Aku sedang merunduk, berkeringat dan kotor karena merawat bunga bunga di
kebun belakang rumah saat kudengar bel berbunyi. Ini adalah hari minggu
pagi, dan aku tidak sedang menanti seorang tamu. Aku sedang beres-beres
pekerjaan rumah sebelum hujan turun, jadi aku coba untuk mengacuhkan
suara bel itu. Bel berbunyi untuk kedua kalinya dan ketiga kali,
akhirnya aku bangkit dan berjalan memutar ke arah depan untuk melihat
siapa yang datang.
Berdiri di depan pintu memunggungiku seorang wanita muda yang sangat
menarik, mengenakan celana jeans dipotong selututdan kaos yang
memperlihatkan kulit atas pinggangnya yang seksi. Hingga akhirnya ketika
aku memandangi pantatnya yang sekal sampai rambutnyayang dipotong
diatas bahu, aku mengenalinya sebagai Sarah, mantan kekasih Teddy,
puteraku.
"Hai, Sarah. Ada yang bisa Oom bantu?"
"Halo, oom Willy. Teddy-nya ada nggak Oom?."
"Wah, Sarah, dia dia baru saja berangkat tadi pagi sama Mama-nya.
Katanya sih pergi jalan-jalan sebelum dia balik kuliah lagi minggu
depan. Katanya kalian sudah putus ya? Apa yang bisa Oom bantu?"
"Saya cuma ingin balikin beberapa barang Teddy dan ngobrol
dengannya. Cowok saya yang sekarang brengsek. O-oh, mulai hujan nih.
Boleh masuk ke dalam Oom?"
"Tentu saja, ngomong-ngomong apa nih isi bungkusannya?"
"Cuma beberapa baju dan Cd-nya."
Ketika kubuka bungkusan itu, kulihat dia tadi nggakmenyebutkan
beberapa pasang celana dalam Teddy dan bungkus kondom yang tinggal
separuh.
"Ok, Sarah, nanti kusampaikan padanya. Ngomong-ngomong kamu naik apa ke sini tadi?"
"Saya nginap di kontrakannya Mama di jalan Kenanga. Dekat kok, hanya beberapa menit dari sini, jadi saya jalan kaki saja."
"Tapi, kamu nggak bisa lansung pulang jalan kaki sekarang. Kamu
tunggu sebentar di sini, Oom mau mandi dulu sebentar. Badan Oom kotor
dan keringetan nih, nanti Oom antar kamu pulang."
Saat aku mandi, kubayangkan betap singkatnya hubungan puteraku
dengan gadis muda yang manis ini. Dia benar-benar seksi. Aku sedang
berdiri mengeringkan tubuhku dengan handuk ketika kulihat pantulan
bayangannya di cermin, berdiri hanya beberapa meter dibelakangku,
bersandar di kusen pintu dan memandangiku dengan seksama.
"Apa yang kamu lakukan, Sarah? Kamu nggak boleh masuk."
"Saya hanya pengen lihat tubuh seperti apa sih sebenarnya bentuk
Oom, apa seperti Teddy, Oom sangat tampan seperti Teddy, tapi Oom lebih
gagah. Saya nggak bisa membandingkan penis Oom karena saya belum pernah
lihat punya tadi saat tidak sedang ereksi."
Aku merasa jengah dengan kejadian ini dan berusaha menutupi tubuh
telanjangku dengan handuk. Dan tak perlu menunggu lama sampai aku juga
mengalami ereksi.
"Saya punya vagina yang cantik, Oom mau lihat nggak?"
Tanpa menunggu jawaban, diturunkannya resleiting celan jeans-nya dan
menurunkannya hingga mata kaki, memperlihatkan celana dalam mininya.
Dan itu langsung mengikuti jean-nya, dan kaki indahnya melangkah keluar
dari keduanya, memperlihatkan tubuh telanjangnya dari kaos ke bawah.
Harus kuakui, vaginanya memang cantik, tanpa rambut dengan bibir
yang penuh dan terlihat sangat lezat. Saat aku tengah takjub menatapnya,
dia menggeseknya dengan sensual menggunakan jemarinya.
"Apa anda sudah ereksi, Oom Willy? Biar saya periksa."
Dia berjalan mendekat dan dengan sebuah renggutan yang cepat,
menarik lepas handukku, membuatku terpampang dihadapannya tanpa
penghalang dengan batang penisku menunjuk tepat ke arah matanya.
"Nah, begini lebih baik! Oom punya penis yang indah, semaseperti Teddy, kecuali saya pikir punya Oom agak lebih gemuk."
Satu tangannya mengelus batang penisku dan yang satunya lagi tetap tak beranjak menggesek vaginanya.
"Oh, ayo ke kamar dan bercinta dengan Sarah Oom. Sudah cukup lama
Sarah nggak bercinta sejak putus dengan Teddy tiga minggu lalu. Saya
sangat teramat horny."
Jujur saja aku mau mengabulkannya tapi aku tahu aku harus
menolaknya. Seorang pria paroh baya berumur 48 tahun sepertiku tak
sepatutnya tidur dengan gadis muda berumur 22 tahun. Kuikuti dia ke
kamar tidur untuk menasehatinya. Dia rebah ke atas kasur dengan
punggungnya, pahanya terbentang lebar, vaginanya yang cantik seolah
menatapke arahku, dan seluruh akal sehatku terbang melayang ke luar
jendela.
Aku menyerah pada bujukan kobar birahi dan wajahku tenggelam kepada
'sesuatu yangindah' yang begitu mempesonaku. Kakinya mengempit kepalaku
dalam cengkeraman erat ketika lidahku menyeruak jauh ke dalam kebun
kenikmatannya yang basah. Sarah menggeliat layaknya ular begitu
kueksplorasi bagian tubuhnya yang rahasia. Akhirnya kutemukan
klitorisnya dan menghisapnya diantara bibirku. Begitu kutahu
reaksinya,lidahku semakin gencar memanjakannya. Aku tahu dia sedang
kelabakan dalam orgasmenya karena Sarah mengejang dengan liarnya pada
wajahku, terus menerus mengerang dan mengejang.
"Oh Mama, sudah, sudah,jangan, jangan hentikan! Aku sudah nggak
tahan lagi! Jangan teruskan! Cepat Oom, kumohon masukkan penis Oom
sekarang.... Fuck me! Fuck me!"
Selayaknya lelaki yang baik, tak sepatutnya kuacuhkan permohonannya.
Sarah hanya bisa berbaring melenguh dan menggeliat satiap kali
kulesakkan batang penisku semakin kedalam lalu menariknya keluar sedikit
dari himpitan kebun surganya. Pelan-pelan dia mulai dapat mengendalikan
dirinya, sedikit demi sedikit, seluruh syaraf dalam tubuhku tercabut
dari tempatnyadan berkumpul dibatang penisku. Nggakada lagi dalambenakku
selain euphoria dari kerasnya penisku yang meluncur keluar masuk dalam
cengkeraman daging hangat vagina Sarah. Nggak dada lagi selain penyatuan
kami dan mengesampingkan selurh konsekuensi yang ada ketika kupacu
diriku kepuncak kenikmatan yang ditawarkan Sarah padaku.
Kurasakan itu datang, pemenuhan dari penjelajahanku untuk menyirami
rahimnya dengan spemaku. Jauh disudut brnakku aku sadari jika Sarah
hampir saja berteriak saat pencapaian klimaknya lagi bersamaan dengan
penisku yang berdenyut keras menyiramkan semburan demi semburan sperma
ke dalam tubuhnya, melemparkujauh dari batas rasa nikmat ke tanah
impian.
Tubuh Sarah hampir tak bergerak ketika tubuhku jatuh di sampingnya.
Sepertinya aku setengah sadar tapi tak lama berselang kurasakan dia
bangkit dari atas ranjang. Yang kurasakan kemudian hanyalah perasaan
akan sesuatu yang hangat membasuh penisku yang mengecil dan lalu sebuah
perasaan tak asing akan kuluman lembut sebuah bibir.Kubuka mataku dan
melihat Sarah berdiri di samping ranjang, masih telanjang, membungkuk
dan mengulum penisku. Aku hanya rebah, kembali pejamkan mata dan
meresapi sensasi mulutnya yang hangat basah saat dia menghisap dan
mengulum batang penisku yang perlahan mengeras kembali. Segera saja
penisku sekeras besi dan sekali lagi, berdiri dengan tegak dan gagah.
Dia berdiri, memandangi apa yang baru saja dilakukannya dan
menggumam pelan pada dirinya sendiri, "Ini yang selama ini kuimpikan."
Tanpa sepatah kata, Sarah menaiki batangku selayaknya menunggang
kuda. Dengan mudah melesak kedalam lubangnya yang basah ketika dia
menurunkan tubuhnya hingga bibir lembut vaginanya mengecup buah zakarku.
Dengan Without another word, she mounted my inflexible shaft as if
kedua tangannya menopang tubuhnya pada dadaku dan tersenyum manis
padaku, dia mulai mengayun. Sebuah ayunan eksotis dan pelan, naik dan
turun, maju dan mudur, keluar lau masuk, hingga kembali sekali lagi aku
siap menghadiahinya dengan seluruh spermaku yang tersisa.
Pada detik terakhir, binar mata indahnya kehilangan fokus dan
kepalanya menengadah ke atas. Kupikir dia menghentikan gerakannya dan
tubuhnya tergetar disebabkan karena ledakan klimaksnya, tapi ini hanya
menahanku di puncak kenikmatan. Perlahan dia menguasai kembali dirinya
dan meneruskan perjalanannya, semakin ke atas hingga aku merasa akan
terlepas keluar. Tubuhnya kembali turun saat hanya kepala penisku yang
terjepit bibir vaginanya. Dengan menggerakkan otot vaginanya, dia
memerahku bagaikan memerah susu sapi. Kali ini sudah nggak mungkin lagi
tercegah, dan aku memuntahkan sisa spermaku yang terakhir kalinya ke
dalam lubang panasnya seiring gelombang orgasme maha dahsyat
menghempasku. Aku terhempas kehabisan nafas.
Sekarang giliran dia yang terjatuh di samping tubuhku.
"Astaga, Oom Wiilly, Oom jauh lebih hebat dari Teddy, aku nggak
percaya. Dia nggak suka mencumbu vagina, dia nggak bisa bertahan selama
Oom. Ooh, sudah hampir malam, aku harus pakai baju dan segera pulang.
Mama akan cemas memikirkanku ada di mana.Kalau aku kembali lagi kemari
besok, Oom mau lagi kan menjilati vagina Sarah dan bercinta dengan Sarah
?"
Akal sehatku berteriak "tidak", tapi egoku berkata, "Tentu saja, setiap waktu."
Kuantarkan dia pulang, merasa sangat terpuaskan dengan apa yang baru
saja terjadi. Tentu saja, Sarah masih muda, tapi dia dewasa dan begitu
berpengalaman tentang seks. Dan karena hal ini merupakan percintaanku
setelah satu bulan lamanya tidak melakukannya dengan Mama-nya Teddy, aku
benar-benar menikmatinya, dan Sarah juga merasa terpuaskan olehku.
***
Keesokan harinya, di tempat kerja, aku memikirkan dia seharian. Setiap
kali kuingat tentang kejadian kemarin, penisku langsung ereksi. Aku
teramat sangat horny hingga akhirnya kuminta rekan kerjaku, Fredy, agar
menggantikanku dan segera pulang. Ingin rasanya aku melakukan masturbasi
tapi teringat janji Sarah yang akan datang lagi, akhirnya kuputuskan
untuk menunggunya dan melampiaskan hasrat ini bersamanya.
Aku sedikit merapikan diri, menyemprotkan pengharum ruangan, membuka
sebotol wine, mengeluarkan sepasang lilin, dan baru saja keluar dari
kamar mandi ketika terdengar bel pintu berbunyi. Dengan
cepat kupakai after-shave, memakai handuk dan menuju ke pintu depan untuk menyambutnya.
"Halo. Apa anda Tuan Willy, papa-nya Teddy?"
Yang berdiri di hadapanku bukanlah Sarah, melainkan sesosok wanita mirip
sarah tapi lebih dewasa. Mungkin akhir 30an, lebih tinggi dari Sarah
tapi dengan binar mata yang sama indahnya, pinggang dan pantat yang sama
bulat, dada yang sama sekalnya dan potongan rambut yang juga mirip.
"Ee, ya. Anda kakaknya Sarah?"
"Bukan, Saya Wuri, mamanya. Boleh saya masuk?"
Oh sial!
"Tentu saja, silahkan. Maafkan saya, saya tadi baru saja selesai mandi. Tunggu sebentar, saya mau berpakaian."
"Nggak apa-apa, saya nggak lama kok. Saya hanya mau tanya, apa benar andalah orangnya yang telah menggoda puteri saya."
"Oh, Saya... ee... tolong jangan salah paham, tapi sebenarnya Sarah-lah yang menggoda saya."
"Saya nggak marah. Saya hanya ingin melihat lelaki yang diceritakan
Sarah. Dia bilang anda adalah lelaki yang hebat, jantan dan yang pecinta
terbaik yang pernah dia temui dan anda telah membuat puteri saya
mengalami klimaks sedikitnya tiga atau empat kali. Apa semua itu benar?"
Sekali lagi, ego-mulut besarku berkata, "Sebenarnya empat kali."
"Sarah bilang anda mirip sekali dengan Teddy, tapi saya kira nggak
begitu. Anda lebih tinggi dan lebih besar, tapi aku lihat memang ada
sedikit kemiripan. Tapi secara keseluruhan, anda jauh lebih tampan."
"Terima kasih. Anda juga sangat cantik seperti Sarah, tapi anda tidak terlihat terlalu tua untuk menjadi mama-nya.
"Ah, terima kasih juga. Saya sudah 40 tahun, saat Sarah lahir saya masih berumur 18... hamil oleh pacar pertama."
"Maaf, jadi mengingatkan... jadi, anda nggak menikah?"
"Nggak, saya berpisah saat Sarah berumur 7 tahun."
"Bagaimana anda bisa tahu soal Sarah dan saya?"
"Dia yang cerita. Dia cerita tentang semua hal pada saya, dan kami juga
berbagi segalanya. Saya yakin kalau dia belum mengatakan pada anda kalau
kami juga berbagi tentang Teddy."
Aku menatapnya dengan perasaan berbeda. Se-menarik-menariknya wanita di
hadapanku ini, aku masih belum bisa membayangkan kalau puteraku yang
berumur 23 tahun bercinta dengannya.
"Jadi, apa Sarah mengatakan pada anda kalau kami juga akan berbagi dengan anda?"
Tanpa menunggu jawaban, dia mendekatiku dan mencium bibirkuBukan hanya
sebuah ciuman biasa, tapi disertai juga dengan tarian lidah dan basah.
Kalau saja situasinya berbeda, mungkin aku akan menghindar, tapi
birahiku sudah sangat memuncak, kubalas ciumannya, lidahku mengiringi
tariannya, saling mengeksplorasi bagian dalam mulut.
Bisa kurasakan tubuhku mulai bereaksi dan mengira apa Wuri dapat
merasakan hal itu. Pertanyaanku segera terjawab begitu dia menggesekkan
tubuhnya ke selangkanganku dan bilang, "Aku tahu kalau kamu akan suka
ini, dan tidak keberatan berbagi. Bagaimana kalau kita ke kamarmu saja."
Dia tertawa kecil saat melihat persiapan yang sudah kulakukan. "Wow,
kamu sudah siap ya! Aku yakin kalau Sarah sudah memuaskanmu. Aku hanya
berharap kalau kamu akan merasakan hal yang sama saat semua ini selesai
nanti."
Dia berbalik, mencengkeram handukku, dan kembali menciumku. Kali ini
penuh dengan desakan nafsu. Tangannya bergerak masuk ke balik handukku
dan mulaimengelus batang penisku yang keras. Dan kemudian dia berlutut
dan mengeluarkan penisku dari dalam balutan handuk. Untuk beberapa kejap
dia terpaku menatapibatang penisku di depan wajahnya lalu, pelan dan
dengan lembutnya mulutnya yang merangsang mulai mengulum.
Ini adalah surga! mulutnya sangat lembut, mencengkeram erat dan hangat
dan lidahnya menakjubkan, menyentuh bagian bawah batang penisku yang
sensitif. Kurasakan bibirnya mencengkeram begitu erat batang penisku.
Ujung lidahnya menggelitik lubang di kepala penisku dan melingkari
kepala penisku, tapi diatas itu semua yang paling menakjubkan adalah
rasa nikmat berada di dalam mulut seksinya itu. Aku mulai memompa,
menyetubuhi wajahnya, Bisa kulihat di bawah batang keras penisku
meluncur keluar masuk diantara cengkeraman mulut nikmatnya. Kupejamkan
mata dan menikmati rasa ini yang memeluk seluruh indera perasaku.
Pelepasanku sudah teramat mendesak, begitu penuh sampai serasa ingin
berteriak keras saja karenanya. Spermaku menyembur dengan derasnya dan
termat banyak, seakan bagai kosong dan kering dalam persediaan kantong
spermaku. Mungkin aku akan jatuh jika saja tidak bersandar di dinding.
Dia tetap menghisap cukup lama sampai benar-benar tak ada lagi sperma yang tersisa.
Akhirnya, dia melapaskan natang penisku dan bangkit, "Tunggu sebentar,
aku akan segera balik lagi," lalu menghilang ke dalam kamar mandi.
Aku melangkah menuju ke ranjang, tapi belum juga aku sampai ke sana,
Wuri sudah kembali, terlihat sangat segar tapi sudah telanjang bulat.Dia
duduk di ranjang ukuran King-ku ini. dan kedua lengannya terjulur ke
depan menantiku. Kakinya masih menjuntai di lantai. "Ok, sayangku.
Sekarang giliranmu. Kita lihat apakah kamu memang sehebat seperti yang
diceritakan Sarah padaku."
Kujatuhkan handuk yang melilit pinggangku, melangkah mendekatinya, dan
mencium bibir merekahnya. Lidahku menjalar keluar masuk dalam mulutnya,
mensimulasi seperti apa yang akan kulakukan pada vaginanya nanti. Saat
aku turun pada payudaranya, dia rebah dan membusungkan dadanya dengan
bangga padaku dengan dorongan kesua lengannya. Kucium dan kuhisap
putingnya bergantian, layaknya seorang bayi, mengeksplorasi lingakran
putingnya dengan ujung lidahku. Masih dengan lidahku, kutinggalkan jejak
basah mulai dari payudaranya, turun ke perutnya hingga ke
selangkangannya yang bersih tak berambut tepat di atas bunga surganya.
Dapat kurasakan tubuhnya gemetar begitu kukecup daun bunga surganya.
Lidahku menyeruak di antara celah daunnya yang nikmat, membuatnya
mengerang pelan disertai gelnjang tubuhnya. Tangannya berada di belakang
kepalaku, menyuruhku untuk semakin jauh ke oasisnya yang harum lebih
dalam lagi. Bunganya menyuguhkan madu yang nikmat yang kujilati dengan
teramat rakusnya.
Semakin kujilati, semakin lebar pula pahanya terentang dan semakin keras
dorongan tangan pada belakang kepalaku. Dapat kurasakan melalui
rintihannya kalau dia dengan cepat menyongsong gerbang pertamanya yang
kuharapkan adalah orgasme yang berkesinambungan. Kini dia menggeliat
pada setiap dorongan lidahku. Kubawa hisapanku pada kelentitnya. Dan
segera saja reaksinya menjadikan erangannya perlahan berubah jadi
jeritan kecil. Dan kemudian dia meratap dan kepalaku dijepitnya dengan
sangat erat dengan kedua pahanya. Rasanya aku hampir tidak bis
menggerakkan kepalaku karenanya.
Saat akhirnya kepalaku dapat terlepas dari himpitan pahanya, aku melihat
ke atas dan menyaksikan matanya terpejam rapat dan kehabisan nafas. Aku
rebah di sisinya, dan kemudia tanpa menghiraukan wajahku yang masih
belepotan dengan cairan madunya, kucium dia lagi. Kali ini responnya
tanpa kobaran gairah dan hampir tanpa reaksi perasaan. Matanya mengedip
terbuka dan dia berkata, "Belum pernah kudapatkan orgasme yang seperti
tadi. Sarah belum menyiapkan aku untuk hal seperti tadi sepenuhnya. Aku
ingin kamu bercinta denganku, tapi aku butuh waktu sebentar ubtuk
istirahat dan mengatur nafas."
Aku tak keberatan. Saat ini, aku sendiri merasa tak yakin apakah bisa
langsung beraksi. Aku pergi ke kamar mandi, kubasuh wajah dan tanganku.
Ketika aku kembali ke kamar, Ruri meringkuk memeluk guling seperti bayi
yang tidur lelap. Aku naik ke atas ranjang dan menyusulnya, memeluk
rapat tubuh telanjangnya dari belakang, menyusul dia ke dalam alam
mimpi...
"Bangun, sayang. Penismu menyodok pantatku. Kalau kamu ingin meneruskan,
biar kuatur posisiku dulu. Aku nggak suka anal sextapi kita bisa
melakukan doggy style."
Itu terdengar begitu merdu di telingaku, perlahan dengan posisi
merangkaknya yang masih berada di atas ranjang dan aku berdiri di
belakangnya, berdiri di atas lantai di sisi ranjang di belakang
tubuhnya. Pelan-pelan kudorong penis eresiku memasuki selah surganya.
Kupegangi pinggannya dan mulai kugerakkan tubuhku maju mundur, membuat
vaginanya mulai basah dan licin pada setiap gesekan batang penisku yang
semakin terasa sensitif. Perlahan kutarik keluar dan dengan gerakan yang
cepat, tiba-tiba kulesakkan batangku seluruhnya ke dalam hingga bola
zakarku menghantam bibir vaginanya.
Aku berdiri, dengan mata terpejam, penisku yang keras keluar masuk dalam
tubuh Ruri dan semakin mendaki mendekati puncak klimaks ketika
terdengar sebuah suara di belakangku, "Wow! Ruangan ini penuh dengan
aroma seks. Apa kalian berdua sudah melakukannya seharian penuh?"
Walaupun suara itu mengejutkanku, tapi ayunanku tak terhenti, meskipun
saat tangan Sarah mulai terasa membelai pantatku dari belakang.
Mamanya berkata, "Astaga Sarah, apa kamu nggak lihat kami sedang sibuk. Sana pergi dan tunggu giliranmu."
Sekarang kurasakan Sarah membelai kantung Zakarku saat bongkahan
pantatku mendorong batang penisku jauh masuk ke dalam vagina mamanya.
Belaian tangannya yang lembut pada buah zakarku membuat pertahananku tak
terbendung lagi. Kumuntahkan sisa persediaan spermaku ke dalam rahim
Ruri yang menunggu bersamaan dengannya yang juga jatuh ke dalam pelukan
lembah orgasme. Perlahan kutarik keluar batang penisku yang tak lagi
keras dari dalam vagina Ruri saat masih berlumuran dengan campuran
sperma kami berdua, dan kemudia berjalan ke arah kamar mandi.
Kuhabiskan waktu beberapa menit untuk membersihkan diri dan memulihkan
kondisi. Ketika aku kembali lagi ke dalam kamar, kedua wanita ini berada
di atas ranjang dengan selimut menutupi tubuh mereka hingga batas dagu.
Sarah menurunkan selimutnya, memperlihatkan sebagian daging
payudaranya, dan dengan menepuk ranjang, mengundangku naik menyusul
mereka.
"Kami menunggu Oom. Mama bilang dia hanya mendapatkan tiga kali dari Oom
dan Oom asih berhutang satu kali lagi agar impas denganku."
"Kamu kemarin beruntung. Aku kira, aku sudah nggak kuat lagi meskipun
ada seorang puteri Indonesia yang menawarkan untuk menghisap penisku
lagi."
"Jangan khawatir, Oom. Oom hanya rebahan di sini dan nikmati apa yang
akan kami berikan pada Oom. Mama dan aku sangat ahli dalam hal ini."
Mereka lebih dari ahli dalam hal ini, tapi tetap saja mereka butuh
kurang lebih satu jam hingga akhirnya kondisiku pulih kembali. Akhirnya
Ruri menaiki batang penisku, menunggangiku layaknya seorang joki yang
seksi, dan Sarah mengangkangi wajahku dengan suguhan vaginanya yang
tetap semanis kemarin.
Akhirnya kuraih klimaks ketigaku hari ini, dan Ruri mendapatkan yang
keempatnya, sedangkan Sarah mengawali seluruh multi orgasmenya.
Semua kejadian tersebut berawal sudah hampir tujuh bulan yang lalu dan
masih terus kami lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kadang di rumahku
saat Teddy dan Mamnya tidak ada atau terkadang di rumah kontrakan Ruri
atau di mana saja saat kami ingin. Teddy nggak pernah tahu akan hal ini.
Kejadian yang kualami dengan mantan pacarnya yang manis beserta Mamanya
hingga sekarang, bagaimanapun juga tak akan pernah kuceritakan padanya
dan tetap menjadi rahasia kami bertiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar