa tergeletak lemas
dengan posisi kaki terbuka lebar di atas karpet. Ketika Amir meraih
kedua pergelangan kaki Audrey dengan kedua tangannya dan mengangkatnya
ke atas serta membuka kedua kakinya lebar-lebar, Audrey hanya bisa
pasrah. Erangan-erangan terdengar setiap kali penis Amir yang besar
membobol vaginanya berulang kali dengan kasar. Mata Audrey hanya bisa
menatap kosong ke wajah Amir dan sesekali kearah vaginanya seakan-akan
menunggu kapan penis Amir yang besar akan memuntahkan seluruh spermanya
ke dalam vaginanya. Setelah belasan menit, Amir belum juga tampak akan
orgasme. Amir merapatkan kedua kaki Audrey dan menyandarkannya pada
salah satu bahunya dan semakin cepat menggenjot vagina Audrey. Audrey
secara reflek merapatkan kedua tangannya sejajar di kiri dan kanan
tubuhnya. Audrey hanya bisa mengerang-erang dan merintih-rintih ketika
penis Amir masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Dengan kaki yang
dirapatkan oleh Amir, vagina Audrey makin menyempit karena
selangkangannya tertutup rapat. Badan Audrey hanya tergoncang-goncang
mengikuti permainan Amir. Audrey sudah tidak sanggup lagi menggoyangkan
pinggulnya, dia hanya bisa pasrah sambil merintih-rintih. Telah beberapa
belas menit berlalu ketika tiba-tiba Wen berkata “Oooh, kita ada yang
lupa nih, si pelacur tadi orgasme tanpa minta ijin terlebih dahulu,
berarti dia harus dihukum”.
“Kisno, mana jepitan favorit saya, kamu bawa?” lanjut Wen kepada Kisno.
Kisno yang ditanya langsung merogoh tas kamera dan mengeluarkan dua buah
jepitan besi yang berbentuk seperti jepitan jemuran. Kedua jepitan itu
dihubungkan dengan sebuah rantai besi.
“Pakaikan ke Audrey” perintah Wen kepada Kisno.
Wajah Audrey nampak ketakutan melihat jepitan besi itu. Kedua tangannya
langsung digunakannya untuk menutupi kedua payudaranya. Rupanya Audrey
dapat langsung menebak apa kegunaan jepit besi itu.
Peter yang melihat Audrey menutupi kedua payudaranya dengan kedua
tangannya langsung mendekati Audrey. Diraihnya kedua tangan Audrey dan
dengan paksa ditariknya kedua tangan Audrey itu ke atas dan diletakan di
atas karpet sejajar dengan kepala Audrey. Dengan posisi kedua lengan
dipegangi oleh Peter dan kedua kaki yang dipegangi oleh Amir. Audrey
menjadi tidak berdaya dan kedua payudaranya terekpos bebas. Kemudian
Kisno menghampiri Audrey, dan dengan cekatan masing-masing jepitan itu
digunakannya untuk menjepit masing-masing puting payudara Audrey. Audrey
tidak dapat berkata apa-apa karena begitu cepatnya kejadian itu. Hanya
terdengar jeritan keras Audrey dan diikuti dengan air mata yang meleleh
di kedua pipinya ketika masing-masing jepitan sudah terpasang dengan
sempurna menjepit puting payudaranya. Setelah kedua jepitan sudah
terpasang sempurna pada tempatnya, Kisno menyerahkan rantai yang
menghubungkan kedua jepitan itu kepada Amir. Amir dengan wajah mesum
melepaskan pegangannya pada kedua kaki Audrey dan menerima rantai besi
itu dari Kisno. Kemudian Amir tanpa basa basi lagi langsung menarik
rantai besi itu ke arahnya sehingga kedua payudara Audrey tertarik ke
atas dan ke arah Amir sampai-sampai membuat tubuh Audrey terpaksa
mengikuti tarikan Amir pada rantai besi itu sehingga posisi Audrey
setengah duduk namun Audrey tidak dapat duduk dengan sempurna karena
dalam vaginanya masih tertancap penis Amir yang besar.
“Ngangkang yang lebar dan angkat kakinya atau saya tarik sampai
putingnya putus!” sahut Amir tiba-tiba kepada Audrey yang cukup
membuatku kaget karena baru pertama kalinya aku mendengar supirku ini
berani membentak istriku.
Dengan kedua jepit diputingnya dan rantai yang ditangan Amir, Audrey
hanya bisa menurut. Diangkatnya dan dibukanya lebar-lebar kedua kakinya
sehingga kini Audrey dalam posisi setengah duduk dengan hanya sedikit
pantat yang menumpu tubuhnya dan kedua tapak tangannya yang bertumpu
pada karpet agar tubuhnya tidak jatuh ke belakang.
Amir kembali mempercepat genjotannya pada vagina Audrey. Kedua tangan
Amir memegang rantai jepit itu dan menarik-nariknya sehingga nampak
seperti seperti seseorang yang sedang memegang tali kendali kuda.
Sesekali tangan kirinya menampar-nampar paha luar Audrey sehingga Amir
seperti seorang joki. Tapi bukan joki yang menunggang kuda tapi joki
yang sedang menyetubuhi seorang wanita yang sangat cantik. Payudara
Audrey nampak tertarik dengan kencang kedepan, badannya bergoyang hebat
karena genjotan ganas Amir pada vaginanya. Audrey nampak kerepotan untuk
menjaga keseimbangannya, namun karena jepitan pada kedua payudaranya
itu nampak Audrey tetap berusaha tetap pada posisinya. Setelah beberapa
menit diperlakukan kasar begitu oleh Amir, nampak perubahan pada diri
Audrey. Rupanya diperlakukan kasar oleh supirnya membuat sensasi sendiri
pada diri Audrey. Vaginanya nampak mulai banjir dengan cairan
kewanitaannya. Bunyi vagina basah yang dimasuki penis mulai terdengar
keras setiap kali Amir dengan kasar memasukkan penisnya dalam vagina
Audrey. Mata Audrey menjadi berbinar, matanya memandang bergantian
kearah Amir, kearah kedua payudaranya dan kearah vaginanya yang sedang
digenjot dengan ganas oleh penis Amir yang besar dan hitam itu. Ketika
Amir menyodorkan jari tengah dan jari telunjuk tangan kirinya kearah
muka Audrey, Audrey langsung menyambutnya dengan mulutnya dan mulai
mengulum-ngulum kedua jari Amir itu dengan tatapan yang seksi kearah
Amir. Desahan-desahan kenikmatan mulai keluar dari mulut Audrey, rupanya
dia sudah benar-benar tunduk pada supirku itu. Audrey menuruti apa saja
perintah Amir. Ketika Amir menyuruhnya menjulurkan lidah, Audrey
langsung menurutinya. Tangan kiri Amir langsung meraih lidah Audrey itu
dan menarik-nariknya, Audrey bukan kesakitan tapi malah membiarkan Amir
dan tersenyum dengan mulut yang terbuka. Setiap adegan-adegan itu
direkam dengan baik oleh Wen dan nampak dengan jelas dilayar TV.
Terlihat Wen sangat puas dengan hasil karyanya. Audrey nampak sekali
menikmati persetubuhannya dengan Amir. Audrey nampak sekali berusaha
menyenangkan dan melayani Amir dengan sebaik-baiknya, rasa sakit pada
puting payudaranya sudah berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa.
Setiap genjotan kasar Amir pada vaginanya selalu diiringi dengan jeritan
seksi kenikmatan yang tiada tara dari mulut Audrey.
Sudin yang dari tadi hanya menjadi penonton kelihatannya sudah tidak
bisa menahan diri untuk ikut menyetubuhi majikan perempuannya. Sudin
mendekati Audrey, diambilnya rantai yang menghubungkan kedua jepitan
dari tangan Amir dan direbahkannya Audrey telentang di atas karpet.
Kemudian Sudin berlutut menghadap kearah Amir dan mengangkangi wajah
Audrey sehingga sekarang wajah Audrey berada di bawah selangkangannya.
Setelah itu Sudin menarik rantai itu ke atas, sehingga mau tidak mau
Audrey harus mengangkat dada dan wajahnya sehingga wajahnya menempel di
biji kemaluan dan lubang pantat Sudin. Dengan sekali hentakan pada
rantai itu oleh Sudin, kelihatannya Audrey sudah dilanda birahi yang
sangat hebat mengerti apa maunya Sudin. Audrey mulai menjilati dan
mengulum biji kemaluan Sudin dari bawah. Audrey juga tanpa malu-malu
lagi menjilati lubang pantat pembantu prianya itu. Muka Sudin tampak
sumringah ketika merasakan jilatan dan kuluman Audrey di
selangkangannya, sedangkan Amir sekarang meraih kedua pergelangan kaki
Audrey dan mengangkatnya serta membuka lebar-lebar kedua kaki Audrey
sambil terus menggenjot vagina Audrey dengan penisnya. Desahan-desahan
Audrey semakin menggila, rasa malunya disetubuhi oleh supir dan pembantu
prianya telah hilang sama sekali. Rintihan-rintihan nikmat membahana di
ruangan itu. Bel kecil di vagina Audrey menambah ramainya suara yang
terdengar. Kurang lebih 10 menit kemudian terdengar suara dari bawah
selangkangan Sudin.
“Tuan….tuuu…an….boleh sa…saya orgasme?” desah Audrey cukup keras.
“Hahaha….boleh…boleh….” tawa Sudin dan Amir hampir bersamaan.
Beberapa detik setelah itu terlihat tubuh Audrey mengejang hebat,
terdengar lenguhan hebat keluar dari mulutnya menggambarkan seakan-akan
Audrey melepas suatu kenikmatan yang luar biasa yang telah tertahan lama
di tubuhnya. Wen dengan cekatan merekam semua adegan itu, mukanya
terlihat puas melihat Audrey sekarang benar-benar tunduk dan menerima
semua yang dilakukan terhadap dirinya. Setelah beberapa menit di puncak
orgasme, akhirnya tubuh Audrey melemas. Wajahnya terlihat lelah namun
senyum kepuasan terlihat di bibirnya.
“Sekarang gentian saya yang dilayani dong” kata Amir kepada Audrey
tiba-tiba sambil mencabut penisnya dari vagina Audrey serta merebahkan
diri disamping Audrey.
Audrey terlihat berusaha keluar dari bawah selangkangan Sudin, dan
Sudinpun mengerti dan membolehkannya. Dengan senyum Audrey kemudian
menaiki tubuh Amir sehingga sekarang Audrey dan Amir dalam posisi woman
on top. Segera setelah menaiki tubuh Amir, Audrey membimbing penis Amir
dengan tangannya ke dalam vaginanya, kemudian ditekannya vaginanya ke
bawah sehingga penis Amir amblas seluruhnya ke dalam vagina Audrey.
Kemudian Audrey menggerakan pinggulnya naik turun serta memutar, membuat
Amir merasakan penisnya diservice oleh vagina Audrey. Tidak itu saja
yang dilakukan Audrey, Audrey juga menciumi dan menjilati dada dan leher
Amir yang membuat Amir sedikit melenguh kenikmatan.
“Kok Amir saja, saya juga mau” sahut Sudin tiba-tiba dengan nada yang sudah tidak sabar.
Audrey hanya tersenyum kearah Sudin dan merebahkan tubuhnya di dada
Amir. Kemudian dengan tanpa mengatakan apa-apa lagi kedua tangan Audrey
membuka kedua pantatnya sendiri sehingga lubang anus Audrey terlihat
jelas dan menantang untuk dimasuki. Sudin si pria tua itu mengerti apa
maksud Audrey. Sudin segera berjongkok dan mengarahkan penisnya ke
lubang anus Audrey. Sedikit demi sedikit terlihat penis Sudin memasuki
lubang anus Audrey. Lubang anus Audrey masih cukup seret karena hanya
keringat dan cairan kewanitaan Audrey yang membasahi anus tersebut.
Terlihat wajah Audrey di dada Amir menahan sakit. Mata Audrey terpejam
menahan sakit dan Audrey menggigit bibir bawahnya sendiri ketika senti
demi senti penis Sudin yang besar mulai menerobos masuk ke dalam lubang
anus Audrey. Namun tidak ada keluhan atau jeritan sakit keluar dari
mulut Audrey. Audrey dengan tabah menerima penis Sudin di anusnya.
Setelah penis Sudin masuk seluruhnya ke dalam lubang anus Audrey, baik
Audrey, Amir dan Sudin berdiam diri beberapa menit dalam keadaan penis
Amir seluruhnya masuk dalam vagina Audrey dan seluruh penis Sudin
seluruhnya masuk dalam lubang anus Audrey.
Beberapa menit berlalu ketika terlihat Audrey mulai dapat membiasakan
diri dengan dua penis besar masing-masing di vagina dan anusnya.
Kemudian Audrey mengangkat tubuhnya sedikit dan bertumpu dengan kedua
tangannya di karpet dan secara bersamaan mulai memutar-mutar pantatnya
sendiri. Amir dan Sudin mengerti bahwa majikan perempuannya itu sudah
siap melakukan persetubuhan dan keduanya segera menggenjot penis mereka
masing-masing dari pelan-pelan makin lama makin cepat. Amir dari bawah
dengan buasnya menggenjotkan penisnya ke vagina Audrey, sedangkan Sudin
dengan tidak kalah ganasnya menggenjot penisnya ke anus Audrey dari
belakang. Menerima serangan dari dua arah pada kedua lubangnya, wajah
Audrey menampakkan kepuasan, senyumnya kembali terlihat dan
desahan-desahan nikmat mulai keluar dari mulutnya. Amir kemudian dari
bawah menyerahkan rantai yang menghubungkan kedua jepitan di payudara
Audrey ke mulut Audrey, dan Audreypun langsung menyambutnya dengan
menggigit rantai tersebut. Kemudian Audrey sedikit merebahkan tubuhnya
ke depan sehingga kedua payudaranya persis di atas wajah Amir yang
langsung disambut Amir dengan genggaman kedua tangan Amir di kedua
payudara tersebut dan disertai jilatan dan kuluman mulut Amir di
payudara Audrey. Sudin yang sedang menggasak anus Audrey dengan penisnya
tidak mau kalah, ditariknya rambut Audrey ke belakang sehingga kepala
Audrey terdongak ke atas yang menyebabkan kedua payudara Audrey ikut
tertarik. Lenguhan kecil terdengar dari mulut Audrey ketika kedua
payudaranya tertarik kencang, namun wajah Audrey tetap terlihat
kenikmatan. Mendengar itu, Sudin makin menarik-narik rambut Audrey,
setiap tarikannya selalu disertai lenguhan nikmat Audrey sehingga
membuat Sudin semakin berani menarik-narik rambut Audrey dengan kasar.
Setelah 20 menit terlihat Amir mulai akan mencapai orgasmenya. Audrey
menyadari hal itu dan semakin menggerak-gerakan pinggulnya dengan liar
sehingga dalam waktu tidak beberapa lama kemudian Amir mencapai
orgasmenya dan memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Audrey.
Melihat Amir telah orgasme, Sudin kemudian mencabut penisnya dari anus
Audrey dan menarik tubuh Audrey ke belakang dan segera men-doggy style
Audrey dengan kasar. Audrey terlihat puas dengan perlakuan pembantu pria
dan supirnya. Mulut Audrey yang sekarang tepat diselangkangan Amir
tidak tinggal diam, dikulum dan dijilatinya penis Amir sehingga semua
sperma dan cairan kewanitaan yang menempel di penis Amir dijilat dan
ditelannya sampai bersih. Kedua tangan Audrey mengocok-ngocok penis Amir
seakan-akan tidak rela kalau penis Amir sudah melayu.
Kegiatan Audrey pada penis Amir baru terhenti ketika tiba-tiba Sudin
meraih kedua pundak Audrey dan menariknya ke belakang sehingga sekarang
posisi Audrey dan Sudin dalam keadaan berlutut tegak dengan penis Sudin
menggasak vagina Audrey dari belakang. Sudin terus menggasak vagina
Audrey dengan penisnya, gerakan-gerakannya sungguh liar, kedua tangan
Sudin meraih kedua payudara Audrey dari belakang. Diremas-remasnya kedua
payudara Audrey dengan ganas. Audreypun tidak mau kalah,
diputar-putarnya pinggulnya dengan disertai tekanan-tekanan ke belakang
kearah penis Sudin. Selain menggenjot vagina Audrey dari belakang dan
meremas-remas payudara Audrey dengan ganasnya, Sudin juga menciumi dan
menjilati leher Audrey yang jenjang itu dan juga mengulum-ngulum kuping
Audrey. Sambil terus menjilati leher dan kuping Audrey, Sudin kemudian
mengarahkan tangan kanannya ke klitoris Audrey dan mulai menggosok-gosok
klitoris Audrey dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.
Diperlakukan demikian, Audrey menggelinjang-gelinjang kenikmatan, kedua
tangan Audrey meraih pantat Sudin dan menarik-nariknya ke depan sehingga
penis Sudin semakin keras menghujam vaginannya. Kemudian Audrey
mendongakkan kepalanya ke belakang ke bahu kanan Sudin dan mulai
menciumi bibir Sudin yang langsung disambut Sudin dengan ganas. Audrey
dan Sudin berciuman dan saling memainkan lidahnya masing-masing.
Terdengar rintihan-rintihan nikmat Audrey dan dengan mata sayu Audrey
memandangi mata Sudin sambil terus berciuman dengan Sudin.
“Aaah…ahhh…nikmat pak Sudin….aam..pun….nikmat sekali…” terdengar desahan-desahan kecil keluar dari mulut Audrey.
Benar-benar pemandangan yang hebat, seorang wanita cantik berkulit putih
bersetubuh dengan seorang pria tua setengah baya berkulit hitam legam.
Keringat mengucur deras dikeduanya sehingga nampak kedua tubuh mereka
mengkilap karena keringat itu dan semuanya terekam dengan baik di kamera
video Wen.
Setelah sekian puluh menit, kembali Audrey berkata “Tuuaan bolehkah saya orgasme lagi….”
“Tunggu, saya juga hampir orgasme, kita orgasme sama-sama ya” jawab
Sudin kepada budak seksnya yang dahulu adalah majikan perempuannya.
Audrey tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepala dan terlihat
berusaha sekuat tenaga menahan orgasmenya dengan susah payah. Setelah
beberapa belas menit kemudian terlihat Sudin akan mencapai orgasmenya,
Audrey menyadari hal itu dan raut mukanya terlihat lega. Beberapa detik
kemudian kedua manusia berlainan jenis itu mencapai orgasme secara
bersama-sama. Kembali tubuh Audrey mengejang hebat, diremas-remasnya
rambut kepala Sudin, diciuminya bibir Sudin dan secara bersamaan, Sudin
juga memuntahkan sperma di dalam vagina Audrey. Beberapa menit Audrey
dan Sudin berada di puncak orgasme, kemudian kedua tubuh mereka rebah
bersamaan di atas karpet kelelahan.
Wen rupanya belum puas dengan Audrey. Segera ditariknya rantai penjepit
payudara Audrey sehingga terpaksa membuat Audrey bangkit. Kemudian Wen
memerintahkan Audrey untuk duduk di sofa kecil dengan kedua kaki
mengangkang bertumpu pada kedua lengan sofa. Kemudian wen memerintahkan
Kisno untuk mengikat masing-masing pergelangan kaki Audrey pada
kaki-kaki sofa, demikian juga kedua pergelangan tangan Audrey diikat
pada kaki-kaki sofa yang lainnya, sehingga kini posisi Audrey menjadi
tidak berdaya dengan posisi duduk mengangkang di sofa dan masing-masing
kakinya terikat di kaki-kaki depan sofa serta masing-masing tangan
terikat di kaki-kaki belakang sofa. Audrey yang masih kelelahan tidak
banyak melawan, kelihatannya Audrey sudah benar-benar pasrah dengan apa
yang akan dialaminya.
“Nah, Audrey, sekarang pelajaran baru buat kamu” kata Wen tiba-tiba sambil menyerahkan kamera video kepada Kisno.
“Kisno, kamu rekam ya yang bagus” lanjut Wen kepada Kisno.
Kisno yang mendengar perintah majikannya hanya mengangguk-angguk sambil
tersenyum dan mulai merekam Audrey dalam keadaan tidak berdaya itu. Wen
kemudian berlutut dihadapan selangkangan Audrey, tangan kanannya
kemudaian menggosok-gosok vagina Audrey, dan kemudian jari tengah dan
jari telunjuk tangan kanannya mulai memasuki vagina Audrey. Audrey
sedikit menggelinjang ketika 2 jari tangan Wen masuk ke dalam vaginanya.
Desahan kecil keluar dari mulut Audrey. Setelah beberapa menit
memainkan vagina Audrey dengan 2 jarinya, Wen kemudian meraih rantai
penjepit payudara Audrey dengan tangan kirinya serta mulai
menarik-nariknya pelan-pelan namun panjang sehingga kedua payudara
Audrey benar-benar tertarik ke depan. Suara rintihan terdengar lagi dari
mulut Audrey ketika rantai tersebut ditarik-tarik oleh Wen. Beberapa
menit berlalu ketika Wen mulai menggunakan ibu jari tangan kanannya
untuk memainkan klitoris Audrey, dan secara pelan-pelan memasukkan jari
manis tangan kanannya ke dalam vagina Audrey sehingga kini 3 jari Wen
masuk ke dalam vagina Audrey.
Setelah 3 jari Wen masuk ke vagina Audrey, Wen mulai memompa ketiga
jarinya keluar masuk vagina Audrey dengan cepat. Wen secara lihai
memainkan vagina Audrey dengan ketiga jarinya ditambah ibu jarinya di
klitoris Audrey yang membuat Audrey menggelinjang hebat dan
merintih-rintih kenikmatan dengan keras. Terdengar bunyi keciplak
kecipluk ketika vagina Audrey yang sudah basah dengan sperma Amir dan
Sudin serta ditambah cairan kewanitaannya sendiri dikerjai habis-habisan
oleh jari-jari tangan Wen. Setelah beberapa menit, Wen mulai memasukkan
jari kelingkingnya ke dalam vagina Audrey, sehingga sekarang 4 jari
tangan Wen memompa vagina Audrey. Terlihat raut wajah Audrey menampakkan
sedikit kekuatiran, tapi ikatan pada kedua kaki dan kedua tangannya
membuat Audrey tidak dapat berbuat banyak serta ditambah lagi kelihaian
jari-jari tangan Wen di vaginanya membuat Audrey hanyut dalam birahinya
meskipun terdapat sedikit kekuatiran karena vaginanya tidak pernah
dimasuki 4 jari tangan sebelumnya. Cukup lama Wen memainkan vagina
Audrey dengan keempat jari tangannya sehingga Audrey makin
menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah kenikmatan. Kemudian Wen
memperlambat genjotan keempat jarinya pada vagina Audrey dan kemudian
mulai mencoba memasukkan ibu jari tangan kanannya ke dalam vagina
Audrey.
“Jaaa…ngggaan..Pak Wen..ugggghhhh…” terdengar suara kuatir Audrey ketika ibu jari tangan Wen mulai memasuki vaginanya.
“Ini namanya fisting, kamu harus terbiasa dengan ini, kamu sebagai budak
seks harus bisa menerima dan menikmati apa saja perlakuan tuanmu” Wen
menjawab kekuatiran Audrey dengan tegas.
“Sekarang perhatikan ini! Kamu akan takjub dengan dengan apa yang
vaginamu bisa terima” lanjut Wen sambil terus memasukkan ibu jarinya ke
dalam vagina Audrey.
Setelah kelima jari tangan kanan Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina
Audrey, Wen tidak berhenti sampai situ saja, namun telapak tangan
kanannya terus mendesak masuk ke dalam vagina Audrey sedangkan tangan
kirinya makin menarik rantai penjepit payudara Audrey makin ke depan.
“Ooogghhh…..uuugghh…..aaaggghh hhh….” jerit Audrey keras ketika telapak
tangan kanan sampai pergelangan tangan kanan Wen masuk seluruhnya ke
dalam vagina Audrey.
“Gigit ini supaya tidak terlalu sakit” kata Wen kemudian sambil
menyerahkan rantai penjepit payudara itu ke dalam mulut Audrey yang
langsung dituruti oleh Audrey.
Wen tidak langsung memompa lengannya pada vagina Audrey. Didiamkannya
telapak tangannya di dalam vagina Audrey. Audrey sambil menggigit rantai
itu terlihat meringis-ringis sambil berusaha membenarkan posisinya
badannya. Mata Audrey terlihat menatap takjub kearah vaginanya sendiri.
Sekali lagi benar-benar pemandangan yang diluar dugaanku, istriku yang
cantik jelita duduk mengangkang terikat di atas sofa tidak berdaya
dengan telapak tangan Wen tertancap kuat didalam vaginanya. Setelah
beberapa waktu, Wen mulai menggerakkan telapak tangannya keluar masuk
vagina Audrey secara perlahan-lahan yang disertai rintihan-rintihan
Audrey setiap kali telapak tangan Wen memasuki vagina Audrey.
“Uuughhh…..ooogggh……aahhh….” desah Audrey cukup keras sambil
menggelinjang-gelinjang serta meringis-ringis antara menahan sakit dan
nikmat.
Beberapa menit kemudian Wen mulai mempercepat gerakan tangannya keluar
masuk vagina Audrey. Wen juga mengkombinasikan gerakan tangannya dengan
gerakan memutar-mutar telapak tangannya di dalam vagina Audrey.
Gerakan-gerakan tangan Wen tersebut makin membuat Audrey
menggelinjang-gelinjang. Audrey mulai menggerakan pinggulnya maju mundur
serta memutar mengikuti irama permainan tangan Wen pada vaginanya.
Desahan-desahan yang keluar dari mulut Audrey semakin keras, dan
sekarang nampaknya tinggal desahan-sesahan kenikmatan. Wajah Audrey
terdongak ke atas sambil sesekali menunduk menatap kearah vaginanya,
sedangkan dada Audrey membusung ke depan dan meliuk-liuk tidak karuan.
Kedua payudaranya tertarik keras setiap kali Audrey mendongakkan
kepalanya ke atas karena rantai yang digigitnya menjadi menarik kedua
payudaranya.
“Ooohh…..ohhhh…Pak Wen….Oohhh..ooohhh” terdengar desahan-desahan Audrey
telah berubah menjadi lolongan-lolongan panjang kenikmatan.
Beberapa menit kemudian, Audrey sudah benar-benar hanyut dalam
kenikmatan birahinya. Mata Audrey berubah menjadi benar-benar sayu dan
sesekali Audrey memejamkan matanya. Liukan-liukan pinggul dan badannya
memelan seakan-akan sedang bergerak dalam slow motion. Mulut Audrey
terbuka sedikit, rantai dimulutnya sudah terlepas dari gigitannya.
Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan serta memutar dengan pelan,
lolongan-lolongannya mejadi semakin panjang dan lambat-lambat. Melihat
perubahan pada diri Audrey, Wen tersenyum sinis dan memerintahkan Amir
untuk melepaskan seluruh ikatan pada kaki-kaki dan tangan-tangan Audrey.
Begitu seluruh ikatan terlepas, Audrey yang kini bebas bergerak, mulai
mengeliat-geliat seperti orang yang baru bangun tidur. Kedua tangan
Audrey kadang menggeliat ke atas sambil meremas-remas pelan rambutnya
sendiri, kadang mengusap-usap perutnya sendiri dan naik ke atas untuk
mengelus-ngelus kedua payudaranya sendiri. Audrey semakin membuka lebar
kedua kakinya untuk memberikan akses lebih luas bagi tangan Wen,
sedangkan bibir Audrey mulai menciumi dan menjilati serta mengigit-gigit
kecil lengan atasnya sendiri persis di atas ketiaknya, dan kadangkala
digigitnya sendiri bibir bawahnya. Beberapa belas menit kemudian
terlihat Audrey sudah siap orgasme. Dengan kedua tangannya Audrey meraih
tangan kanan Wen yang sedang mengobok-ngobok vaginanya sehingga Wen
tidak dapat lagi memompa tangannya keluar masuk vagina Audrey. Wen
mengerti apa yang diinginkan Audrey. Wen menghentikan kegiatannya dan
membiarkan telapak tangan kanannya terbenam seluruhnya di vagina Audrey.
Sedangkan Audrey dengan kedua tangannya yang masih memegang tangan
kanan Wen mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dan memutar,
sehingga kini Audrey yang bergerak sendiri untuk memuaskan nafsu
birahinya dan mengarahkan tangan Wen agar mengenai titik-titik
kenikmatan dalam vaginanya. Tidak lama setelah itu, badan Audrey
mengejang hebat. Kedua tangannya menarik kuat-kuat tangan kanan Wen agar
semakin dalam tertancap vaginanya.
“Tuuuuaaaan…. bbolehhh..saya orgasme….pleaaaassseeee…..” teriak Audrey
keras dengan terbata-bata memohon kepada Wen. Wen yang ditanya hanya
mengangguk pelan, dan tak lama kemudian terdengar suara Audrey berteriak
keras dengan badan yang mengejang hebat, “Oogggghhh…terimaaa…kassiiihhh
h….tuaaaan…eennaakk!!”
Setelah badan Audrey melemas, Wen pun mengeluarkan tangan kanannya dari
vagina Audrey. Audrey langsung rubuh ke sofa ketika tangan Wen
seluruhnya tercabut dari vaginanya. Nafas Audrey terengah-engah
kelelahan, kedua kakinya dirapatkannya kembali, keringat membasahi
sekujur tubuhnya.
“Kisno, tuh sekarang ambil bagianmu” kata Wen memecah keheningan ruangan sambil meminta kamera videonya kembali dari Kisno.
Mendengar itu terlihat Kisno kegirangan. Dikembalikannya kamera video
yang sedang digenggamnya kepada majikannya. Dengan sedikit
melonjak-lonjak kegirangan Kisno mendekati Audrey. Audrey yang masih
kelelahan terlihat sedikit ketakutan melihat tingkah laku Kisno.
Sesampainya di dekat Audrey, tanpa bicara apapun lagi, Kisno langsung
menjambak rambut Audrey dengan keras dan menarik Audrey sehingga Audrey
terjerembab ke karpet.
“Aooowwww…..!!!” terdengar terikan Audrey keras ketika tubuhnya terjerembab ke karpet karena tarikan Kisno pada rambutnya.
“Diam kamu pelacur! Sekarang kamu milikku! Nurut aja! Ayo bangun posisi
merangkak seperti anjing!” bentak Kisno kepada Audrey sambil
menendang-nendang pelan pantat Audrey.
Dengan gerakan menjambak rambut Audrey ke atas, Kisno berhasil membuat
Audrey menuruti kemauannya, kini Audrey dalam posisi merangkak seperti
anjing dengan Kisno menjambak rambutnya kuat-kuat. Kemudian Kisno dengan
tetap menjambak rambut Audrey berjalan mengelilingi ruangan sehingga
Audrey harus merangkak-rangkak mengikutinya. Kisno sambil mengelilingi
ruangan mengatakan kepada semua yang ada di ruangan itu bahwa dia akan
membuat Audrey benar-benar bertekuk lutut padanya dan membuat Audrey
benar-benar kecanduan akan penisnya.
Kemudian Kisno menghentikan langkahnya ketika sampai ditempat aku duduk. Diarahkannya Audrey berlutut dihadapan selangkanganku.
“Nah, sebelum kamu merasakan penisku, sebagai perbandingan kamu nikmati
dulu penis suamimu, nanti setelah itu kamu akan mengerti apa itu
kenikmatan. Buka celana suamimu sekarang” kata Kisno memerintahkan
Audrey.
Dengan sekali tarikan pada rambut Audrey, Kisno berhasil membuat Audrey
menurut. Audrey mulai membuka dan menurunkan celana dan celana dalamku.
Aku yang sudah sangat terangsang karena melihat persetubuhan istriku
dengan Amir, Sudin dan tangan Wen hanya berdiam diri saja, malah pada
saat itu aku berpikir ini adalah kesempatan karena sudah lama aku tidak
bersetubuh dengan istriku mengingat Wen sebelumnya hanya membolehkan
Audrey untuk mengoral service penisku saja. Ketika celana dan celana
dalamku sudah terlepas, terlihat penisku sudah sangat menegang. Terlihat
wajah Audrey sedikit kecewa mengetahui bahwa aku terangsang melihat
dirinya dikerjai oleh laki-laki lain.
“Wah, si suami rupanya sudah sangat terangsang nih karena melihat
istrinya kita kerjain” kata Kisno kepada semua yang ada di ruangan itu
sambil tertawa. Kemudian Kisno memerintahkan Audrey untuk menaiki diriku
dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya, sehingga kini Audrey duduk
di atasku dengan penisku tertancap di vaginanya.
Seperti mengerti apa yang diinginkan Kisno, Audrey mulai menggerakkan
tubuh dan pinggulnya naik turun memompa penisku. Mula-mula gerakan
tersebut dilakukan Audrey dengan perlahan namun lama-lama makin cepat.
Vagina Audrey yang basah masih terasa rapat di penisku. Hal ini membuat
aku sedikit terkejut karena vagina itu sebelumnya baru dimasuki tangan
Wen yang besar. Ternyata vagina Audrey tidak melonggar atau rusak karena
tangan Wen, vagina Audrey tetap seperti sediakala, namun ada yang beda
pada diri Audrey, yaitu dalam melakukan persetubuhannya denganku ini,
Audrey tidak mengeluarkan desahan apapun, Audrey melakukannya hanya
seperti robot, nampak sekali Audrey tidak menikmatinya. Sedangkan aku
yang sudah lama tidak merasakan vagina wanita sangat menikmati
persetubuhan tersebut.
Tidak memerlukan waktu terlalu lama bagiku untuk mengalami orgasme. Aku muntahkan seluruh spermaku di dalam vagina Audrey.
“Tuan, Tommy sudah klimaks” kata Audrey tiba-tiba sambil menoleh ke
Kisno setelah aku selesai memuntahkan seluruh spermaku di dalam
vaginanya.
“Cepat amat…ya sudah sekarang duduk mengangkang disitu” kata Kisno amemerintahkan istriku sambil menujuk sofa panjang.
Audrey menuruti kemauan Kisno. Audrey duduk di sofa panjang dengan kaki
mengangkang lebar. Terlihat lelehan spermaku ada yang keluar dari
selangkangannya yang dicukur bersih itu. Kemudian Kisno memposisikan
dirinya di hadapan Audrey, diarahkannya penisnya yang berbentuk aneh dan
dipenuhi tindikan itu kearah vagina Audrey. Audrey nampak ketakutan
ketika penis Kisno yang mempunyai tonjolan-tonjolan bulat yang dapat
bergerak-gerak dengan tindikan beberapa cincin emas yang sebagiannya
tertutup dengan bulu-bulu kasar seperti sabuk kelapa mendekati
vaginanya.
“Jangan takut, kamu akan segera tahu enaknya ini penis ini. Ini penis
spesial, cuma ada satu di Indonesia. Untuk jadi seperti ini harus dibuat
di Cina hehehehehe” tawa Kisno melihat raut muka Audrey yang
memperlihatkan kekuatiran.
Secara pelan-pelan, Kisno mulai memasukan penisnya ke dalam vagina
Audrey yang langsung disambut dengan teriakan histeris dari Audrey.
“Aaaah…….ugggghhhhhh….jangan tuan….apa ini….” jerit histeris Audrey sambil berusaha melepaskan diri dari Kisno.
Sebelum Audrey bisa berbuat banyak, Kisno dengan cekatan memegang kedua
tangan Audrey dan memposisikan Audrey kembali ke posisi semula.
“Jangan banyak bergerak, kamu mau saya sakiti atau mau menerima
kenikmatan luar biasa! Pilih! Ini baru kepala penisku yang masuk!”
bentak Kisno kepada Audrey sambil memegang kedua tangan Audrey sejajar
dengan kepala Audrey.
Audrey hanya mengangguk lemah tanda persetujuannya. Air mata terlihat
berlinang dikedua matanya. Kemudian Kisno melanjutkan memasukkan
penisnya ke dalam vagina Audrey secara perlahan sekali, senti demi senti
masuk pelan-pelan ke dalam vagina Audrey, seakan-akan Kisno memang
sengaja agar dinding vagina Audrey merasakan gesekan penis bertindik
cincin emas yang dibaluti oleh bulu-bulu seperti sabuk kelapa itu.
“Ooooggghhh…….” desah Audrey panjang sekali ketika Kisno menekan
pantatnya ke depan sehingga sebagian kecil batang penis Kisno mulai
masuk ke dalam vagina Audrey. Mata Audrey melotot tajam memandangi
vaginanya mulai dimasuki penis Kisno. Mulut Audrey terbuka lebar dan
pinggulnya bergerak sedikit mengatur posisinya agar lebih nyaman dalam
menerima penis Kisno.
“UUggghhhhhh….” teriakan kecil tapi panjang keluar dari mulut Audrey
ketika Kisno menekan lagi pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno
makin masuk ke dalam vagina Audrey. Badan Audrey bergetar hebat. Audrey
membuka kakinya lebar-lebar, matanya masih melotot tajam memandangi
vaginanya sendiri.
“Ooogggghhh……” teriakan Audrey semakin panjang ketika untuk ketiga
kalinya Kisno menekan pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno
semakin dalam lagi memasuki vagina Audrey. Audrey mendongakkan kepalanya
ke belakang, matanya tertutup rapat namun mulutnya makin terbuka lebar.
Beberapa saat Kisno menghentikan gerakannya, kemudian terdengar lagi
teriakan panjang “Ooogghhh…” keluar dari mulut Audrey ketika Kisno
kembali menekan pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno semakin
dalam lagi memasuki vagina Audrey. Kepala Audrey yang masih terdongak
itu terlihat bergerak ke kiri dan ke kanan. Kedua tangan Audrey yang
telah dilepas dari genggaman Kisno terlihat masing-masing memegang bahu
Kisno. Badan Audrey semakin bergetar hebat, kakinya yang mengangkang
terlihat menendang-nendang kecil ke udara. Sekali lagi Kisno
menghentikan gerakannya untuk beberapa saat sebelum untuk kelima kalinya
menekan pantatnya kedepan yang membuat batang penisnya semakin dalam
lagi masuk ke dalam vagina Audrey. Teriakan Audrey terdengar semakin
keras dan liar ketika batang penis Kisno makin dalam masuk ke dalam
vaginanya. Badan Audrey yang bergetar hebat sekarang bergoyang-goyang
tidak karuan. Kedua kakinya semakin keras menendang-nendang ke udara
sedangkan masing-masing tangannya memukul-mukul bahu Kisno.
“Aaaammmppppuuunnnn…..tuaaaann nn…..saya tidak tahan….” Kata Audrey
dengan badan yang menggeliat-geliat hebat sambil memandang Kisno.
Kisno kembali menghentikan gerakannya, namun kontras dengan Kisno,
justru badan Audrey semakin keras menggeliat-geliat, kakinya semakin
keras menendang-nendang ke udara dan kedua tangannya kini
menjambak-jambak rambut Kisno. Kemudian Kisno dengan keras menekan
pantatnya ke depan sehingga seluruh penisnya amblas ke dalam vagina
Audrey yang disertai lolongan sangat panjang dari mulut Audrey. Menerima
seluruh penis Kisno di dalam vaginanya membuat badan Audrey menegang
dan menggeliat-geliat, kedua kakinya mengangkang lurus ke atas dan bibir
Audrey menggigit keras tangan kirinya sendiri yang dikepal sedangkan
tangan kanannya tetap menjambak keras rambut Kisno.
“Hehehe…. enak ya?” tanya Kisno kepada Audrey. Audrey tidak menjawab, matanya nanar melihat ke wajah Kisno.
Lalu tiba-tiba Kisno memutar-mutar pinggulnya sehingga seluruh penis
Kisno menggesek-gesek dinding dalam vagina Audrey. Masing-masing tangan
Audrey meremas keras pegangan sofa, kepalanya kembali terdongak ke
belakang, badannya makin menegang hebat, dadanya membusung ke depan
sehingga punggung Audrey sampai melengkung ke depan ketika Audrey
merasakan penis Kisno bergesekan dengan dinding dalam vaginanya.
Beberapa detik kemudian terdengar lolongan panjang Audrey tanda Audrey
mencapai orgasmenya. Vagina Audrey memuncratkan cairan kewanitaan dengan
cukup banyak dan berulang-ulang sampai-sampai sofa yang didudukinya
menjadi sangat basah. Tidak mempedulikan Audrey yang sedang orgasme,
Kisno mulai memompa penisnya secara perlahan keluar masuk vagina Audrey.
Diperlakukan demikian Audrey menggelinjang-gelinjang hebat seperti
cacing kepanasan. Kemudian Kisno mulai mempercepat genjotan penisnya
pada vagina Audrey. Badan Audrey makin bergerak tidak karuan, kedua
tangannya memukul-mukul lengan sofa. Nafas Audrey tersengal-sengal,
rintihan-rintihan nikmatnya makin menjadi-jadi. Terdengar suara kecipak
kecipuk yang sangat keras ketika penis Kisno keluar masuk vagina Audrey
yang sudah sangat becek.
“Terus….teruuussss….jangaaannn …berhenti……lebih keras…lebih
keras…..lebih dalam…lebih dalam….” jeritan Audrey terdengar keras
mengiba-ngiba kepada Kisno.
“Jagoanku….jagoanku….hajar terus…vaginaku ini….ini milikmu semua….”
Audrey merintih-rintih nikmat sambil masing-masing tangannya memegang
pipi Kisno dengan keras dan matanya memandang liar ke mata Kisno.
Hanya perlu kurang lebih lima menit untuk Audrey mencapai orgasmenya
kembali. Vagina Audrey kembali memuncratkan cairan kewanitaannya, badan
Audrey menegang hebat, mata Audrey tertutup rapat dan lolongan yang
panjang membuat semua orang tahu ketika Audrey sedang orgasme. Setelah
orgasme, Audrey kembali menggeliat-geliat hebat, matanya kembali
terbuka, tangannya menekan-nekan pantat Kisno agar penis Kisno makin
dalam masuk ke vaginanya, dan selalu kurang lebih lima menit kemudian,
badan Audrey menegang kembali, lolongan panjang terdengar dari mulutnya,
badannya seperti kaku ketika Audrey mengalami orgasmenya kembali dan
cairan kewanitaan kembali memuncrat hebat dari vaginanya. Kejadian
tersebut kembali terjadi berulang-ulang sampai kurang lebih 40 menit.
Badan Audrey dan Kisno sudah mandi keringat, namun keduanya nampak
menikmati sekali permainan seks mereka, terutama Audrey terlihat sekali
sudah tidak dapat mengontrol dirinya, lenguhan-lenguhannya semakin
keras. Audrey mulai meracau dan mengeluarkan kata-kata cabul untuk
menyemangati Kisno. Sangat berbeda dari Audrey yang pertama kali kukenal
dan kunikahi. Audery sekarang telah berubah menjadi wanita yang gila
seks, semakin kasar perlakuan Kisno terlihat semakin Audrey
menikmatinya. Kemudian secara tiba-tiba, Kisno mencabut penisnya yang
besar dari vagina Audrey. Langsung saja terdengar keluhan keras dari
mulut Audrey.
“Jangan….dilepaaasss…..ooouucc chh……” terdengar teriakan Audrey ketika
Kisno menjambak rambutnya dengan kasar dan menariknya serta
memposisikannya berdiri menungging dengan kedua tangan berpangku pinggir
meja di ruangan TV itu.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Kisno dengan kasar lalu memasukkan
penisnya ke dalam vagina Audrey dari belakang. Terdengar jeritan dari
mulut Audrey ketika penis Kisno yang berbentuk aneh itu kembali mengoyak
vaginanya. Kisno kemudian langsung memompa dengan kasar vagina Audrey
dengan gaya doggy style. Tangan kiri Kisno melingkar ke depan kearah
klitoris Audrey dan tangan kiri Kisno mulai memainkan, mencubit-cubit
dan memilin-milin klitoris Audrey. Diperlakukan demikian langsung badan
Audrey bereaksi. Badan Audrey menggelinjang-gelinjang hebat seperti
orang kegelian. Terlihat cairan kewanitaan Audrey meleleh dari vaginanya
makin membasahi kedua paha dalamnya. Mulut Audrey terbuka lebar,
kepalanya bergoyang-goyang tidak beraturan, sedangkan kedua tangannya
berusaha dengan susah payah tetap bertumpu pada pinggir meja. Suara
lolongan dan rintihan nikmat Audrey membahana di ruangan itu
bersahut-sahutan dengan bunyi keciplak kecipluk dari vaginanya yang
basah dan bunyi bel kecil yang tersangkut di bibir atas vaginanya. Mata
Audrey merem melek dan mendelik-delik karena kenikmatan yang tidak ada
taranya, dan setiap kurang lebih lima menit Audrey kembali mencapai
orgasmenya yang selalu ditandai dengan badannya yang mengejang hebat dan
vaginanya yang memuncratkan cairan kewanitaan dengan cukup banyak.
Kurang lebih 30 menit Adrey didoggy style oleh Kisno, keringat Audrey
sudah mengucur deras. Cairan kewanitaannya sudah benar-benar membasahi
kedua paha dalamnya. Karpet di antara kedua kaki Audrey sudah basah
karena cairan kewanitaan Audrey yang mengucur deras ke bawah. Meja kaca
tempat kedua tangan Audrey bertumpu sudah juga basah dengan lelehan
keringat Audrey dan cairan kewanitaan Audrey yang memuncrat cukup jauh.
Kemudian Wen dengan kamera ditangan kanannya menjambak rambut Audrey
dengan tangan kirinya dan menarik rambut Audrey ke belakang sehingga
wajah Audrey terdongak ke atas. Kamera lalu menclose-up wajah Audrey
yang sedang meringis-ringis kenikmatan itu.
“Enak? Jawab ke kamera ini bagaimana rasanya” tanya Wen tegas kepada Audrey.
“Eeen..naaakkk…sekkaaali tuuuaaan” jawab Audrey sambil menggeliat-liat
liar karena sodokan-sodokan penis Kisno dari belakang, “Penis tuan Kisno
seperti hidup dan mengigit-gigit bagian dalam vagina
saya…uuugghhh…aagghhh…..” lanjut Audrey sambil memandang kamera dan
merintih-rintih kenikmatan.
“OOoooogggghhh………!!!” kemudian terdengar lolongan panjang Audrey yang
disertai dengan vagina yang kembali memuncratkan cairan kewanitaannya
tanda Audrey kembali mengalami orgasme yang panjang.
“Cepat sekali kamu orgasme ya. Mulai sekarang kamu harus juga menuruti
apa kemauan Kisno, Amir dan Sudin. Kamu harus menyerahkan seluruh
tubuhmu pada mereka, mau? Siap?” lanjut Wen sambil menjambak-jambak
rambut Audrey ke belakang.
Setelah sedikit reda dari orgasmenya, Audrey menjawab dengan
terbata-bata “Mau…tuuuaan…maaauu…, saya siap melayani dan menuruti apa
maunya tuan Kisno, Amir dan Sudin”
“Sayaa….sepenuhnya milik mereka…eegghhh…aaaggghhh….uggh hhhh….” lanjut
Audrey sambil menggelinjang-gelinjang dan merem melek kenikmatan.
Lalu Wen melepaskan jambakannya pada rambut Audrey dan mundur beberapa
langkah untuk memberikan keleluasaan bagi Audrey untuk kembali
konsentrasi ke persetubuhannya dengan Kisno. Melihat Wen telah
membiarkan Audrey, Amir dan Sudin maju ke depan dan berdiri
masing-masing disamping kiri dan kanan wajah Audrey. Kemudian Amir dan
Sudin memerintahkan Audrey untuk mengocok masing-masing penis mereka
dengan masing-masing tangan Audrey. Audrey segera menuruti meskipun hal
tersebut membuat dirinya susah untuk berdiri karena kedua tangannya yang
tadinya digunakannya untuk menumpu badannya sekarang harus dipergunakan
untuk mengocok-ngocok penis Sudin dan Amir. Melihat Audrey yang
kesulitan berdiri sambil menungging, Kisno malah menggunakan kedua
tangannya untuk memegang erat pinggul Audrey dan makin memompa dengan
keras penisnya pada vagina Audrey yang membuat Audrey makin kesulitan
berdiri menungging. Ditambah lagi sekarang Amir dan Sudin dengan
tangannya masing-masing mulai meraba-raba dan mempermainkan klitoris dan
kedua payudara Audrey sehingga Audrey makin menggelinjang-gelinjang
seperti cacing kepanasan yang membuatnya tambah sulit mempertahankan
posisi berdirinya. Audrey yang sudah benar-benar kehilangan kontrol atas
dirinya sudah benar-benar pasrah. Kenikmatan yang diberikan Kisno pada
dirinya telah benar-benar menghilangkan harga dirinya sebagai wanita
terhormat. Menyadari Audrey sudah benar-benar hanyut dalam kenikmatan
seksual, Amir dan Sudin tidak tahan untuk mengetahui seberapa menurutnya
Audrey pada mereka.
“Hayo…menggonggong seperti anjing betina yang sedang dientot” perintah Amir kasar tiba-tiba kepada Audrey.
“Gu…guk…guuk…oghhh…..aghhh..gu uuk….” Audrey langsung menuruti perintah
Amir yang disambut oleh tawa lebar dari Amir, Sudin dan Kisno.
“Hayo keluarkan lidahmu seperti anjing kehausan” perintah Sudin kemudian
yang langsung dituruti oleh Audrey yang cantik sambil
menggelinjang-gelinjang kenikmatan sehingga sekarang Audrey dalam posisi
berdiri menungging didoggy style Kisno dengan masing-masing tangan
sibuk mengocok penis Amir dan penis Sudin serta mulut terbuka dengan
lidah menjulur keluar serta nafas terengah-engah seperti anjing
kehausan.
“Hahahahaha…” terdengar tawa semua yang ada di ruangan TV itu melihat
Audrey menuruti semua perintah Amir dan Sudin. Hanya aku yang tidak ikut
tertawa. Aku sekarang melihat istriku yang cantik benar-benar
dipermalukan oleh supir dan pembantunya sendiri tapi istriku
menikmatinya. Audrey sudah benar-benar takluk pada keperkasaan Kisno
sehingga mau dipermalukan oleh Sudin dan Amir.
“OOOggggghhhh…..” terdengar lolongan panjang dari mulut Audrey setiap
kali Audrey mencapai orgasmenya. Tubuhnya selalu mengejang hebat dan
vaginanya selalu memuncratkan cairan kewanitaan setiap kali Audrey
mencapi orgasme namun Audrey tidak melemas setelah mengalami orgasme.
Vaginanya langsung siap meneruskan persetubuhannya dengan Kisno.
Setelah berpuluh-puluh menit dan setelah Audrey mengalami orgasme yang
sudah tidak terhitung lagi, Amir dan Sudin mencapai orgasmenya.
Dimuntahkannya sperma mereka masing-masing ke wajah Audrey, dan mereka
memerintahkan Audrey membersihkan sisa-sisa sperma dari penis mereka
dengan menggunakan lidah dan mulut Audrey yang langsung dituruti Audrey
tanpa ragu-ragu. Sudin dan Amir juga memerintahkan Audrey untuk
membersihkan muka Audrey dari sperma dengan tangan Audrey, kemudian
mereka meminta Audrey untuk menjilati tangannya sendiri dan menelan
seluruh sperma yang ada ditangannya.
Tidak seperti Amir dan Sudin, rupanya Kisno benar-benar seorang pria
yang tangguh dalam hal seks. Belum ada tanda-tanda Kisno akan orgasme.
Amir dan Sudin yang sudah lemas berejakulasi kemudian hanya menonton
persetubuhan Kisno dan Audrey. Demikian juga yang lainnya hanya menonton
Audrey dikerjai habis-habisan oleh Kisno. Audrey dan Kisno melanjutkan
pertarungan seks yang tidak seimbang itu. Audrey setiap kurang lebih 5
menit menyerah kalah dan mengalami orgasme yang dahsyat sedangkan Kisno
dengan perkasanya tetap memompa vagina Audrey dengan cepat dan kasar.
Audrey dan Kisno bersetubuh dengan berbagai macam gaya, baik itu dalam
posisi Kisno di atas menindih tubuh Audrey maupun gaya woman on top
serta gaya lainnya yang aneh-aneh dan belum pernah aku lihat sebelumnya.
Audrey dan Kisno juga bersetubuh di berbagai tempat di lantai bawah
rumah kami, baik itu di atas karpet, di atas sofa, ditangga maupun di
atas meja makan. Kami semua yang menonton mengikuti kemana saja
persetubuhan Audrey dan Kisno dilakukan. Setelah beberapa jam, akhirnya
terlihat Kisno akan mengalami orgasmenya. Diperintahkannya Audrey
berlutut sambil kedua tangannya memegang mangkuk dan menengadahkannya
kearah penis Kisno. Dengan sedikit kocokan pada penisnya, Kisno
memuntahkan banyak sekali sperma ke mangkuk itu. Kemudian Kisno
memerintahkan Audrey untuk meletakkan mangkuk itu di lantai dan
memerintahkan Audrey mulai meminum dan menjilat abis sperma yang berada
di mangkuk itu sehingga sekarang posisi Audrey seperti anjing yang
sedang minum di mangkuknya. Audrey menuruti segala perintah Kisno tanpa
melakukan protes apapun. Nampaknya sudah benar-benar habis harga diri
istriku ini. Audrey sudah benar-benar menjadi budak seks sejati. Hal itu
makin terlihat ketika sedang menjilati mangkuk berisi sperma Kisno
dengan posisi menungging seperti anjing yang sedang minum, Amir
memasukkan gagang sapu ke vagina Audrey dari belakang dan memerintahkan
Audrey untuk menggerakkan pinggul dan badannya sehingga vagina Audrey
mengocok-ngocok gagang sapu, dan hal tersebut dipatuhi oleh Audrey tanpa
protes sehingga Audrey dengan rela menyetubuhi dirinya sendiri dengan
gagang sapu yang dipegang Amir.
“Oke, Tommy….saya dan Peter pulang dulu. Kisno kamu disini dulu saja,
kelihatannya Audrey sangat menyukaimu. Biar Peter yang menyetir mobil
pulang ke rumah. kata Wen tiba-tiba kepadaku dan Kisno.
Kisno hanya mengangguk riang, sedangkan aku mengantarkan Wen dan Peter
ke mobilnya. Ketika aku kembali ke dalam rumah, ternyata Kisno, Amir dan
Sudin sudah mulai lagi menyetubuhi Audrey secara bersamaan. Posisi
Sudin berbaring di atas karpet ditindih Audrey sedangkan Kisno menindih
Audrey dari belakang. Penis Sudin tertancap keras di vagina Audrey dan
penis Kisno sedang membobol lubang anus Audrey, sedangkan Amir sibuk
memompa penisnya dalam mulut Audrey sehingga kini seluruh lubang Audrey
dipenuhi penis-penis yang besar-besar. Jeritan-jeritan dan
rintihan-rintihan nikmat terdengar lagi membahana di rumahku. Aku hanya
melihat sebentar persetubuhan mereka dan naik ke atas ke kamar tidur
utama untuk beristirahat. Aku melihat istriku sangat menikmati
persetubuhannya dengan Kisno, Amir dan Sudin sehingga aku membiarkan
istriku menikmatinya tanpa gangguan dariku. Di dalam kamar, meskipun
pintu kamarku tertutup rapat, masih jelas terdengar jeritan-jeritan dan
rintihan-rintihan mereka. Terdengar jelas lolongan istriku tanda dia
orgasme yang disertai suara tawa dari Kisno, Amir dan Sudin. Aku
merebahkan diriku di kasur sambil membayangkan apa yang kira-kira sedang
dilakukan Kisno, Amir dan Sudin terhadap istriku di ruang bawah sampai
akhirnya aku terlelap dalam tidur.
Keesokan harinya, ternyata aku bangun cukup siang. Sudah jelas aku
terlambat datang ke kantor. Buru-buru aku mandi dan berpakaian dan
setelah siap aku turun ke ruang bawah. Ketika melewati ruang TV aku
melihat dari belakang Kisno, Amir dan Sudin duduk di sofa sambil merokok
dan menonton TV. Aku tidak melihat istriku, oleh karenanya aku bergegas
menghampiri mereka di ruang TV. Ternyata setelah dekat dengan tempat
Kisno, Amir dan Sudin duduk, aku melihat istriku sedang duduk bersimpuh
setengah berbaring di atas karpet sambil menjilati jari-jari kaki Kisno,
Amir dan Sudin. Di vagina istriku tertancap sebuah mentimun besar dan
di lubang anusnya tertancap sebuah pisang ambon yang belum dikupas.
Melihat aku datang dan sudah siap dengan pakaian kantor, Kisno berkata
“Pak, mau ke kantor ya, saya nebeng ya pak, tadi pak Wen menelepon dan
memerintahkan saya segera ke kantor.
Aku hanya mengangguk dan memerintahkan Amir untuk segera menyiapkan
mobil dan mengantarku ke kantor. Pada mulanya Amir terlihat tidak mau
menuruti perintahku, tapi dengan satu pelototan tajam dari mataku, Amir
segera mengerti dan menuruti perintahku. Sudin yang melihat Amir
pontang-panting mengenakan bajunya dan lari ke garasi mobil hanya
tertawa kecil sambil dengan kaki kirinya mengarahkan kepala istriku
untuk menjilati jari-jari kaki kanannya. Melihat tingkah Sudin aku hanya
diam saja mengacuhkan karena aku melihat Audrey juga tidak protes dan
menerima perlakuan pembantu priaku itu. Setelah mobil selesai dipanaskan
oleh Amir, aku dan Kisno masuk ke dalam mobil menuju kantor dengan
disupiri oleh Amir. Sepintas aku lihat ketika keluar rumah, Sudin dengan
memegang rantai yang menyambungkan kedua jepitan pada kedua payudara
Audrey sedang menarik Audrey ke atas menuju kamar tidur utama di lantai
atas.
Kehidupan aku dan Audrey istriku sudah banyak
berubah semenjak Audrey menjadi budak seks bossku sendiri. Aku masih
bekerja di perusahaan Wen, namun posisiku telah diangkat menjadi orang
nomor dua di perusahaan itu menggantikan pejabat perusahaan sebelumnya
yang sudah memasuki usia pensiun dan kembali ke Cina. Dengan posisiku
yang baru, aku mendapatkan kenaikan gaji yang cukup signifikan belum
lagi ditambah tunjangan-tunjangan yang melimpah. Seluruh kebutuhan
rumah, termasuk gaji pembantu, gaji supir, biaya telepon dan juga biaya
listrik sekarang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan juga menyediakan
sebuah mobil Alphard sebagai mobil dinasku meskipun aku sudah mempunyai
mobil sendiri. Amir dan Sudin sudah kupecat segera setelah kejadian di
rumah beberapa waktu lalu dimana mereka telah menyetubuhi Audrey,
sedangkan Bi Minah dan Mar telah pergi tanpa pamit meninggalkan rumah,
mungkin karena tidak tahan dengan segala kebejatan yang terjadi di
rumahku tersebut. Sedangkan Audrey istriku nampaknya sudah pasrah
menerima statusnya sebagai budak seks Wen. Setelah kejadian di rumah
beberapa waktu lalu, Wen tidak pernah datang lagi ke rumah. Apabila
Audrey dibutuhkan oleh Wen, biasanya Kisno datang menjemput Audrey ke
rumah, sedangkan aku tidak pernah ikut. Aku dan Audrey tidak pernah
membicarakan apa yang dia lakukan bersama Wen diluar rumah, namun
dugaanku adalah Wen pasti menyetubuhi Audrey dan menjadikan Audrey
sarana pelampiasan nafsunya karena setiap pulang kembali ke rumah,
Audrey selalu dalam keadaan yang sangat lelah dan biasanya langsung
tertidur dalam waktu yang lama. Karena tidak pernah ikut dan tidak
pernah membicarakannya dengan Audrey, aku tidak tahu secara persis apa
yang dilakukan Wen terhadap Audrey, kecuali ketika beberapa lalu Wen
tiba-tiba memanggilku ke ruangan kerjanya hanya untuk menunjukan
kepadaku bahwa dia telah benar-benar menguasai istriku.
“Ah Tommy, silahkan duduk” kata Wen membuka pembicaraan sambil mempersilahkan aku duduk.
“Ada yang ingin saya perlihatkan kepadamu” lanjut Wen setelah aku duduk di ruang kerjanya.
“Aku sudah memanggil istrimu untuk datang ke kantor, sekarang dia sedang menunggu di luar” kata Wen lagi kepadaku.
Kemudian Wen memanggil sekretarisnya dan
meminta sekretarisnya untuk mengantarkan Audrey ke ruangan kerjanya.
Tidak berapa lama kemudian Audrey istriku masuk ke ruangan kerja Wen.
Wen memerintahkan istriku untuk menutup dan mengunci pintu ruangan kerja
Wen yang langsung dituruti oleh Audrey.
“Audrey, buka seluruh bajumu, saya mau melihat kamu telanjang bulat sekarang!” kata Wen kepada Audrey dengan nada tegas.
Aku terus terang sedikit kaget dengan apa yang
diperintahkan Wen, apalagi sekarang Wen, aku dan Audrey berada di
kantor. Namun yang membuat aku lebih kaget lagi, ternyata istriku Audrey
tanpa membantah dan tanpa rasa malu langsung menuruti perintah Wen.
“Duduk dan menghadap ke suamimu!” perintah Wen kemudian sambil menunjuk kursi kosong di hadapan kursi dimana aku duduk.
“Pelacur, mainkan vaginamu. Saya mau melihat kamu orgasme” perintah Wen lagi kepada Audrey.
Aku sedikit tersinggung mendengar Wen memanggil
istriku pelacur, namun aku melihat tidak ada tanda-tanda kesal sama
sekali di wajah Audrey, bahkan mendengar perintah Wen, Audrey sambil
menghadap ke diriku langsung membuka kedua kakinya lebar-lebar serta
kemudian menaruh kedua kakinya tersebut di pegangan kursi dan tangan
kanannya mulai memainkan vaginanya. Jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanannya mulai mengocok-ngocok vaginanya sendiri. Setelah beberapa
menit, vagina Audrey mulai terlihat basah, napas Audrey mulai terdengar
berat dan sesekali desahan-desahan kecil keluar dari mulut Audrey.
“Rasanya enak pelacur? tanya Wen kepada istriku.
“Enak tuan” jawab Audrey cepat sambil terengah-engah dan terus memainkan vaginanya sendiri.
“Ceritakan kepada suamimu apa saja yang telah saya lakukan kepadamu” perintah Wen lagi kepada Audrey.
“Tuan Wen menyetubuhiku, menjadikan diriku mainan seksnya” jawab Audrey tanpa malu-malu.
“Lubang mana saja yang sudah pernah saya pakai” tanya Wen kepada Audrey.
“Semua lubang di tubuhku, vagina, lubang pantat dan mulut semuanya sudah pernah dipakai Tuan Wen” jawab istriku lagi.
“Dimana saja saya menyetubuhi kamu pelacur” lanjut Wen.
“Di apartemen Tuan Wen, di hotel, di villa di
puncak, di toilet pria di restaurant, di mobil” jawab Audrey lagi sambil
merintih-rintih kenikmatan karena permainan jarinya sendiri di
vaginanya.
“Bagaimana saya menyetubuhi kamu” tanya Wen lagi.
“Dengan berbagai macam gaya, dengan berbagai
macam alat-alat seks….uuuggghhhh…..eeeiiii” jawab Audrey yang kemudian
disusul dengan orgasmenya yang dahsyat.
Aku terkesima dengan apa yang terjadi
dihadapanku. Audrey menjawab semua pertanyaan Wen dan Audrey begitu
cepatnya mengalami orgasme, seakan-akan Audrey menikmati keadaannya
sebagai budak seks Wen.
“Kamu suka disetubuhi oleh saya?” Tanya Wen lagi kepada Audrey istriku.
“Suka…aku suka disetubuhi Tuan Wen” jawab
Audrey sambil terus memainkan vaginanya karena belum diperintahkan untuk
berhenti oleh Wen.
“Kamu orgasme apabila disetubuhi oleh saya?” Tanya Wen kemudian.
“Selalu, aku selalu orgasme beberapa kali ketika disetubuhi Tuan Wen” jawab Audrey lagi.
“Oke pelacur, sekarang pakai lagi bajumu dan minta Kisno antar kamu pulang ke rumah” perintah Wen kepada Audrey.
Mendengar itu tanpa berkata-kata lagi, Audrey mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkan aku dan Wen di ruangan kerja Wen.
“Nah Tom, kamu sekarang melihat sendiri bahwa
istrimu sudah benar-benar menuruti seluruh perintahku. Sekarang kamu
konsentrasi saja dengan pekerjaanmu, untuk urusan istrimu biar saya yang
memuaskan dia hahahahahha…..” kata Wen kepadaku sambil menyuruhkan
keluar dari ruangan kerjanya.
Begitulah kehidupan kami semenjak Audrey menjadi budak seks Wen belakangan ini.
Bagian II: Menjadikan Audrey Pelacur
Waktu berjalan dengan cepat. Aku tidak
menghitung lagi sudah berapa lama istriku menjadi budak seks Wen atau
sudah berapa kali Wen memanggil istriku untuk melayaninya di luar rumah,
sampai suatu ketika Wen mengajakku ke daerah kota. Wen ternyata
mengajakku ke tempat pelacuran tingkat tinggi. Meskipun dari luar papan
nama tempat itu tertulis sebagai tempat spa dan pijat, namun ketika aku
dan Wen masuk terlihat sekali bahwa tempat itu bukanlah tempat spa atau
pijat saja. Ketika aku dan Wen masuk ke tempat itu, kami disambut oleh
seorang pria Cina berumur 60 tahunan yang nampaknya pemilik tempat itu.
Pria itu rupanya sudah mengenal Wen cukup lama. Pria yang dipanggil
sebagai “Abah” itu mempersilahkan aku dan Wen masuk ke ruang kerjanya di
lantai dua tempat itu.
“Silahkan duduk. Oooh ini rupanya yang namanya
Tommy yang sering kamu ceritakan Wen” kata Abah kepada Wen sambil
mempersilahkan kami duduk di sofa ruang kantornya.
“Bagaimana? Kamu sudah ceritakan ke dia Wen?” tanya Abah kepada Wen ketika kami sudah duduk di sofa.
“Belum” kata Wen singkat.
“Bagaimana sih Wen, masak langsung kamu ajak
saja kesini tanpa kamu cerita dulu. Kalau dia menolak bagaimana?’ kata
Abah lagi kepada Wen.
“Apa ini? Apa yang belum diceritakan kepada saya?” tanyaku penasaran.
“Ok Tom, begini, saya sudah mendidik istrimu
untuk menjadi budak seks saya. Sekarang kita harus ke tahap selanjutnya,
yaitu melihat kepatuhanmu kepada saya dan kerelaanmu untuk menerima
nasib bahwa istrimu adalah budak seks pria lain” kata Wen membuka
pembicaraan denganku.
“Maksudnya” tanyaku makin penasaran.
“Saya ingin agar kamu memerintahkan istrimu
menjadi pelacur di tempat ini dari hari Jumat sampai hari Minggu ini.
Saya tahu kekuatiranmu, tapi please jangan dibantah dulu. Abah sudah
menyiapkan kamar khusus buat istrimu. Kamar itu mempunyai cermin dua
arah, sehingga meskipun istrimu tidak tahu, namun sebenarnya kamu tetap
bisa mengawasi istrimu dari kamar sebelah. Saya yakin kamu bisa
menikmati keadaanmu sebagai suami yang istrinya menjadi budak seks pria
lain sebagaimana istrimu menikmati nasibnya menjadi budak seks” kata Wen
menjelaskan.
Sebelum aku bisa menjawab karena masih kaget,
Wen sudah melanjutkan kata-katanya lagi “Tujuan saya adalah saya ingin
kamu bisa menerima dan menikmati keadaan istrimu. Saya yakin setelah
melihat sendiri bagaimana istrimu dipermalukan dan harga dirinya ditekan
sampai ke titik yang paling rendah yaitu dijadikan pelacur, kamu dapat
menerima hal-hal lainnya yang menimpa istrimu. Ini semua untuk membantu
kamu. Kalau kamu bisa menerima kenyataan ini, kamu tidak akan stress,
bahkan mungkin kamu akan menjadi sangat bahagia atas kenyataan ini, toh
pada dasarnya kamu memang ingin melihat istrimu disetubuhi pria lain,
jadi kenapa tidak dinikmati saja”.
“Pilihan kamu sebenarnya sangat sederhana, kamu
ikut menikmati atau kamu dan mertuamu melihat rekaman persetubuhan
istrimu di internet. Saya banyak merekam hal-hal baru tentang
persetubuhan istrimu yang bisa membuat mertuamu terkena serangan jantung
lho” lanjut Wen dengan tersenyum penuh arti.
Karena kuatir bahwa orang tua Audrey mengetahui
apa yang terjadi pada Audrey dan juga karena entah kenapa membayangkan
istriku melacurkan dirinya membuat diriku benar-benar sangat terangsang,
sehingga tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menyatakan setuju.
Wajah Abah terlihat sangat senang mendengar persetujuan dariku, dan Abah
segera mengeluarkan beberapa carik kertas yang telah disiapkannya yang
rupanya berupa kontrak. Aku hanya membaca sekilas kontrak itu, tapi
antara lain bunyinya:
- Aku secara sukarela menyerahkan Audrey kepada Abah selama hari Jumat sampai hari Minggu ini atau waktu-waktu lainnya sebagaimana disepakati olehku dan Abah;
- Selama hari Jumat sampai hari Minggu tersebut, Audrey menjadi hak milik Abah, dan aku tidak bisa turut campur ataupun melakukan apa saja yang bisa mengganggu kepemilikan Abah terhadap Audrey;
- Aku hanya diperbolehkan menonton dari kamar sebelah, dan aku tidak boleh dilihat atau diketahui berada di tempat itu oleh Audrey maupun tamu-tamu Audrey;
- Uang yang didapatkan dari tamu-tamu Audrey menjadi milik Abah seluruhnya, kecuali atas tips yang diberikan tamu secara langsung kepada Audrey; dan
- Abah harus mengembalikan Audrey ke rumahku sebelum jam 12 malam pada hari Minggu.
Begitulah kira-kira bunyi kontraknya, dan akupun segera menandatanganinya.
Setelah menandatangani kontrak tersebut, aku
dan Wen diajak berkeliling tempat itu. Abah menunjukan kamar dimana
Audrey akan melayani tamu-tamunya. Kamar itu berukuran sedang dan
dilengkapi kamar mandi sendiri. Seluruh dinding dan langit-langit kamar
tersebut semuanya ditutupi oleh cermin, sedangkan kamar mandinya hanya
salah satu dindingnya yang ditutupi oleh cermin. Kamar dan kamar mandi
tersebut terlihat cukup mewah. Di tengah-tengah kamar terdapat sebuah
tempat tidur king size yang mempunyai pilar-pilar kayu disetiap
sudutnya. Di atas tempat tidur itu terdapat kasur tebal yang ditutupi
sprei warna merah marun. Di sisi kiri dan kanan tempat tidur tersebut
terdapat nakas (lemari kecil) dan di sisi bagian bawah kasur tersebut
terdapat sebuah peti besar yang menyerupai peti bajak laut seperti yang
biasa kita lihat di buku-buku cerita. Di kamar itu juga terdapat sebuah
meja rias dengan kursinya dan sebuah single sofa berwarna krem. Setelah
dari kamar tersebut, Abah mengajakku dan Wen ke kamar sebelah. Berbeda
dari kamar yang sebelumnya, kamar sebelah ini lebih menyerupai sebuah
ruang tamu yang mewah. Kamar tersebut mempunyai sofa-sofa yang disusun
mengarah ke dinding pembatas antara kamar yang pertama ditunjukan oleh
Abah dan kamar ini. Dinding tersebut ternyata adalah kaca dua arah,
sehingga meskipun dari kamar pertama ataupun dari kamar mandinya dinding
tersebut terlihat sebagai cermin, namun dari kamar sebelah aku dapat
melihat kamar pertama yang ditunjukan oleh Abah beserta kamar mandinya
secara jelas. Kemudian Abah menjelaskan bahwa selama Audrey sedang
melayani tamu-tamunya aku hanya boleh berada di kamar ini, apabila aku
ingin keluar dari kamar ini harus keluar dari salah satu pintu yang
langsung menyambung ke sebuah lorong dan tembus langsung ke restaurant
di lantai bawah sehingga aku tidak melewati kamar sebelah. Abah juga
mengingatkan kembali bahwa aku tidak boleh mengganggu tamu-tamunya. Abah
menjelaskan bahwa tamu-tamunya telah membayar sangat mahal untuk
mendapatkan kesenangan sehingga tamu-tamu tersebut dapat berbuat apa
saja terhadap Audrey. Abah juga menambahkan bahwa Audrey tidak boleh
tahu kalau aku bisa menontonnya dari kamar sebelah karena Abah sangat
kuatir kalau Audrey sampai tahu aku bisa menontonnya maka Audrey tidak
bisa lepas dan merasa bebas dalam melakukan pelayanan terhadap
tamu-tamunya. Terakhir Abah juga memberitahu bahwa Audrey pastilah akan
sangat sibuk, karena apabila terdapat wanita baru pasti kabar tersiar
dengan cepat dan akan banyak tamu-tamu yang ingin mencoba Audrey.
Aku hanya mengangguk-angguk saja mendengar
penjelasan Abah, dan setelah berkeliling tempat itu, termasuk melihat
sebuah ruangan yang dikatakan oleh Abah sebagai display room, aku dan
Wen pamitan dan pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Wen
kembali mengingatkanku agar memberitahu dan memerintahkan Audrey untuk
melaksanakan hal ini dan juga mengingatkanku agar Audrey tidak boleh
mengetahui kalau aku bisa menonton pelacuran dirinya. Dalam perjalanan
pulang ke rumah, hatiku berkecamuk memikirkan apakah yang aku lakukan
ini benar. Di satu pihak aku tidak bisa membayangkan apabila orang tua
Audrey sampai mengetahui nasib anaknya, namun di pihak lain meskipun aku
tahu bahwa melacurkan istriku adalah salah namun terdapat rangsangan
tersendiri bagiku melihat istriku disetubuhi orang lain. Apakah benar
aku bisa benar-benar menikmati keadaan istriku yang menjadi budak seks
orang lain? Bagaimana sebenarnya perasaaan Audrey? Apakah Audrey bisa
menerima nasibnya? Dan banyak pertanyaan lain berkecamuk di hatiku.
Tidak terasa mobil yang aku kemudikan sudah sampai rumah. Mobil langsung
aku masukkan dalam garasi dan aku segera mencari Audrey. Audrey sedang
duduk di sofa menonton TV ketika aku hampiri. Aku duduk di sofa di
sebelahnya, dan segera memberitahukan kepada Audrey tentang apa yang
diperintahkan Wen untuk dirinya selama hari Jumat sampai hari Minggu
ini. Sama sekali diluar dugaanku, Audrey tidak terlihat kaget. Audrey
hanya menghela napas panjang sambil berkata pelan
“Sudah kuduga”.
Melihat reaksi Audrey yang tidak kaget aku bertanya kepadanya “maksudmu sudah kamu duga?”
Kemudian Audrey menceritakan bahwa setelah
kejadian beberapa waktu lalu di rumah dimana dia disetubuhi oleh Kisno,
Amir dan Sudin, Wen tidak pernah lagi membagi dirinya untuk orang lain,
namun Wen selalu berkata bahwa Wen ingin memuaskan dirinya dulu sebelum
membagi Audrey ke semua orang. Wen juga beberapa kali berkata kepada
Audrey bahwa Wen akan menempatkan Audrey pada status yang sebenarnya
bagi Audrey yaitu sebagai pelacur. Wen berkali-kali berkata kepada
Audrey bahwa Audrey hanyalah seorang pelacur dan suatu saat Audrey akan
senang disetubuhi pria yang telah membayar kepada germonya. Aku sedih
melihat Audrey bisa menerima nasibnya, bahkan ketika tahu akan dijadikan
pelacur, reaksinya meskipun terlihat tidak senang namun juga tidak
menolak atau kaget.
“Maafkan aku” hanya itu kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
“Ini semua terjadi bukan hanya salah kamu saja,
ini juga karena kesalahanku” kata Audrey setelah mendengar permintaan
maaf dariku.
Kemudian entah hanya karena ingin menghiburku
atau memang dari hatinya, Audrey melanjutkan “Sebenarnya aku ingin jujur
sama kamu Tom. Entah apa yang terjadi pada diriku, kejadian ini
seakan-akan membuka kotak pandora dari dalam diriku. Entah kenapa aku
mulai menyukai dijadikan budak seks, aku menyukai diperlakukan kasar
dalam berhubungan seks. Memang sebenarnya aku lebih ingin kalau kamu
yang melakukannya kepadaku, namun apa yang sudah dilakukan oleh Wen
terhadap diriku telah merubah total diriku. Apabila Wen memanggilku
untuk melayaninya, dalam perjalanan menuju apartemen Wen saja vaginaku
sudah menjadi basah dan ketika Wen memakai diriku sebagai mainan seksnya
aku menikmatinya yang membuat diriku orgasme berkali-kali dengan sangat
cepat.
“Ketika kamu menceritakan bahwa Wen memintaku
jadi pelacur, meskipun sebenarnya aku tidak suka, tapi mendengar hal itu
membuat vaginaku saat ini sangat basah. Entah kenapa meskipun tahu
bahwa menjadi pelacur adalah pekerjaan yang martabatnya rendah, namun di
dalam hatiku aku jadi ingin mencobanya” lanjut Audrey kepadaku.
“Aku membaca di internet, memang banyak orang
seperti diriku, yaitu menjadi submissive, dimana penindasan dalam seks
malah membuat terangsang dan menikmati. Namun Tom, aku sangat
mencintaimu, aku masih berharap suatu ketika semua ini akan berakhir dan
aku hanya perlu menjadi submissive untuk dirimu saja” kata Audrey
kemudian kepadaku.
Mendengar hal itu, hatiku menjadi sedikit
tenang. Setidaknya Audrey akan melakukan hal ini bukan karena terpaksa,
dan Audrey masih sangat mencintaiku. Kamipun berciuman mesra, dan aku
berpesan kepadanya untuk banyak istirahat karena hari Jumat yang
direncanakan tersebut tinggal 2 hari lagi.
Hari jumat itu akhirnya datang juga….Tepat pukul
9.00 pagi kami berangkat dari rumah menuju tempat Abah yaitu XXX Spa
& Massage di daerah kota. Hari itu Audrey berpakaian casual, hanya
berkaos dan bercelana jeans dengan sedikit make-up di wajahnya.
Perjalanan dari rumah menuju tempat Abah memakan waktu cukup lama,
apalagi Jakarta di pagi hari selalu macet. Dalam perjalanan aku beberapa
kali menanyakan Audrey apakah dia yakin dengan apa yang akan
dilakukannya, dan selalu dijawabnya dengan senyum manis sambil berkata
bahwa dia yakin untuk melakukannya meskipun sebenarnya dia berkeinginan
agar aku dapat mendampinginya untuk menjaganya. Mendengar keinginannya
tersebut aku hanya menjawab bahwa aku banyak pekerjaan yang tidak bisa
aku tinggalkan di kantor, dan aku meyakinkannya bahwa Abah akan dapat
menjaganya serta aku berjanji bahwa aku akan selalu menelepon Abah untuk
menanyakan keadaan istriku ini. Setibanya aku dan Audrey ditempat Abah,
Aku dan Audrey bergandengan tangan memasuki tempat milik Abah tersebut.
Melihat kami datang, Abah menyambut kami. Tanpa berkata apa-apa, Abah
langsung menggandeng tangan Audrey dan menuntunnya masuk. Ketika aku
berusaha mengikuti, Abah dengan sopan mengatakan kepadaku
“Kamu antar sampai sini saja, nanti istrimu jadi grogi”.
Akupun melepaskan gandengan tanganku pada
Audrey dan membiarkan Abah menuntun Audrey masuk ke dalam. Aku melihat
beberapa kali Audrey menoleh ke belakang melihat diriku seakan-akan
Audrey ragu dengan apa yang akan dilakukannya, namun karena Abah tetap
menuntunnya masuk ke dalam, Audrey tidak dapat berpikir panjang lagi dan
hanya bisa menuruti gandengan tangan Abah. Setelah menyerahkan Audrey
kepada Abah, akupun berlari ke arah belakang tempat milik Abah itu dan
masuk kembali melalui pintu belakang. Begitu kembali di dalam aku
mengintip Audrey berbicara dengan Abah. Aku tidak mendengar pembicaraan
mereka. Setelah beberapa menit berbicara, Abah dengan menggandeng lengan
Audrey menuntun Audrey masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintu.
Kurang lebih satu jam Abah dan Audrey berada di ruang kerja Abah, sampai
kemudian pintu ruang kerja tersebut terbuka dan terlihat Abah dan
Audrey keluar secara bersamaan. Rambut Audrey ketika keluar ruangan
terlihat sedikit acak-acakan, aku menduga pasti Abah baru saja
menyetubuhi Audrey di dalam ruang kerja tersebut.
Kemudian Abah memanggil dua staff wanitanya
yang biasa dipanggil “mami” dan menyerahkan Audrey kepada mereka. Kedua
mami itu kemudian menuntun Audrey ke kamar yang 2 hari lalu telah
ditunjukan Abah kepadaku dan Wen. Setelah Audrey dan kedua mami masuk
kamar tersebut, aku mendatangi Abah. Abah hanya berkomentar
“Hebat istrimu, tamu-tamuku pasti puas” dan kemudian mempersilahkan aku masuk ke kamar disebelah kamar dimana Audrey berada.
Dari kamar sebelah aku bisa melihat secara
jelas kedua mami sedang memandikan Audrey di bathtub. Semua tubuh Audrey
dibersihkan, setelah itu mereka dari kamar mandi pindah ke kamar tidur.
Di kamar tidur, salah satu mami melepaskan bel kecil yang tergantung di
cincin emas di bibir atas vagina Audrey, sehingga sekarang hanya cincin
tersebut saja yang terkait di vagina Audrey. Setelah melepaskan bel
kecil tersebut, kemudian seluruh tubuh Audrey diwax dan dilulur. Audrey
juga dipijat selayaknya pelayanan di spa kelas satu. Terakhir kedua mami
memake-up wajah Audrey dan memblow rambutnya, Audrey nampak semakin
cantik lagi. Terlihat sekali orang-orang itu sangat ahli dalam
bidangnya. Kemudian dari speaker terdengar salah satu mami berkata
sambil menyerahkan sebuah kimono putih dan sepatu putih berhak tinggi
kepada Audrey
“Pakai ini, selama disini hanya inilah pakaianmu. Kamu akan mendapatkan kembali pakaianmu sebelum pulang nanti di hari Minggu”.
Audreypun menuruti perintah sang mami dan
mengenakan kimono putih dan sepatu hak tinggi tersebut. Kimono tersebut
cukup tipis sehingga bayang-bayang vagina dan kedua payudara Audrey
masih dapat terlihat.
“Tunggu disini sampai saya menjemputmu. Kalau
ada tamu, baru saya akan membawa kamu ke display room” kata salah satu
mami kepada Audrey. Audrey hanya mengangguk lemah dan duduk di salah
satu sisi tempat tidur, sedangkan kedua mami meninggalkan kamar
tersebut.
Tidak sampai sepuluh menit kemudian, pintu kamar terbuka dan salah satu mami masuk ke kamar tersebut.
“Ayo, ada tamu langganan mau melihatmu” kata mami tersebut sambil menarik lengan Audrey dan menuntunnya keluar kamar.
Melihat itu jantungku berdegup dengan kencang.
Untuk pertama kalinya aku akan melihat istriku Audrey melacurkan dirinya
dan hal tersebut membuatku sangat terangsang. Akupun segera duduk di
salah satu sofa dan menunggu apa yang akan terjadi.
Kurang lebih 10 menit kemudian, pintu kamar
terbuka lagi, kali ini seorang pria keturunan Arab yang berusia kurang
lebih 50 tahunan masuk ke ruangan tersebut disusul oleh Audrey dan mami
yang tadi menjemput Audrey. Tanpa berkata apa-apa pria Arab itu duduk di
salah satu sisi kasur, sedangkan mami menuntun dan menempatkan Audrey
berdiri persis di hadapan pria itu.
“Mohon maaf Pak Zaki, dia baru, dia belum tahu
rutinitas disini” kata mami tersebut kepada pria yang ternyata bernama
Zaki tersebut.
“Lepas sepatumu” kata mami tersebut kemudian
kepada Audrey sambil melepaskan kimono dari tubuh Audrey, sehingga
sekarang Audrey menjadi telanjang bulat dihadapan seorang pria tua yang
belum pernah dikenalnya. Aku melihat vagina Audrey yang mulus tanpa
ditumbuhi sehelai bulupun terlihat sudah sangat basah.
“Nah saya tinggal dulu ya pak. Audrey tolong
layani Pak Zaki dengan baik ya” kata mami kemudian sambil meninggalkan
kamar tersebut dan menutup pintunya.
Ditinggal berdua dengan Pak Zaki di dalam
kamar, Audrey terlihat canggung. Audrey terlihat tidak tahu apa yang
harus diperbuatnya, sehingga Audrey hanya berdiri telanjang bulat di
hadapan Pak Zaki. Melihat Audrey yang canggung, Pak Zaki tersenyum dan
meraih tangan Audrey serta menarik Audrey ke pangkuannya sehingga
sekarang Audrey duduk dipangkuan Pak Zaki.
“Emmhhh….. halus sekali….putih bersih…cantik
sekali….si Abah memang pintar memilih memilih wanita” kata pak Zaki
sambil meraba-raba dan mengelus-elus seluruh tubuh Audrey.
Audrey terlihat sedikit menggelinjang ketika
tangan-tangan tua Pak Zaki menggerayangi tubuhnya. Setelah puas
mengelus-elus tubuh Audrey, Pak Zaki mulai meremas-remas kedua payudara
Audrey seakan-akan mempelajari kepadatan kedua payudara Audrey.
“Eeehmm…. sempurna, payudara yang indah” terdengar komentar Pak Zaki atas kedua payudara Audrey.
Setelah puas meremas-remas kedua payudara
Audrey, Pak Zaki mulai mencium dan menjilati serta menghisap kedua
payudara Audrey secara bergantian. Diperlakukan demikian terlihat Audrey
menggelinjang-gelinjang, kedua matanya tertutup dan dari mulutnya
terdengar desahan-desahan kecil.
“Eehmmm…kamu suka ya” kata Pak Zaki ketika merasakan bahwa Audrey menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah.
“Suu..kaaa…uughhhh” jawab Audrey pelan
terbata-bata sambil terus menutup matanya dan badannya
menggelinjang-gelinjang makin hebat.
Merasakan Audrey sudah mulai terangsang, Pak
Zaki mulai meraba-raba dan mengelus-elus vagina Audrey, yang disambut
Audrey dengan desahan yang semakin keras dan salah satu tangan Audrey
menekan kepala Pak Zaki seakan-akan meminta Pak zaki untuk makin giat
dank eras menciumi, menjilat dan menghisap kedua payudaranya.
“Lubang yang di bawah ini, mana yang bisa dimasukin?” tanya Pak Zaki sambil tangan kanannya mempermainkan klitoris Audrey.
“Dua-duanya bisa…” jawab Audrey malu-malu sambil kembali mendesah-desah dan menggelinjang-gelinjang.
Kemudian bibir pak Zaki yang besar berpindah
dari payudara Audrey ke bibir Audrey yang mungil. Dilumatnya bibir
Audrey dan dijelajahinya mulut Audrey dengan lidahnya. Terlihat Audrey
sedikit kewalahan melayani permainan lidah Pak Zaki di mulutnya.
“Siapa nama kamu?” tanya Pak Zaki kemudian.
Audrey pak” jawab Audrey.
“Audrey, coba bukain seluruh baju dan celana
saya” kata Pak Zaki sambil menghentikan kegiatannya pada Audrey dan
menuntun Audrey berdiri kembali.
Tanpa berkata apa-apa, Audrey menuruti perintah
Pak Zaki. Dibukanya kemeja Pak Zaki, dan kemudian Audrey berlutut di
hadapan Pak Zaki dan membuka sepatu, kaos kaki dan celana panjang Pak
Zaki, dan ketika Audrey melorotkan celana dalam Pak Zaki, penis hitam
Pak Zaki langsung mencuat keluar. Audrey terlihat sedikit kaget dengan
ukuran penis Pak Zaki. Penis Pak Zaki sangatlah besar dan panjang,
bahkan lebih besar dari penis Wen maupun Kisno.
“Kenapa? Kok kelihatan kaget? tanya Pak Zaki ketika melihat raut wajah Audrey.
“Besar dan panjang” kata Audrey singkat sambil tersenyum berusaha menyembunyikan kekagetannya.
“Audrey, layani saya” kata Pak Zaki kepada Audrey sambil naik ke kasur dan tidur telentang.
Mendengar itu Audrey segera menuruti,
ditindihnya tubuh Pak Zaki dari atas, dan Audrey mulai
menggesek-gesekkan tubuh dan payudaranya ke tubuh dan dada Pak Zaki.
Kemudian bibir Audrey terlihat mulai menciumi dan menjilati leher Pak
Zaki dan terus ke dada Pak Zaki yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat
itu. Pak Zaki terlihat sangat menikmati pelayanan Audrey. Audrey dengan
sangat perlahan dan mesra terus menjilati seluruh tubuh Pak Zaki sampai
ke paha dan terus ke kaki-kaki Pak Zaki. Diperlakukan demikian oleh
Audrey, aku melihat penis Pak Zaki menegang keras, sedangkan vagina
Audrey sudah terlihat sangat basah. Setelah menjilati kaki-kaki Pak
Zaki, Audrey kembali naik ke atas, diciumi dan dijilatinya paha dalam
Pak Zaki, kemudian ke biji penis Pak Zaki dan lalu Audrey membenamkan
kepalanya ke bawah serta lidahnya mencari lubang anus Pak Zaki. Pak Zaki
yang mengerti apa yang akan dilakukan Audrey sedikit mengangkat
pinggulnya dan memposisikan tubuhnya agar bibir dan lidah Audrey dapat
memperoleh akses seluas-luasnya terhadap lubang anusnya. Sambil tetap
menjilati lubang anus Pak Zaki dengan perlahan dan mesra, tangan kiri
Audrey mulai menggenggam penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu serta
mulai mengocoknya secara perlahan, sedangkan tangan kanan Audrey
mengelus-ngelus dada dan puting Pak Zaki yang ditumbuhi bulu-bulu yang
sangat lebat itu.
“Eeeehhhmmmm…..enaaakk..” dengus Pak Zaki pelan senang atas perlakuan Audrey terhadap penis dan lubang anusnya.
Mendengar itu Audrey nampak makin bersemangat
merangsang Pak Zaki, dijilati dan dikulumnya secara bergantian penis,
biji penis dan lubang anus Pak Zaki, dan kemudian Audrey menarik kedua
tangan Pak Zaki agar Pak Zaki bangkit dari posisi tidur telentang
menjadi posisi duduk, dan Audrey kemudian merebahkan dirinya telentang
di atas kasur dengan kedua kaki mengangkang yang memperlihatkan
vaginanya yang sudah sangat becek. Audrey kemudian meraih penis Pak Zaki
yang besar dan panjang itu dengan kedua tangannya dan mengarahkan ke
vaginanya.
“Lho, kok saya yang di atas? Katanya mau
melayani?” goda Pak Zaki kepada Audrey yang terlihat sudah ingin
cepat-cepat ditindih oleh tubuh Pak Zaki.
“Penis bapak terlalu besar…., sedikit sakit
kalau pertama kali masuk dengan posisi Audrey di atas. Masukkan dulu
dengan posisi bapak di atas, setelah Audrey terbiasa, kita bisa ganti
posisi pak” jawab Audrey dengan penuh mesra dan sedikit membujuk kepada
Pak Zaki.
Saat itu aku sedikit kaget karena untuk pertama
kalinya aku mendengar istriku menyebut dirinya dengan namanya sendiri
yaitu “Audrey” biasanya baik terhadaku maupun Wen, Audrey selalu
menyebut dirinya dengan kata “saya” atau “aku”. Aku melihat Audrey
menyebut dirinya dengan “Audrey” supaya terdengar lebih imut dan bisa
merayu Pak Zaki, rupanya Audrey benar-benar mendalami dan bahkan
menyukai keadaannya sebagai pelacur. Terayu oleh Audrey, kemudian Pak
Zaki mulai sedikit demi sedikit dan secara perlahan membenamkan penisnya
ke dalam vagina Audrey. Terdengar desahan kecil Audrey setiap penis Pak
Zaki semakin dalam masuk ke vaginanya. Tangan Audrey meremas keras
bantal dan sprei kasur secara bergantian ketika penis Pak Zaki yang
besar dan panjang itu mulai menjebol vaginanya. Mata Audrey tertutup
rapat dan Audrey menggigit kecil bibir bawahnya sendiri seakan-akan
sedang menahan sakit dan nikmat yang amat sangat secara bersamaan.
Ketika penis Pak Zaki semakin dalam lagi menjebol vaginanya, Audrey
semakin kehilangan kontrol atas dirinya, sambil tetap menutup matanya
rapat-rapat, wajah Audrey terdongak kebelakang dan dadanya membusung ke
atas sehingga membuat badannya sampai melengkung, sedangkan tangan kiri
Audrey secara tiba-tiba mencengkram pantat Pak Zaki dengan sangat keras.
Tangan kanan Audrey yang bebas juga terlihat memukul-mukul kasur dan
menarik-narik sprei kasur sehingga sprei kasur menjadi tertarik
berantakan.
“Sakit Audrey?” tanya Pak Zaki kepada Audrey mesra sambil menghentikan hujaman penisnya kedalam vagina Audrey.
“Tidak apa-apa pak,…. Audrey masih bisaa
ta…han…, masukkan…terrrr..usss pak..jangan berheee..ntiii, sebentar
lagi….maaasssukk…sssemua…., ennnakk…setelah ituuu….pak” jawab Audrey
sambil terbata-bata dan meringis-ringis antara menahan sakit dan nikmat.
Mendengar itu Pak Zakipun kembali menekan
penisnya semakin dalam lagi ke vagina Audrey dan “blesss….” terdengar
suara pelan dari vagina Audrey ketika seluruh penis Pak Zaki amblas ke
dalam vagina Audrey.
“Aaaahhh…..” terdengar jeritan lega Audrey
ketika seluruh penis Pak Zaki telah masuk ke dalam vaginanya. Audrey
kemudian membuka matanya kembali, diturunkannya busungan dadanya,
diposisikannya kepalanya seperti sedia kala, dan masing-masing tangan
Audrey melepaskan cengkramannya dari pantat Pak Zaki dan sprei di kasur.
Ditariknya kepala Pak Zaki kearah kepalanya, dan bibir mungil Audrey
mulai menciumi bibir Pak Zaki yang besar dan tebal itu.
“Aaaahhh….sudah masuk semuanya pak, sekarang
nikmati Audrey sepuas-puasnya, Audrey adalah milik bapak” bisik Audrey
kemudian kepada Pak Zaki sambil kembali menciumi bibir Pak Zaki dengan
mesra.
Pak Zaki dan Audrey berciuman dengan mesra dan
memainkan lidah mereka di mulut pasangannya dengan cukup lama. Aku
melihat selama Audrey dan Pak Zaki berciuman, vagina Audrey mengeluarkan
cairan kewanitaannya. Cairan itu terus keluar meleleh dari vagina
Audrey sehingga membuat sprei disekitar selangkangan Audrey menjadi
basah kuyup. Setelah beberapa lama berciuman tanpa menggerakan penisnya,
kemudian Pak Zaki mulai memompa penisnya keluar masuk vagina Audrey
secara perlahan. Audrey yang merasakan goyangan Pak Zaki kemudian
menekuk kedua lututnya dan menyilangkan kedua kakinya melingkar
dipinggang Pak Zaki sehingga kedua kaki Audrey mengikat rapat pinggang
Pak Zaki. Merasakan kaki Audrey dipinggangnya, Pak Zaki memperbaiki
posisi tubuhnya. Diletakannya kedua telapak tangannya di kasur persis
disisi kiri dan kanan kepala Audrey dan digunakannya kedua tangannya
tersebut sebagai tumpuan tubuhnya. Audrey kemudian melingkarkan kedua
tangannya di leher Pak Zaki, dan Audrey sedikit mengangkat kepalanya dan
dadanya agar bibir dan lidahnya dapat menciumi dan menjilati dada dan
puting Pak Zaki yang berbulu lebat itu sehingga sekarang Audrey terlihat
sedikit bergelantungan di tubuh Pak Zaki dengan kedua tangan melingkar
di leher Pak Zaki dan kedua kaki melingkar dipinggang Pak Zaki dan hanya
pantat dan sedikit tubuhnya yang menapak di kasur. Pak Zaki yang
digelayuti Audrey seperti itu, dengan kedua lutut dan kedua tangannya
tetap bisa dengan lancar menghujamkan penisnya yang besar ke dalam
vagina Audrey. Pompaan-pompaan penis Pak Zaki pada vagina Audrey dari
perlahan mulai menjadi semakin cepat.
Dihajar oleh penis Pak Zaki yang besar dan
panjang itu, vagina Audrey makin mengeluarkan cairan kewanitaannya
sehingga vagina Audrey makin becek dan setiap kali penis Pak Zaki
menghujam keras ke dalam vagina Audrey, vagina Audrey tersebut
memuncratkan sedikit cairan kewanitaannya. Genjotan keras penis Pak Zaki
pada vaginanya, membuat Audrey semakin hilang kontrol. Terlihat sekali
Audrey sangat menikmati penis Pak Zaki dalam vaginanya.
“UUuugghhhh…..paaakkkk…..nikma t sekali….”
desah Audrey keras sambil menatap tajam mata Pak Zaki dan menciumi bibir
Pak Zaki dengan ganas.
“Lebih keras…pak…ayo genjot lebih keras
pak….habisi vagina Audrey…hajar lubang kenikmatan Audrey ini” lanjut
Audrey sambil mengulum, menjilati dan mengigit-gigit kecil dada dan
pundak Pak Zaki.
“Oogghh…enak sekali penis bapak ….Audrey
ketagihan nih….ayo lebih keras…lebih cepat….koyak-koyak vagina Audrey
dengan penis bapak yang benar-benar hebat ini” rayu Audrey menyemangati
Pak Zaki dengan tanpa rasa malu atau canggung lagi.
Mendengar perkataan Audrey, Pak Zaki makin
mempercepat genjotan penisnya pada vagina Audrey yang tentu saja hal
tersebut makin membuat Audrey kelojotan kenikmatan sambil meraung-raung
keras dan matanya merem melek. Tidak beberapa lama kemudian tubuh Audrey
menegang keras dan dengan satu teriakan panjang Audrey mencapai
orgasmenya yang dahsyat yang ditandai dengan muncratnya cairan
kewanitaan dari vaginanya. Kemudian tanpa menunggu orgasme Audrey reda,
Pak Zaki langsung merebahkan dirinya ke belakang sambil menarik tubuh
Audrey sehingga sekarang Audrey berada di atas tubuh Pak Zaki dengan
gaya woman on top. Audrey berdiam diri untuk sesaat karena orgasmenya
belum reda. Setelah Audrey dapat kembali mengendalikan dirinya, Audrey
mulai menggerakkan pinggulnya naik turun sehingga membuat penis Pak Zaki
kembali menggenjot vaginanya. Sambil menikmati pelayanan dari Audrey.
Tangan kanan Pak Zaki meraih dan membuka peti di sisi bagian bawah kasur
dan mengambil sebuah vibrator berwarna pink dari peti tersebut.
Ternyata aku melihat peti itu berisi berbagai macam alat-alat seks.
Kemudian Pak Zaki menyalakan vibrator tersebut dengan kecepatan penuh
dan memasukkannya ke dalam lubang anus Audrey.
Vibrator yang dimasukkan oleh Pak Zaki ke dalam
lubang anus Audrey merupakan vibrator yang berukuran besar dan panjang
serta mempunyai permukaan yang tidak rata. Disepanjang batang vibrator
tersebut terdapat tonjolan-tonjolan bulat seperti kelereng dan ujung
vibrator tersebut berbentuk seperti ujung penis yang sangat besar. Aku
melihat ketika Pak Zaki mulai mencoba memasukkan vibrator tersebut ke
dalam lubang anus Audrey, terlihat Audrey secara sukarela merebahkan
tubuhnya ke dada Pak Zaki untuk mempermudah Pak Zaki memasukkan vibrator
tersebut ke dalam lubang anusnya. Melihat tidak adanya penolakan dari
Audrey, Pak Zakipun segera memasukkan vibrator itu ke dalam lubang anus
Audrey. Audrey sedikit meremas sprei kasur ketika vibrator itu mulai
memasuki lubang anusnya dan terus ke dalam sampai mentok.
“Uuggghhhh….” terdengar rintihan Audrey ketika
Audrey mulai mencoba kembali menggerakkan pinggulnya naik turun agar
penis Pak Zaki kembali memompa vaginanya. Pantat Audrey terlihat sedikit
bergerak tidak beraturan, naik turun dan memutar-mutar dikarenakan
getaran vibrator dan gerakan batang vibrator yang meliuk-liuk di dalam
lubang anusnya.
Setelah beberapa menit, terlihat Audrey mulai
bisa membiasakan diri dengan penis Pak Zaki di dalam vaginannya dan
sebuah vibrator di dalam lubang anusnya. Gerakan-gerakan Audrey naik
turun semakin kencang sehingga penis Pak Zaki kembali dengan cepat
memompa vaginanya. Melihat Audrey menggerakkan pinggulnya naik turun
dengan goyangan-goyangan dan rintihan-rintihan kenikmatan, Pak Zaki
kemudian menarik pelan vibrator tersebut dari lubang anus Audrey.
“Eeegggghhh…eeeiiiiiit……oooggg hhhhh…”
terdengar rintihan keras Audrey ketika Pak Zaki menarik dengan pelan
batang vibrator tersebut sehingga setengahnya keluar dari lubang anus
Audrey, yang membuat Audrey menghentikan gerakan pinggulnya pada
selangkangan Pak Zaki.
“Uuuggghhh…….eegghhhh…..” terdengar kembali
rintihan keras Audrey ketika Pak Zaki kembali dengan pelan memasukkan
batang vibrator tersebut ke dalam lubang anus Audrey sampai mentok.
Wajah Audrey menegang, mulutnya terbuka lebar dan matanya terpejam
rapat. Audrey kemudian merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Zaki serta
kedua tangannya meremas-remas rambut Pak Zaki.
“Hehehehe, Audrey suka ya?” kata Pak Zaki tiba-tiba kepada Audrey.
Mendengar hal itu, Audrey hanya terlihat
mengangguk-angguk sambil tetap merebahkan dirinya di atas tubuh Pak
Zaki, dan Pak Zakipun segera meraih pinggul Audrey dengan kedua
tangannya dan dengan gerakan cepat dan kasar memompa penisnya pada
vagina Audrey dari bawah. Audrey hanya bisa mengerang-erang kenikmatan
tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Mata Audrey tetap terpejam rapat,
mulutnya terbuka lebar sambil sesekali menggigit-gigit kecil bibir
bawahnya sendiri dan kadang kala menggigit kecil bibir Pak Zaki. Kedua
tangan Audrey terlihat menjambak-jambak rambut Pak Zaki dan
rintihan-rintihannya makin lama makin keras dan liar.
“Duuhhh…eeeeennnnaaaakkkk….tte eeeerrusss
paakkkk…..” terdengar erangan nikmat Audrey keluar dari mulutnya sambil
badannya tergoncang-goncang hebat karena genjotan penis Pak Zaki pada
vaginanya dan getaran vibrator pada lubang anusnya.
Setelah beberapa belas menit kemudian, terlihat
tubuh Audrey meliuk-liuk dengan hebat dan kemudian menegang kuat yang
disusul dengan muncratan cairan kewanitaan dari vaginanya serta lolongan
panjang dari mulutnya menandakan Audrey kembali mengalami orgasme yang
dahsyat. Melihat Audrey mengalami orgasme yang dahsyat dan panjang, Pak
Zakipun semakin menancapkan sedalam-dalamnya vibrator pink tersebut ke
dalam lubang anus Audrey dan Pak Zakipun juga menancapkan penisnya
sedalam-dalamnya pada vagina Audrey. Setelah orgasme Audrey reda, Pak
Zaki mencabut penisnya dari dalam vagina Audrey dan kemudian
memposisikan Audrey menungging di atas kasur. Audrey menuruti kemauan
Pak Zaki dan membiarkan dirinya diposisikan menungging di atas kasur.
Kemudian Pak Zaki mencabut vibrator pink tersebut dari dalam lubang anus
Audrey dan memasukkan vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey serta
mulai memasukkan penisnya yang besar dan panjang itu ke dalam lubang
anus Audrey.
“Oggghhhhh….” kembali terdengar rintihan Audrey
ketika penis Pak Zaki mulai memasuki lubang anusnya dan secara
bersamaan tangan Pak Zaki memasukkan vibrator pink tersebut ke dalam
vaginanya. Tangan kanan Pak Zaki terlihat memompa vibrator itu pada
vagina Audrey, sedangkan tangan kiri Pak Zaki terlihat meremas-remas
dengan kuat kedua payudara Audrey secara bergantian. Pak Zaki terlihat
dengan ganas menggenjot lubang anus Audrey dengan penisnya.
Tubuh Audrey yang menungging kembali
tergoncang-goncang dengan hebat dikarenakan genjotan-genjotan penis Pak
Zaki di lubang anusnya dan genjotan-genjotan vibrator pada vaginanya.
Audrey meraung-raung kenikmatan dengan hebat, kemudian setelah beberapa
menit diperlakukan demikian, tiba-tiba kedua tangan Audrey meraih kedua
paha Pak Zaki. Pak Zaki yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil
dan kemudian meneruskan genjotan penisnya pada lubang anus Audrey.
Tangan kanan Pak Zaki tetap mengocok-ngocok vagina Audrey dengan vibator
sedangkan tangan kiri Pak Zaki menjambak rambut Audrey dan menariknya
ke belakang sehingga kepala Audrey sampai terdongak ke atas. Setelah
beberapa belas menit kemudian, Audrey mencapai orgasme kembali, dan dari
vagina Audrey kembali keluar cairan kewanitaannya memuncrat ke
vibrator, ke tangan Pak Zaki dan ke sprei kasur. Melihat Audrey telah
mencapai klimaks, Pak Zaki segera menarik dan menelentangkan Audrey di
atas kasur, kedua tangan Audrey ditariknya ke atas sehingga lurus
sejajar dengan kepalanya. Tangan kiri Pak Zaki memegangi kedua
pergelangan tangan Audrey sehingga kedua tangan Audrey tidak dapat
digerakkan kemana-mana. Kemudian Pak Zaki menghujamkan penisnya secara
kasar ke dalam vagina Audrey dan memompa cepat vagina Audrey dengan
penisnya. Audrey secara reflek membuka kedua kakinya lebar-lebar,
badannya tergoncang-goncang hebat karena hujaman penis Pak Zaki pada
vaginanya dan dari mulut Audrey terdengar teriakan
“uughhh….ugghhh..ugghhh…” setiap kali penis Pak Zaki menerobos masuk
vaginanya sampai mentok.
Serasa lama sekali Audrey dan Pak Zaki dalam
posisi seperti itu, mungkin ada berpuluh-puluh menit. Badan Audrey yang
berkulit putih nampak bergoncang-goncang seirama dengan badan Pak Zaki
yang berkulit hitam. Mulut Audrey terbuka lebar sambil sesekali
tersenyum kecil, dan mata Audrey merem melek menandakan Audrey sangat
menikmati persetubuhannya dengan Pak Zaki. Sambil menggenjot penisnya
yang besar ke dalam vagina Audrey, Pak Zaki sesekali juga memerintahkan
Audrey untuk membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya
keluar yang langsung dituruti oleh Audrey. Apabila sudah demikian, Pak
Zaki langsung mengeluarkan ludahnya kedalam mulut Audrey yang langsung
ditelan seluruhnya oleh Audrey. Pak Zaki makin lama semakin keras dan
cepat menggenjotkan penisnya ke dalam vagina Audrey. Gerakan Pak Zaki
semakin lama semakin kasar dan tidak beraturan sampai kemudian terlihat
Pak Zaki dan Audrey mencapai orgasme hebat secara bersamaan, dan Pak
Zaki memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina Audrey.
Setelah orgasmenya reda, Pak Zaki mencabut
penisnya dari vagina Audrey dan merebahkan dirinya telentang di atas
kasur. Seperti sudah diajari sebelumnya, Audrey langsung bangkit dan
meraih penis Pak Zaki dengan mulutnya. Tanpa perlu diperintah lagi,
lidah Audrey langsung membersihkan penis Pak Zaki dari sisa-sisa sperma
dan cairan kewanitaan sampai bersih, dan setelah penis Pak Zaki bersih,
Audrey merebahkan kepalanya di atas dada Pak Zaki dan memeluk erat Pak
Zaki. Pak Zaki dan Audrey berpelukan mesra sambil sesekali berciuman
kecil. Melihat kemesraan Pak Zaki dan istriku, aku sebenarnya cemburu,
tapi ada rasa senang dalam diriku dimana aku melihat istriku melacurkan
dirinya tanpa paksaan bahkan menikmati statusnya dan pekerjaan barunya.
Setelah kurang lebih 10 menit Pak Zaki berbaring
sambil dipeluk oleh Audrey dengan mesra. Pak Zaki bangkit dari tempat
tidur dan mulai mengenakan pakaiannya. Audrey membantu Pak Zaki dalam
mengenakan pakaiannya. Audrey turut membantu Pak Zaki dalam
mengancingkan pakaiannya dan memasangkan kaos kaki dan sepatu pada kedua
kaki Pak Zaki. Setelah berpakaian lengkap Pak Zaki kembali mencium
Audrey dengan mesra yang dibalas oleh Audrey dengan mesra pula. Cukup
lama mereka berciuman sampai Pak Zaki menarik bibirnya dari bibir Audrey
dan kemudian meletakan segepok uang seratus ribuan di atas kasur.
“Ini tip buat kamu, terima kasih atas pelayanannya. Saya pasti akan kembali lagi” kata Pak Zaki sambil melangkah keluar kamar.
“Terima kasih pak” jawab Audrey singkat sambil
kembali duduk dan memasukan uang tip dari Pak zaki ke dalam nakas disisi
kanan tempat tidur.
Tidak sampai 5 menit semenjak Pak Zaki
meninggalkan kamar, kedua mami dan tiga orang pelayan pria masuk ke
dalam kamar. Salah seorang pelayan membawa nampan makanan seperti yang
biasa dibawa room service di hotel-hotel dan meletakannya di atas meja
rias kamar tersebut.
“Kamu makan dulu, kamu perlu tenaga yang banyak” kata salah seorang mami kepada Audrey.
Melihat ada tiga pelayan pria yang masuk,
Audrey berusaha mengenakan kimononya, tapai salah satu mami dengan cepat
merebutnya dari tangan Audrey dan menyerahkannya kepada salah satu
pelayan pria.
“Kimononya sudah kotor, nanti kamu dapat
gantinya, sekarang makan dulu. Kita harus cepat, kita tidak punya banyak
waktu” kata mami yang merebut kimono tersebut dari tangan Audrey.
Audrey menuruti perintah mami tersebut dan
duduk di kursi meja rias dan mulai melahap hidangan yang disajikan yang
berupa sirloin steak dan french fries, sedangkan ketiga pelayan pria
mulai membersihkan kamar tersebut. Ketiga pelayan tersebut mengganti
sprei kasur, menyapu dan mengepel lantai kamar tersebut sambil sesekali
memandangi tubuh Audrey yang telanjang bulat sambil tersenyum-senyum
kecil seakan-akan berkata “Ini dia yang habis disetubuhi”.
Selesai makan, Audrey dibawa oleh kedua mami ke
kamar mandi untuk dimandikan di bathtub, dan selesai dimandikan, Audrey
kembali dimake-up wajahnya dan rambutnya di blow kembali. Ketika Audrey
selesai dirias dan diberikan kimono putih yang baru, ketiga pelayan
tersebut juga telah selesai membersihkan kamar dan segera bersama-sama
kedua mami meninggalkan kamar. Belum sampai sepuluh menit kedua mami
meninggalkan kamar, salah satu mami kembali masuk kamar dan tanpa
mengatakan apa-apa menuntun Audrey keluar kamar, dan seperti dugaanku,
tidak beberapa lama kemudian Audrey sudah masuk lagi ke kamar dengan
seorang tamu.
Kali ini Audrey tidak didampingi oleh seorang
mami lagi, dan Audrey terlihat sudah mengerti dengan apa yang harus
dilakukannya. Audrey langsung membuka kimononya dan berlutut dihadapan
tamu tersebut, kemudian membuka sepatu, kaos kaki, celana dan celana
dalam tamu tersebut dan mulai menghisap-hisap dan menjilat-jilati penis
tamu tersebut, dan merekapun mulai melakukan persetubuhan mereka. Begitu
seterusnya dari tamu ke tamu, Audrey melakukan persetubuhan dan
melayani tamu-tamunya dengan baik. Audrey hanya berhenti bersetubuh dan
dapat beristirahat ketika selesai satu tamu, kedua mami memandikan dan
merias Audrey bersamaan dengan ketiga pelayan membersihkan kamar
tersebut. Istirahat Audrey tidaklah panjang hanya apabila sebelum
dimandikan adalah waktu Audrey untuk makan maka istirahatnya menjadi
otomatis lebih panjang sedikit. Pada waktu Audrey dimandikan itulah aku
mencuri-curi kesempatan untuk turun melalui pintu yang tersambung dengan
lorong ke restaurant bawah untuk makan. Tidak terasa ternyata waktu
berlalu dengan cepat. Jam telah menunjukkan pukul 12.00 malam pada hari
Jumat itu, mungkin sudah belasan tamu yang dilayani oleh Audrey, dan
rata-rata tamu-tamu tersebut berumur sekitar 40 sampai 60 tahunan,
ketika akhirnya setelah selesai melayani seorang tamu, salah seorang
mami masuk ke ruangan dan hanya berkata singkat
“Sekarang kamu istirahat dulu” lalu mami tersebut meninggalkan kamar tanpa memandikan Audrey seperti biasanya.
Audrey terlihat menarik napas lega dan duduk di
sofa kamar tersebut untuk beberapa saat, dan lalu masuk kamar mandi
untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, Audrey naik ke tempat
tidur yang masih acak-acakan karena tidak dibersihkan oleh ketiga
pelayan seperti biasanya dan mulai memejamkan mata. Tidak perlu waktu
lama untuk Audrey tidur terlelap dan hal tersebut sangatlah wajar karena
semenjak pagi Audrey sudah melakukan persetubuhan yang dapat dikatakan
tiada henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar