“Hiaaaaa….tt !! Huupppp…!!” Aku melompat dari tempat tidurku menerjang
dinginnya pagi hari ini, Huuuhhhhhh ? astaga dingin amattt… aku
buru-buru kembali melompat keatas ranjang dan bersembunyi dibalik
selimutku yang hangat.
Untuk beberapa saat aku kembali bermalas-malasan dibalik selimutku yang hangat, menggeliat-geliat dengan asik kesana kemari.
“Mayaaaa, Tok Tok Tokkk” terdengar suara temanku Farida
berteriak-teriak memanggil namaku dari luar kamar,ketukan dipintu
kamarku semakin keras
Duhhh, ngak mauuuu, masih ngantuk, aku mengeluh dalam hati
“Maya.. bangunnnn…, duh dasar si pemalasss…!” Vivi mengumpat dari luar kamar, berkali-kali tangannya ikut mengetuk-ngetuk.
“YA UDAH, KITA TINGGAL YUKK !!” suara Reina terdengar agak keras
Suara – suara diluar kamarku mendadak menghilang,
Hah, ditinggal ? aduh teganya…!! Aku melompat dan dengan cekatan membuka kunci pintu kamarku “Klikkkkkk”
“Aku ikutttt !” Aku berteriak sambil membuka pintu kamarku dan berlari
mengejar tiba-tiba dibelakangku terdengar suara tawa yang semakin
keras.
“Ha Ha Ha Ha.. akhirnya bangun juga…” Reina cekakakan menertawaiku,
tubuh mereka bertiga merapat didinding luar kamarku, mereka melangkah
menghampiriku
“Dadanya kecil ya ?”Vivi tertawa cekikikan sambil menunjuk kearah baju piyamaku disebelah atas.
“Uhhh… , Yeee malah ngintip…!”aku buru-buru merapikan kancing baju piyama yang kukenakan.
“kayanya gedean yang aku deh” Vivi membusungkan dadanya, aku cemberut
mengaku kalah, diantara kami berempat memang “perabotan” Vivi yang
paling gede
“Biarin…, biar kecil tapi banyak yang suka”jawabku dengan pede karena kecantikan wajahku yang lebih menonjol.
Dengan jahil kuremas dada Vivi yang sedang membusung sambil berteriak keras “Jurusss Nagaaaaaaaaa….!!”
“Owwwww…!! ” tentu saja Vivi berteriak kaget sambil menarik dadanya,
ia hendak membalasku namun aku dengan gesit menghindari remasan
tangannya.
Vivi melotot, aku mencibirkan bibirku kemudian terdengar suara tawa
canda memecah keheningan dipagi hari itu, sementara teman-temanku
bercanda dipagi hari aku mengambil handuk dan masuk kekamar mandi yang
ada dikamarku.
Kunyalakan kran shower, air hangat segera mengguyur tubuhku, duh
asiknya, sabun kesana sabun kemari usap sana usap sini akhirnya selesai
juga acara bersih – bersihnya ^^. Sambil mengeringkan tubuhku aku
memperhatikan diriku didepan cermin, wajah yang cantik, rambut yang
indah sepunggung, tubuh yang halus mulus, pinggang yang rata dan
ramping, aku menatap kebawah leherku sambil membusungkan dua buah
gundukan payudara di dadaku .
HHhhhhhhhhhhhh…., aku menghela nafas panjang, coba deh kalau dadaku
seperti dada Vivi, dapet nilai 100 dah, karena dadaku rada-rada kecil
turunlah nilaiku menjadi 100 kurang 0 hohohohoh, ngak mau kalah
Ehhmmmmmmm… ^^.
“Mayaaaaaa….., Mayyyyyyy!! ” kembali terdengar teriakan teriakan keras diluar kamarku.
“Iya bentarrrrr….” Aku buru-buru memakai pakaianku kemudian sambil
cengengesan aku keluar kamar, tidak berapa lama sebuah mobil segera
meluncur keluar dari rumah kostku.
***************************
Di tempat lain…
Di sebuah rumah seorang pria gemuk berperut buncit sedang sibuk
berkhayal, tangannya tampak sedang sibuk menggosok-gosok benda miliknya,
diselangkangannya.
****************************
Kamar ganti dikolam renang,
“Rei.., kamu duluan gih yang keluar…”Farida mendorong punggung Reina,
sebelah tangan Farida menyilang didada melindungi buah dadanya yang
tercetak dengan jelas dari balik pakaian renangnya.
“Ngak.. mau ahh kamu aja gihhh..”Reina malah balas mendorong punggung
Farida, ia juga sama masih merasa risih untuk keluar dari dalam kamar
ganti.
“Minggir semua…, biar aku duluan, makanya kalau punya dada jangan
terlalu kecil, harus gede kaya punya ku.. jadi ngak malu kalau sampe
diliat orang he he he he”.
“Huuuuu!!” terdengar suara riuh dari mulut kami bertiga sementara Vivi melenggak lenggok keluar dari kamar mandi.
Aku, Reina dan Farida perlahan-lahan melangkah keluar mengikuti
langkah Vivi. Tidak berapa lama terdengar suara “Byurrrr…” Byurrrr”
Byurrrrrr” Byurrrrr”, satu persatu kami berempat berloncatan masuk
kedalam kolam renang, setelah kecapaian bolak balik berenang akhirnya
kami berkumpul merapat membuat lingkaran kecil mirip kayak “Knight Of
The Round”
Beberapa lama kemudian secara tidak sengaja aku menatap ke sebuah
pojok di bawah tempat yang teduh, sekumpulan om-om sedang bersantai
sambil ngemil kue Butter Cookies, mata mereka yang nakal memandangi kami
berempat, waduh, pada melotot deh, sambil sesekali berbisik-bisik,
entah apa yang sedang mereka bisikkan, terus tertawa-tawa sambil
memandang kearah kami, serem banget ih…
Secara tidak sadar aku merapatkan tubuhku kearah Farida,sambil berbisik
”Fa.. liat ngak Om om, diujung sono…” Aku mencolek pinggul Farida
”Hah ? napa emanggg ?” Farida melirik tempat berkumpulnya para om-om disudut itu.
“Mereka ngeliatin kita melulu…sebell.!”aku cemberut.
“Hmmm.. , Ehh kita kerjain yuk…”Reina tersenyum nakal sambil melirik
kearah para om nakal yang sedang berkumpul ditempat yang teduh itu. Aku,
Reina, Farida dan Vivi naik dari dalam kolam, dengan santai kami
mendekati tempat para om-om yang sedang mangkal, dari tatapan mata
mereka keliatan banget kalo lagi mikir yang ngeres-ngeres.
Huh dasar srigala berbulu domba, waktu dideketin malah pura pura baik
memandang kearah lain, kami berempat berhenti tepat didepan mereka
dalam posisi membelakangi mata-mata nakal yang selalu mecuri-curi
pandang memperhatikan bagian-bagian tubuh kami yang sensitif
“Aduhhhh… Vi pegel amat ya.. Mmmmmm ” Reina menggeliatkan tubuhnya kesana kemari.
Aku mengibaskan rambutku yang terurai sambil memamerkan kecantikan dan
keindahan tubuhku, demikian juga halnya dengan Farida sedikit
menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan lembut sambil terkadang
menunggingkan tubuhnya sedikit. Yang paling dahsyat serangan Vivi sibuah
dada besar.
“Iya nihhh….Ennnghhhhhh” Vivi menyampingkan tubuhnya kemudian
membusungkan dadanya kedepan, sedangkan kedua tangannya terentang
keatas, sehingga terlihat jelas tojolan besar itu seolah-olah mendak
melompat keluat dari baju renang yang dikenakannya.
“Uhukkk…!!” “Ehmmm” “Heeekkkk Khekkkk” terdengar suara terbatuk-batuk
dari arah para om nakal yang tersedak dengan mata mereka yang melotot
bulat.
Kemudian setelah menoleh sebentar kearah mereka yang terbatuk-batuk,
kami berempat melangkah santai kearah kantin meninggalkan para om nakal
yang masih terbatuk-batuk dengan keras.
“He he he… rasain…”aku dan teman-temanku tertawa kecil mendengar suara
para om nakal yang masih terdengar ahak uhuk tersedak akibat serangan
kami berempat.
“Vi.. tadi liat ngak, itunya pada berdiri he he he” kata Reina sambil
melingkarkan tangannya kepinggang gadis itu, Vivi cuma cengengesan
sambil mengangguk kecil wajahnya bersemu merah, entah apa yang
dipikirkan oleh Vivi.
“He-ehhh, gila ya…, kaya mau nerkam gitu ihh, ekspresinya..Seyem!! ”
Aku menyahut menimpali, aku agak merinding ketika mengingat ekspresi
wajah para om nakal.
“Kalo nerkam sih, tar Kita kasihin si Maya aja, supaya digarap
rame-rame….HE HE HE”Vivi terkekeh-kekeh sambil melirik kearahku.
Kelihatannya Vivi masih dendam karena tadi pagi jurus nagaku berhasil mencengkram buah dadanya yang bongsor He he he…..^^
“Enak aja…, Loe aja kaliiii, Gua enggakkkk… “aku meniru kebiasaan
Ruben & Eko Patrio ^^, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku dengan
nakal, kemudian mencibirkan bibirku kearah Vivi, aku buru-buru ngacir
ketika Vivi mengejarku.
Kami berempat duduk mengelilingi sebuah meja, lama amat ngak nyampe-nyampe deh pesanan kami berempat.
“Kruuyuuuuuukkkk….. ” perutku berbunyi keras, aduh malu-maluin deh, aku memegangi perutku yang berbunyi keras..
“Ayam siapa tuhhhh yang lagi berkokok ? ” Farida menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan, aku menyikut buah dadanya.
“Aduhh.. duhhh” Farida meringis ,namun tidak berapa lama kemudian tangannya merayap kebawah meja merayapi pahaku.
“Farida…, Ahhh ” aku merapatkan kedua pahaku.
“Santei aja… kamu kan dipojok, ngak akan ada yang liat ini he he he”
Farida merapatkan bangkunya kesisiku sedangkan Vivi dan Reina tersenyum
sambil menggeser bangku mereka merapatkan barisan berusaha menjadi
tembok pelindung. Aku mulai berani merenggangkan kedua pahaku sedikit,
Farida tersenyum kemudian tangannya mengelus-ngelus bagian dalam pahaku,
nafasku semakin terasa sesak. Aku sedikit tersentak ketika Farida
menyusupkan tangannya kedalam pakaian renang yang kukenakan dari sebelah
sisi selangkanganku, aku menolehkan wajahku kearah lain ketika Vivi
dan Reina tersenyum senyum kecil menatapku.
Farida mendadak bangkit dari kursinya, tangannya dengan agak kasar
menarik tanganku, aku ikut berdiri dan mengikuti langkah kakinya.
“Hajar Faaaa…! jangan dikasih ampunn He he he” Reina terkekeh-kekeh sedangkan Vivi mengerlingkan matanya dengan nakal kearahku.
“Cklekkkkk…” Farida mengunci pintu ruangan untuk ganti baju,
“Mayaaaaa.. Ohhh….” Farida memeluk tubuhku, Wajahnya semakin dekat dengan wajahku dan
“Hmmmm… Mmmmmmm” mulutku dikulum dengan lembut oleh Farida. Tubuhku
sedikit meronta kehabisan nafas namun kedua tangan Farida membelit
pinggangku kuat – kuat. Mulut Farida semakin kuat mengulum dan menghisap
mulutku.
“Haa…Uffffff…. Ampunnn, aku nyerahh…”aku kehabisan nafas, aku
menggeleng-gelengkan kepalaku kekiri dan kekanan menghindari mulut
Farida yang merusaha menyumpal bibirku, kedua tangannya memegangi pipi
kanan dan pipi kiriku.
”Heee… EMMMMMMMMHHH” bibirku kembali menjadi bulan-bulanan Farida,
bibirku kembali disekap oleh bibirnya, Farida tampak rakus mengulum dan
melumat-lumat bibirku, tangannya merayap mengelus-ngelus bongkahan buah
pantatku.
Tangan Farida dengan tidak sabar menarik pakaian renangku sampai
melorot sebatas dada, tersembullah payudaraku yang mungil dihiasi oleh
puting susu yang sudah mengeras. Aku menelan ludah ketika merasakan jari
telunjuk Farida melingkari puting susuku, rasa geli membuatku
menggeliat resah sambil meringis-ringis.
“Ahmmmmmmhhhhh…. Mmmmmmmmhh” Aku berusaha menutup mulut rapat-rapat
agar suaraku tidak terdengar terlalu keras ketika Farida merendahkan
kepalanya dan menghisap kuat-kuat puncak payudaraku, mulut Farida bukan
hanya sekedar menghisap, lidahnya menggeliat-geliat menggelitiki puting
susuku.
Aku mendekap kepala Farida yang sedang asik mengemuti puncak buah Susuku. “Fa…… ” aku memanggil Nama Farida dengan lirih.
“Uhhhh….!! “aku agak kaget ketika Farida dengan kasar menyentakkan pakaian renangku semakin kebawah , ia berlutut dihadapanku.
Aku mengerti apa yang Farida inginkan, aku segera mempersembahkan bukit mungil diselangkanganku kehadapan kepalanya.
“Pelan pelan Fa… Ahhh…”Aku mengeluh ketika Farida mengecup-ngecup
bibir Vaginaku dengan kasar, kasar sekali, nafasku semakin lama semakin
tersendat-sendat,
Aku bernafas sedikit lega ketika Farida menghentikan serangannya,
Farida menengadahkan kepalanya , matanya memandangiku yang berusaha
mengatur nafas, bibir Farida tersenyum nakal, tidak berapa lama kemudian
tatapan mata Farida terfokus pada keindahan belahan mungil
diselangkanganku. Jari telunjuknya mengulas-ngulas belahan mungil
diselangkanganku, lendir-lendir nakal semakin banyak membanjiri belahan
diselangkanganku.
“Utssssssshhhhh….!! ” kedua lututku serasa goyah ketika jari tangan
Farida menekan pinggiran bibir vaginaku agar sedikit merekah.
Jilatan-jilatan lidah Farida dengan kasar mengulas-ngulas klitorisku,
sesekali diemutnya kuat-kuat “kacang mungil” diselangkanganku.
“Faaaa…, Shhhh… Ahhhh ” tanganku menggapai-gapai mencari pegangan,
akhirnya aku berpegangan pada dinding kayu dikamar ganti itu.
“Haaa Ahhhhhh… Crrrrrr. Crrrrrrrr” aku semakin kuat berpegangan pada
dinding Kayu dipinggirku, tubuhku mengejang ketika merasakan
denyutan-denyutan nikmat itu menerpa bagian tubuhku diselangkangan yang
sangat sensitif.
“He he he… Cruttttttt….dehhhh”kata Farida sambil menengadahkan
kepalanya memandangiku, sambil tersenyum kecil telapak tangan kiri
Farida menyeka cairan lengket milikku yang tercecer disudut mulutnya.
Farida berdiri ia membalikkan tubuhku, kedua tangannya merayapi buah
dadaku dari belakang, sesekali tangannya menggenggam induk buah dadaku
sambil meremas-remas induk payudaraku. Jari telunjuk Farida
mengulas-ngulas ujung puting susuku ia berbisik ditelingaku…..
“Kalau aku kaki-laki, langsung deh, kamu aku perkosa ditempat ini he he he” Farida mengigit lembut daun kupingku.
“Kalau kamu laki-laki juga, aku langsung ngacir, takut kamu perkosa he
he he” Aku membalas candaan Farida, kemudian sambil tertawa kecil
Farida memeluk tubuhku dengan erat.
“Udah yukk, makanan kita pasti udah datang…” Aku berusaha melepaskan tubuhku dari dekapan Farida.
“Ntar , santai aja” Tangan Farida merayap mengelus bukit mungil
diselangkanganku, sesekali tangan itu meremas selangkanganku, kemudian
Farida membalikkan tubuhku dan kemudian bibir kami kembali saling
mengulum
“Cpppp… Cpppp.. Cppppp” Suara-suara berdecak-decak itu kembali
terdengar. Aku membalas memeluk tubuhnya kali ini aku yang menciumi
leher Farida kemudian ciumanku merambat kebahunya, kugigit bahu Farida
dengan lembut.
Farida mendesah ketika aku mulai mempermainkan ujung puttingnya,
kujepit puting susu Farida dengan jari jempol dan jari telunjukku
kemudian kupelintir-pelintir sehingga pemiliknya mendesah-desah
keenakan, sesekali kutarik-tarik puting susu Farida dengan lembut.
Bongkahan payudara Farida semakin keras dan kenyal, aku menundukkan
kepalaku dan kuciumi dengan lembut bulatan payudara Farida, sambil
meremas-remas induk payudaranya. Farida tidak mau kalah ia mendorong
tubuhku merapat kedinding kayu itu kedua tangannya balas mengelusi buah
dadaku, lidah Farida terjulur keluar mengajakku untuk melakukan
pertarungan, aku mengeluarkan lidahku kemudian lidah kami saling
membelit dan saling kait, mulut Farida dengan rakus menghisapi lidahku.
Kedua tangan Farida merayap kebelakang kepalaku dan menarik kepalaku
agar semakin merapat kewajahnya, ia melumat bibirku kuat-kuat. Aku
hendak melakukan perlawanan namun Farida dengan kasar merentangkan kedua
tanganku keatas sambil berbisik”lebih baik kamu diam saja manis…, he
he he” Ciuman Farida merambat turun, nafasku kembali sesak merasakan
mulut Farida mengecupi buah dadaku, sesekali dijilatinya bulatan buah
dadaku.
“Akkk…!”. Aku menjerit kecil ketika merasakan gigitan lembut diputing
susuku, Aduh, enak amat sihhhhh…. ^^, mulut Farida mengenyot puncak
payudaraku, kepalaku terkulai kekiri , kadang kadang terkulai kekanan
sambil mendesis merasakan nikmatnya kemutan mulut Farida dibuah dadaku.
Ciuman Farida semakin lama semakin turun kearah selangkanganku dan aku
merintih-rintih agak keras sambil memundurkan vaginaku agar terhindar
dari cumbuan Farida,nafasku semakin tersendat-sendat menahan sesuatu
yang sulit untuk dibendung lagi. Farida tambah liar mencumbui bibir
vaginaku, lidahnya mengait-ngait kelentitku yang mungil , kemudian
mulut Farida menghisap kuat-kuat lubang Vaginaku dan
“Akkkk… Ahhhhh CRRRTTTT… CRRRTTTT” aku memejamkan mataku rapat-rapat
merasakan kenikmatan yang baru saja meluluhkan tubuhku. Terdengar suara
menyeruput ketika mulut Farida menyedot cairan kenikmatan yang baru
saja jebol dari lubang vaginaku.
Farida kembali berdiri dan memeluk tubuhku erat-erat, aku pun balas
memeluknya dengan erat, untuk beberapa lama kami hanya berdiri sambil
berpelukan satu sama lain. Beberapa saat kemudian pintu kamar ganti itu
terbuka lebar-lebar, kami berdua melangkah keluar sambil
tersenyum-senyum kecil. Aku melangkah disamping Farida, didepan sana
Vivi dan Reina memandangi kami berdua sambil berbisik-bisik kemudian
tertawa-tawa.
“Jadi…, Gimana Skornya ?” Reina bertanya ingin tahu.
“He he he… gua menang 2-0, nyam nyam ” Farida dengan bangga menjawab
pertanyaan Reina, mulutnya penuh dengan sesendok nasi goreng seafood
pesanannya.
“Yuk Rei…” Vivi berdiri sambil menarik tangan Reina.
“Lohhh… kalian mau kemana sih?” Aku bertanya pura-pura bodoh, Vivi dan
Reina hanya tersenyum nakal dan melangkah menuju kamar ganti.
“Aku mo pipis dulu…” Aku bangkit sambil meneguk segelas air Jeruk..
Farida menggeser kursinya sambil memberi jalan padaku “Loh ? kan tadi
udah pipis dua kali he he he” Farida cengengesan , aku mencubit pangkal
lengannya sampai Farida mengaduh.
Aku melirik kekiri dan kekanan, duh sepi amat ya ? ngak kira-kira nih yang bikin WC, ngak kejauhan apa ?.
“Kree ketttttt” Suara pintu Wc yang jangan terpakai itu, hmm, lumayan bersih.
Selesai buang air kecil aku membuka pintu WC….
“Deggggg….!! Jantungku melompat karena kaget, didepan pintu WC
bergerombollah Para Om nakal lengkap dengan senyuman mesum menghiasi
wajah mereka.
“Haii cantikkkk…..” salah seorang dari mereka meyapaku.
“Boleh dong kita kenalan…” salah seorang lagi menghadang jalanku
Aku tidak menjawab dan menghindar sampai….
“Awwww…!! Jangan kurang ajar yaa!! ” aku membentak sambil menepiskan
tangan salah seorang dari mereka yang meremas buah pantatku.
Aku membalikan tubuhku sambil melayangkan tanganku hendak menampar
orang brengsek itu namun dengan cekatan orang itu menangkap tanganku
selanjutnya salah seorang dari mereka mengulurkan tangannya dari
belakang dan meremas buah dadaku.
“Tolllllhhhmmmm….” Aku hendak berteriak minta tolong namun mulutku
dibekap oleh tangan yang lain, semakin kuat aku meronta, semakin kuat
juga mereka memegangi kedua tanganku sedangkan tangan-tangan yang lain
meremas-remas buah Susuku dalam gerakan yang teratur, yang lainnya
meremas dan mengelusi buah pantatku, dua pasang tangan lainnya asik
merayapi kemulusan sepasang pahaku yang merapat ketakutan.
Wahhhh !!! gawattt…!! aku harus mengatur strategi melawan kekerasan
dengan kelembutan, aku menjulurkan lidahku dan mengulas-ngulas telapak
tangan orang yang sedang membekap mulutku.
“Ehhh…!! Wahh..! kayaknya dia mau nehhh…!” orang itu memandangiku
dengan tatapan wajahnya yang mesum, aku pura-pura menatap orang
dihadapanku dengan tatapan mata yang sayu.
Wajah-wajah itu tersenyum ceria ketika aku merenggangkan kedua pahaku
melebar. Sebuah tangan segera mampir dan mengusap-ngusap
selangkanganku, tangan itu sepertinya sangat ahli dalam memberikan
rangsangan dan tahu sebelah mana bagian yang membuat tubuhku merinding
dengan nikmat, entah siapa nama om Nakal yang cengengesan berjongkok
dihadapanku.
Orang itu melepaskan bekapan tangannya dari mulutku, kini tangannya
dipakai untuk menarik kepalaku dan kemudian “Hmmmm… Mmmmmhhh…” tubuhku
bergetar dengan hebat ketika bibir orang itu mengulum bibirku dengan
liar.
“MMMMM….HHH” sepasang telapak tangan kini menyusup masuk kedalam
pakaian renangku disebelah dada dari belakang dan meremasi payudaraku,
telapak tangan orang itu yang kasar mengelusi permukaan buah dadaku yang
lembut, Kecupan-kecupan nakal Para Om nakal hinggap silih berganti,
mereka begitu asiknya mempermainkan tubuhku.
Nafasku semakin tersendat-sendat ketika sebuah kepala
mengendus-ngendus selangkanganku, lidahnya yang nakal menyelinap
menggeliat dengan nakal dari sisi kanan pakaian renangku disebelah
bawah, aku menolehkan kepalaku kebelakang ketika merasakan bokongku
ditekan perlahan kedepan sehingga kini aku seolah-olah sedang
menyodorkan bagian tubuhku yang paling sensitive untuk satu , ohhh
tidak..!! bahkan sekarang tambah jadi dua lidah nakal yang menyelinap
dari sisi kiri dan sisi kanan.pakaian renangku disebelah bawah. Dua
orang dihadapanku menarik pakaian renangku sampai melorot turun sebatas
dada, kemudian dua pasang tangan mereka yang kasar seolah berebutan
mengelusi dan meremasi buah dadaku.
“Ohhhhhhhhhhhh…….” Aku hanya dapat mendesah ketika merasakan cubitan-cubitan kecil diputing susuku.
Sesekali tangan mereka memelintir-melintir puting payudaraku.
Mata mereka berbinar-binar menatap buah dadaku yang kecil namun indah
dan mulus ini, wajah mereka semakin mendekati payudaraku dan
“Ahhhhh…. Nnnnnnnggg…. Ssssshhhhhh” aku mendesis-desis merasakan lidah
mereka mengulas-ngulas putting susuku. “Slllccckkk… Slllllcccckkk”
suara jilatan-jilatan itu terdengar dengan keras.
Aku menolehkan wajahku kearah belakang ketika merasakan seseorang yang
mendorong bokongku dari belakan, menciumi telingaku, pada saat yang
bersamaan, dua orang yang sedang menjilati buah dadaku melakukan
kenyotan-kenyotan kasar.
“Awwwhmmmm Mmmmmmmh” jeritan kecilku tengelam ketika mulut orang
dibelakangku menyumpal bibirku dan mengemut-ngemut dengan kuat, tangan
orang itu sedikit menjambak rambutku.
Dua orang laki-laki lain mengambil posisi berdiri disisi kanan dan
kiriku kemudian mereka menarik merentangkan tanganku kearah selangkangan
mereka.
WHAAAAAAAA…!!, dari sebelah atas celana renang mereka, kedua orang itu
memasukkan tanganku kedalam celana renang masing-masing, ada benda
keras kenyal yang berdenyut-denyut tersentuh oleh tanganku, dengan
reflek aku hendak menarik tanganku namun kedua orang itu menahan
gerakanku sambil memasukkan tanganku semakin dalam kedalam celana renang
mereka, Aduh, ada cacing raksaksa yang mengeliut-geliut dan
berdenyut-denyut tersentuh oleh telapak tanganku.
Mereka terkekeh-kekeh sambil terus menggeluti tubuhku, salah seorang diantara mereka berkata
“Wahhhh… , asik nehhh, kita gilir gadis ini sampe puas…” sambil tangannya menarik tanganku kearah kamar mandi.
Aku bertahan agar tubuhku tidak terseret oleh orang itu, orang itu
menolehkan kepalanya , wajahnya tampak beringas, aku tersenyum nakal
kemudian aku mengalungkan kedua lenganku pada orang dihadapanku, aku
melangkah mundur dengan perlahan-lahan menjauhi kamar mandi, sambil
terkekeh-kekeh orang itu mengikuti tarikan kedua tanganku dilehernya,
sedangkan kedua tangannya merayap sambil sesekali meremasi sepasang buah
dadaku.
“Ahhhhh… Shhhhhh… Ahhhhh…”mulutku berusaha mendesah-desah menggoda ,
sambil membimbing orang dihadapanku agar terpisah dari gerombolan para
om nakal yang terpaku dengan penuh nafsu memandangiku, rencananya sih
aku bakal mengeluarkan Jurus tinju Bayanganku kedada orang itu , setelah
pelukannya terlepas aku melakukan jurus hebat lainnya, Ehhhmmm, jurus
langkah seribu alias ngacir.
Tiba-tiba si om nakal yang sedang kupeluk menerkam tubuhku, kedua
tangannya membelit melingkari pinggulku, kemudian om nakal dengan tubuh
yang kekar berisi itu mengangkat tubuhku.
“Awww…. Aduhh.. duhhhh….” Aku menjerit kecil ketika merasakan tubuhku
terangkat dan melayang diudara dalam dekapan tangan orang itu, mulut si
om nakal yang kini sejajar dengan buah dadaku menghisapi dan lidahnya
yang kasar menjilati kesana kemari, mulutnya terus mencumbui payudaraku.
Ohh Tidak ! MAMPUS AKU..! RENCANAKU GAGAL TOTAL…!
orang itu melangkahkan kakinya kearah bangku panjang tanpa sandaran
yang terlindung dibalik sebuah pohon rindang. Tampaknya situasi dan
kondisi yang bergejolak semakin kurang menguntungkanku.
Setelah menurunkan tubuhku si om nakal menekan bahuku agar duduk
diatas kursi panjang itu, kemudian ia berlutut sambil menangkap kedua
kakiku, tangannya bergerak keatas mengangkat dan mengangkangkan kedua
kakiku melebar, secara otomatis kedua tanganku bergerak kebelakang
menopang berat tubuhku.
“WAhhh..! cetakan memek kamu bagus amat…He He He” Si Om berseru kagum
sambil memandangi selangkanganku, ia menatap belahan vaginaku yang
tercetak dengan jelas dari balik pakaian renang yang kukenakan.
“Haahhh ?..” Mataku melotot, sedangkan mulutku terbuka lebar ketika
salah seorang diantara mereka merogoh sesuatu dari balik celana
renangnya dan menarik benda panjang dan hitam itu keluar, tangannya
menarik kepalaku dan menjejalkan kepala kemaluan itu kedalam mulutku,
aku mencoba menahan rasa jijik dan membuka mulutku.
Ada rasa asin dan kesat ketika kepala penis itu masuk kedalam mulutku
dan memenuhi rongga mulutku, Si Om terkekeh-kekeh sambil menyuruhku
untuk menghisap kepala penisnya, Ihhhhhh…, ada sedikit lendir lengket
yang tertelan olehku. Dua orang om lainnya berlutut dibelakang
punggungku dan membantu menopang punggungku dengan tangan mereka
sedangkan tangan mereka yang satunya merayap dari belakang dan
mengelusi buah dadaku yang mungil. Dua orang om yang lain duduk
disamping kiri dan kananku, tangan mereka masing masing merebut kaki
kanan dan kiriku kemudian menarik kedua kakiku mengangkang keatas.
Telapak tangan mereka yang kasar mengelusi pangkal pahaku yang halus dan
lembut, salah seorang dari mereka berkata padaku. “Rupanya kamu
seorang gadis yang baik dan penurut… He he he”
“Om liat ya…!!, ngintip dikit ngak apa kan !!!!”Kata Si Om yang
berlutut diantara kedua kakiku,ia merendahkan kepalanya , kedua
tangannya menarik pinggiran pakaian renang diselangkanganku, matanya
melirik dari samping dan…
“Wheeeewww…. Gila, Ck Ck Ckk ” mulutnya berdecak kagum.
aku hanya dapat mengumpat dalam hati dan menyumpahi, moga-moga bintit tu matanya !!!
Tangan si om perlahan-lahan menarik dan menyibakkan pinggiran pakaian
renangku diselangkangan kearah tengah agar ia dapat lebih jelas melihat
keindahan vaginaku. Terdengarlah seruan-seruan kagum ketika belahan
diselangkanganku dengan terpaksa menampakkan segala keindahannya.
“Essttt…, bibir memeknya…” tangan si om yang duduk disebelah kanan
merayap dan menggesek-gesek belahan bibir vaginaku, kemudian tangannya
kembali merayap naik merayapi pangkal pahaku.
“Ahhhhhh…. Ommmm…. Nnnnnhhhh…” Aku merintih-rintih ketika merasakan
jilatan-jilatan kasar pada belahan vaginaku, lidah itu menggeliat-geliat
dan terjepit dengan kuat oleh bibir bawahku, sesekali mulut si om
menghisap kuat-kuat lubang vaginaku.
“Awwwkssss….. CRRRTTT… CRRRRTTTT” Aku menjerit kecil merasakan cairan
kenikmatan itu berdenyut-denyut keluar , mulut Si Om dengan kasar
menyeruput cairan kental yang meleleh disela-sela lubang vaginaku.
Mataku terpejam rapat merasakan belaian, remasan dan elusan dari
telapak tangan mereka yang kasar namun memberikan sebuah sensasi yang
berbeda jika dibandingkan dengan elusan tangan Vivi, Farida ataupun
Reina.
“Ahhhhhh… !! ” Aku berontak sambil menyilangkan kedua tanganku
berusaha melindungi kegadisanku ketika merasakan sebuah benda memaksa
hendak menerobos memasuki diriku, suara terkekeh-kekeh terdengar
disekelilingku.
“Diammm…!!” si om yang berlutut dihadapanku membentak dengan galak,
tangan kanannya memegangi sebuah benda yang besar dan panjang, sedangkan
tangan yang kiri menepiskan kedua tanganku dengan kasar, aku menarik
pinggulku kebelakang menghindari kepala kemaluan si om yang
bergerak-gerak hendak memangsa kegadisanku.
“Kayanya dia ngak mau sama elu deh…, gimana kalau sama om aja, mau yah
manis…? ” si om yang disebelah kiri membelai-belai rambutku.
“Ngak bisa!!, sama Om aja yukkkk….! ” si om yang disebelah belakang kanan ikut protes.
“Jangannn mau sama mereka, Om yang paling hebat, dijamin kamu bakal puas… He eh he” seorang lagi ikut protes.
“Udahhh…LAHHH !!, gimana kalau dia aja yang pilih , mau sama siapa kamu Hahhh ? ” Si Om yang ada dihadapanku tampak sewot.
Aku berpikir dengan cepat, yang samping kanan gembrot dan besar, yang
samping kiri tampak berotot kekar, dua om-om yang menyangga punggungku
tampak beringas…dan bertubuh tinggi tegap, Yang depan apa lagi, udah
jelek, gembrot berlemak , sangar kasarrrrr bangetttttt ! Aku menoleh
ke si om bertubuh kurus kerempeng yang tadi minta dioral, Hmmmmm…,
kayaknya, ini deh yang cocok
“Sama Om Aja….” aku menatap dengan yakin kearah si om bertubuh kurus,
si om yang berlutut dihadapanku berdiri dan mengomel panjang lebar,
protes dan lain-lain….
Aku menolakkan tubuh si om kurus yang hendak merangkulku sambil mengarahkan kemaluannya kelubang vaginaku.
“Lohhh… kenapa ? katanya mau sama Ommm Hemmmm…?” Tangan si om kurus
mengelus pahaku yang terjuntai dipinggiran bangku panjang itu.
“Malu Ommmm, Banyak Orangggg….” Jawabku sambil mendesah-desah , dengan manja.aku berpegangan pada bahunya.
“Udahh…, semuanya sana , ntar tunggu giliran… He he he” si om kurus
terkekeh-kekeh, para om yang lain segera melangkahkan kakinya agak
menjauh sambil terus melotot menatapi sekujur tubuhku.
Aku berdiri, mataku menatap kebawah kearah si om bertubuh kurus
kerempeng yang lagi cengar-cengir menatap keatas kearah buah dadaku yang
menggantung dengan indah. Si Om bertubuh kurus itu berdiri dan
kemudian merendahkan kepalanya sedikit., lidahnya terjulur keluar dan
menempel dipuncak buah Susuku, Lidah Si Om mengulas-ngulas bulatan
payudaraku, sesekali mulutnya mampir kepuncak buah Susuku dan mengemut
puncak Payudaraku kuat-kuat. Kaki Si Om sedikit mengangkang ketika
tanganku merayap membelai kepala kemaluannya. HMMMMMM
Aku rasa inilah saatnya yang paling tepat aku melepaskan…. keperawanku.
Ehhhh….bukan !! Maksudku melepaskan serangan perawan…..!!
“Hiattttt….!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menghantamkan lututku kearah selangkangannya, mata orang itu mendelik dan….
“Plakkkkkkkkk…..!!!” setelah melakukan tamparan yang keras kewajah
orang itu aku melompat kebelakang , korbanku terjengkang jatuh duduk
kebelakang, Para Om Nakal yang sedang bergerombol berseru kaget….
“Heiii…!” seseorang dari mereka melompat hendak menyergapku,
“Awwwww…!! ” dengan gesit Aku buru-buru menghindar sergapan orang itu dan lari terbirit-birit ketakutan,
“Sialan luuuu…!Haaddduhhhhhh…!! Addddduhhhh “korbanku memegangi
selangkangannya ,wajahnya mengernyit kesakitan, mulutnya terus
mengaduh-ngaduh.
Salah seorang dari mereka menyelipkan jempolnya diantara Jari telunjuk
dan jari tengah kemudian mengacungkannya “tanda maksiat” itu kearahku,
matanya memandangiku dengan tatapan marah..
Setelah membenahi pakaian renangku yang sempat melorot, aku balas
mencibirkan bibirku sambil mengacungkan jari tengahku kearah gerombolan
para Om nakal yang menyebalkan itu.
Upssssss.. gawatttt!!! aku buru-buru ngacir ketika mereka tampak semakin marah dan bergegas hendak menghampiriku.
“Lama amat May…Ehhh ada apa ? “Vivi tampak kaget sambil menatap ekspresi wajahku yang ketakutan.
“ngak.., ngakkk apa koqq…”aku berusaha menenangkan diri, sambil menghabiskan air jeruk pesananku.
“Pulang yuk…cape mo bobo ” Reina bergelayut dengan manja ditangan
Vivi, tidak berapa lama terdengar suara bangku yang digeser karena
ditinggalkan oleh para gadis cantik yang mendudukinya.
Sebelum naik kemobil aku menolehkan kepalaku kebelakang,dari kejauhan
segerombolan om nakal memandangiku dengan tatapan mata yang
berkobar-kobar antara nafsu dan marah, aku buru-buru masuk kedalam
kemobil dan duduk baik-baik disebelah Vivi.
“Mayyy, tadi kamu Onani dulu ya di WC?, Koq lama amat sihh…” Vivi mengerlingkan matanya kearahku, bibirnya tersenyum-senyum.
“Aku ngak semaniak kamu dehhhh, Cuphhhh.. “Aku menjawab sambil mencium pipi Vivi.
Wajahku merah padam membayangkan apa yang sebenarnya terjadi tadi.
“Ha Ha HA Mukanya merah, Jadi tadi keluar lagi yahhhh ?” Reina ikut nimbrung.
“Wahhhh… Si Maya sampe tiga kali, puas banget donggghh May…”Farida menyindirku.
“Glekkkkk…..” aku menelan ludah, kenikmatan yang ketiga hampir saja
membuatku kehilangan kegadisanku, aku merinding ngeri membayangkan
keberingasan om-om tua yang lebih pantas menjadi ayahku.
Tapi , Sebenarnya sih selain ada rasa takut dan kengerian yang
menggedor-gedor dadaku, ada juga rasa nikmat yang sulit kuungkapkan
dengan kata-kata, akibat elusan-elusan tangan – tangan kasar mereka
ditubuhku, ciuman mereka dileher, dibahuku, belum lagi hisapan-hisapan
mulut yang rakus di lubang Vagina dan buah dadaku.
Aku menutup buku diaryku,
Kemudian menggeliatkan tubuhku karena pegal
Duh, ngantuk, Hoaaammmmm…
Bobo dulu Ahhh…
Dari samping, aku memandangi dengan serius ke arah monitor computer,
Vivi tengah mengotak-atik computer miliknya, sementara Farida tengah
membolak-balik sebuah buku panduan, Reina sibuk memberikan arahan,
biarpun sering nyasar dan nggak nyambung, Yapppp, disinilah markas besar
empat gadis cantik bertubuh mulus dan seksi.
“Gimana? bisa nggak?” Reina bertanya pada Vivi, Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya tampak kebingungan.
“Mayyyyy, bantuin mikir donggg, koq malah bengong” Farida menolehkan kepalanya kearahku.
Duh…,aku yang cantik dan tidak bersalah ini menjadi pelampiasan Farida.
“Yeee..!!, ini juga udah mikir keras, aku kan lagi berusaha supaya
bisa connect, terus nanya sama komputernya” aku menjawab sambil memasang
wajah serius.
“Huuuuuu….”Terdengar suara gaduh dari mulut Vivi, Reina dan Farida, mulut mereka meruncing sambil menolehkan wajah kearahku.
“Vi , gantian sini…” Reina menggantikan posisi Vivi, sudah dari siang
tadi empat orang gadis cantik bergantian berusaha mengalahkan sang
komputer yang masih bandel, nggak mau connect ke internet, maklumlah,
empat-empatnya nggak tau cara setting modem dll dsb T_T Hiks hikkkk….
Aku bangkit dan berdiri di belakang bangku yang kini sedang diduduki
oleh Reina, sambil membungkukkan tubuhku, aku merayapkan tanganku ke
dada Reina.
“Maya.., Gelii.., aduhhh ni anak.!!.Emmmmhhhhhhh” Reina protes sambil menepiskan tanganku.
“He he he, supaya kamu tambah semangat…”tanganku kembali merayap
meremas-remas dada Reina yang masih bersembunyi didalam baju seragamnya.
Vivi dan Farida tertawa kecil. Perlahan-lahan Tangan mereka mulai
merayap dengan jahil, kemudian menyibakkan rok seragam Reina keatas,
sesekali Reina mendesis sambil memejamkan matanya, kemudian kembali
berusaha mengalahkan Mr. Computer. Tanganku beraksi dengan lincah
melepaskan kancing baju seragam Reina, He he he duh terbuka deh….,
mataku mengintip kebawah. Wow gundukan putih didada Reina tampak begitu
menggoda. Hmm Ukuran dada Reina termasuk sedang, gede enggak, kecil
juga enggak. Tanganku perlahan-lahan menyusup dari sebelah atas,
mengusap lembut gumpalan buah dada Reina yang sedikit tersembul,
“Ahhhhhh…., Mayyyyy… Ohhhhh”He he he sepertinya Reina agak terlena
nih, matanya terpejam-pejam , sesekali bibirnya mendesis-desis
Saatnya aku melakukan “Shock Therapy ala Maya”, “Hup!!!! dengan cepat
kedua tanganku menyelinap kebalik bra Reina sambil menggenggam buah
dadanya kuat-kuat. YESSSSS DAPET NEHHHHHHH !!!
“Aww….!!” Reina berseru kaget, namun ia tidak protes apalagi berdemo
karena aku meremas-remas buah dadanya dengan lembut, kemudian mengusapi
puncak buah dadanya sambil sesekali menarik-narik puting susu Reina
yang mengeras.
“Hsssshhhh Mayyy, Ihhhh Faaa, Mmmhhh Viii” Reina meringis keenakan, sementara tangannya memencet-mencet tombol keyboard
Tangan Reina hendak meraih mouse namun tidak jadi, Reina merapatkan
pahanya karena merasakan keenakan ketika tangan Farida mulai
menggesek-gesek belahan bibir vaginanya, tangannya memegangi tanganku
yang masih mempermainkan putting susunya, sementara tangan Vivi masih
merayapi permukaan paha Reina yang mulus.
“Heennhhh, Ahhhhhh, Ohhhhhh” tangan Reina berjuang setengah mati berusaha meraih mouse dan “Clikkkkkk”
“Hah… ituu…!!” mulut Vivi setengah terbuka gerakannya mendadak berhenti, jari telunjukkan menunjuk kemonitor.
“Wahhhhhh… connect!!, kamu hebat deh Reiiiii!! Cuph” Farida memeluk Reina, kemudian menghadiahkan sebuah ciuman dipipi Reina.
”Whaduhhhhhh…, Maya jangan keras-keras.., Awwwww… aduhhh duhhhhh” Reina berteriak-teriak, kesakitan
“Eeehhh, Maap…., sangking kagetnya…, hehehe” aku tersentak sambil
melepaskan buah dada Reina yang nggak sengaja kupencet dengan keras,
Reina cemberut sambil mengusap-ngusap buah dadanya.
“Dasar penghianat nih computer !! mempermalukan tuan rumah” Vivi menggerutu panjang lebar.
“Tapii…, tadi kann aku juga caranya sama , koq nggak nyambung ya ?” Vivi tambah melotot kearah Mr Komputer.
“Yaaa, beda lahh…” Reina cengengesan sambil mengibaskan rambutnya..
“Beda gimana ?” Vivi bertanya penasaran
“Vitamin kamu kan disebelah dada, bukan di otak!! HA HA HA”Farida
tertawa terbahak-bahak, ia buru-buru menarik tangannya dari dalam rok
Reina ketika tangan Vivi hendak mencubit lengannya.
“Bahkan sangking gedenya, kemaren dadanya kejepit waktu mau menyelinap
diantara dua orang cowok…” Aku ikut mengolok-ngolok Vivi, mataku
sampai berair karena terlalu banyak tertawa.
“Yeeeee, itu sih si Vivi aja pengen didempet !! buktinya dia malah
cengengesan , biasalah tebar pesona!!!” Farida mencibirkan bibirnya
kearah Vivi, Farida langsung menjatuhkan vonis untuk Vivi tanpa
mempedulikan azas praduga tak bersalah.
Wajah Vivi merah padam mengingat kejadian kemarin pada saat jam istirahat,
“Faridaaaaa…!!!” Vivi bangkit dari kursinya dan mengejar Farida yang
sudah berlari terlebih dahulu menyelamatkan dirinya, terdengar
jeritan-jeritan kecil diiringi suara tawa Vivi dan Farida.Aku kembali duduk dikursi, disamping Reina.
“Reiiii, kamu hebat, cupphh… cuppphhh”dua kali kucium pipi Reina
“Berkat bantuanmu…”Tangan Reina dengan lincah melucuti kancing baju
seragamku, kemudian tangannya menarik cup bra yang kukenakan sampai buah
dadaku melompat keluar.
Tangan Reina bergerak membelai rambutku kemudian merayap ke belakang
kepalaku, kepalaku didorong dari belakang, wajahku dan wajah Reina
semakin dekat. Sebuah kecupan lembut mengecup bibirku, aku tidak mau
kalah aku balas mengecup bibir Reina, selanjutnya terjadilah aksi saling
cium dan saling melumat bibir. Lagi asik-asiknya berciuman tiba-tiba….
“Hemmmm Mmmmm!!” Mataku mendelik , sambil menarik dadaku aku menepiskan tangan Reina, Reina terkekeh-kekeh.
“Satu sama..!!!! Plakkk… He he he he he tambah bonusss!! “Reina berseru sambil menampar puncak buah dadaku.
“Reiiii, sakittt…” Aku mengelus-ngelus bukit ranum didadaku, duh
sampai merah jambu deh gara-gara diremas terlalu kuat, belum lagi bonus
tamparan tadi begitu telak menggampar buah dadaku, ternyata aku si
pendekar wanita yang cantik ini kecolongan juga T_T.
“Sakit ya.., duh kacian, sini…”Reina mengelus bukit dadaku dengan
lembut, aku menepiskan tangan Reina, aku harus lebih waspada. Tanganku
bergerak menyilang melindungi payudaraku..
“Jangan Reiiiiii..”Aku sengaja mengerlingkan mataku sambil membuka
mulutku sedikit supaya terlihat seksi, tangan Reina membelit pinggangku
dan secepat kilat mulut Reina menyumpal mulutku.
“Awmmmhhh… Mmmmmm… Mmmmmhhh” Suara mulutku yang diterkam oleh
keganasan Reina, Tangan Reina merayap kemudian menyibakkan rok seragamku
keatas. Aku menggelinjang kegelian ketika merasakan remasan lembut
diselangkanganku.
“Reiii, sebentar… reiii.. Hmmm..” Aku mendorong bahunya, akhirnya
nafsu Reina berhasil kuredam.walaupun tangannya masih berkeliaran
ditubuhku.
Aku membuka Google dan berpikir sejenak.
“Hmmm… Coba cari…” Aku mengetik tombol Keyboard ” S E K S” trus kutekan tombol enter.
“Kamu mau cari apaan ? “seks” Hahahaha”Reina tersenyum nakal
“Yaaa… mau tau aja sich…” Aku menepiskan tangannya yang jahil
menekan-nekan belahan bibir vaginaku yang masih asik bersembunyi di
balik celana dalam yang kukenakan.
“kata-katanya yang lebih spesifik… hmmm apa ya ? coba deh budak seks”Jari tangan Reina bergerak dengan lincah diatas keyboard,
“Koq kamu milih budak seks sihh ?” aku bertanya sambil bengong menatap monitor.
“Yaaa.. soalnya temanku menjadi salah seorang budak seks sichh..” Reina menjawab dengan santai.
“Hahhh…? Masa ? gadis seumuran kita ? ada yang jadi budak seks ? siapa
dia Rei ?” Aku berseru kaget dan langsung bertanya dengan serius.
“Namanyaaaaa……. Mayaaaaaa HE HE HE..”Reina terkekeh-kekeh
“Reinaaaa…!” Aku mencubit pinggangnya sampai Reina memohon minta ampun.
Kemudian jari tangan Reina mengklik mouse “Click”
“Ehhhh….”
“Wowwwww”
“Kisah Beauty and The Beast…..Angie 3 ?”
“Wahhhhh…..” aku menelan ludah dan mulai membaca
“Sini may…” Reina bangkit dan mempersilahkanku untuk duduk di kursinya
sehingga aku lebih leluasa membaca kisah Anggie 3, sedangkan Reina
duduk disampingku, tangannya bergerak dan
“Hmmm.. Coba ini… deh Clickkk” tangan Reina dengan santai mengklik mouse
“Yahh… Reii….” Aku agak manyun kecewa , duh Reina gimana sih, lagi
tanggung baca maen click aja, apa tadi yang diklik ? Hmm sepertinya kata
awal deh
“Whowww… ceritanya banyak Rei….”aku menolehkan kepalaku sambil tersenyum
“He he he…makanya jangan manyun dulu..” tangan Reina memeluk dan
melingkari pinggangku, kemudian tangannya mengklik mouse untuk memilih
salah satu cerita yang ada.
“Glekk…” Aku menelan ludah, celana dalamku terasa basah dibagian
selangkangan, duh aku memang mudah terangsang T_T padahal baru baca
dikit, apalagi tangan Reina mulai kembali bermain di permukaan pahaku,
Duh…!! kayaknya ini jebakan Reina deh, aku disuruh pindah kedepan
computer dan membaca cerita panas supaya lebih terangsang, agar dia
lebih leluasa mempermainkan tubuhku. Tangan Reina dengan tidak sabar
mengangkangkan kedua pahaku, kepala Reina menunduk kearah
selangkanganku, aku merasakan tangan Reina menarik celana dalamku sampai
melorot dari tempatnya, aku menggerak-gerakkan kakiku sampai akhirnya
Reina dengan sukses melepaskan celana dalamku. Berkali-kali tubuhku
merinding, merasakan hembusan nafas Reina dipermukaan Vaginaku
“Uhhhh… Reiiii….” Aku berusaha merapatkan kedua pahaku namun tangan
Reina menahan gerakanku, ada rasa hangat ketika bibir Reina
mengecup-ngecup vaginaku, belum lagi lidah Reina yang mengulas-ngulas
dengan lembut, sesekali gigitan kecil mampir di vaginaku.
Nafasku tertahan-tahan ketika merasakan kecupan-kecupan Reina di bibir
vaginaku, seiring dengan semakin meningkatnya nafsu birahi kami berdua
kecupan Reina semakin kasar dan liar, lidahnya menggeliat-geliat
mengorek-ngorek sela-sela belahan vaginaku.
“Rei….” Aku berusaha mendorong kepalanya, ketika merasakan rasa geli
yang semakin menyiksaku, Reina menarikku berdiri, kemudian ia menarik
resleting rok seragam yang kukenakan,
“Aduh, kasar amat.sich Reiiiiii…” aku protes ketika Reina
menelanjangiku dengan kasar, Reina hanya tersenyum nakal sambil
mengacungkan bra milikku dan melemparkan bra warna putih itu jauh-jauh.
“Mayyyyy…. Kamu cantik bangettt…” Reina mendesah sambil membelai
rambutku, tangan Reina mencengkram kedua bahuku, untuk beberapa saat aku
dan Reina saling mengulum bibir dengan lembut. “Ckkk.. Ckkkk” suara
decakan -decakan mulut kami berdua semakin sering terdengar, kedua
tanganku melingkari pinggang Reina.
“Kretttt….” terdengar suara bangku bergeser, ketika Reina menaruh kaki
kiriku keatas bangku yang tadinya kududuki, kemudian ia berjongkok dan
mencumbui bibir vaginaku dengan semakin liar dan kasar, lidahnya
menggeliat-geliat liar sesekali mengulum bibir vaginaku dengan kuat.
“Reiiiiiiiiiiii!! Ahhhhhh!! Crrrrttttttt…. Crrrrrtt” Reina menarik wajahnya dengan cepat.
“Eeee… Ehhhhh… Reiii…” Lututku mendadak lemas sesaat sampai aku agak
kehilangan keseimbangan, untung Reina segera memelukku, kami berdua
berpelukan sesaat sambil tertawa lepas, kini gentian aku yang
menelanjangi Reina sampai tubuh Reina polos sama seperti tubuhku.
Reina naik keatas ranjang kemudian terlentang dengan kedua kakinya agak mengangkang, aku tersenyum menghampirinya kemudian
“Hiaaaa……Blukkkkk!!” Aku menerkamnya
“Aduhhh, Mayyyyyy….” Reina mengaduh ketika tubuhnya tertimpa oleh
tubuhku, aku semakin nakal menekan-nekankan buah dadaku menekan buah
dada Reina, Reina mendesah-desah sambil memejamkan matanya ketika buah
dada kami yang halus dan lembut saling bergesekan.
“Kamu suka Reiiii ? ” Aku bertanya sambil membelai rambut Reina, Reina Hanya mengangguk sambil berkata “Puaskan aku mayyyy…”
Aku mengulum – ngulum bibir Reina dengan lembut, ciuman-ciumanku turun
keleher Reina, kemudian turun kearah buah dada Reina, lidahku terjulur
mengulasi bulatan payudara Reina sambil sesekali mengecup puncak
payudaranya.
“Mayyyy, geliii, Mayyyyy !! ” Reina semakin keras merintih, tangannya
berusaha mendorong kepalaku, dengan cepat aku mencekal pergelangan
tangannya dan menekan tangan Reina kekasur, sementara mulutku menghisap
dan menciumi bulatan buah dada Reina yang semakin menggembung,
membuntal padat.
“Cuppphh… Cuphhhh, ” ciumanku semakin turun kearah perut, aku
menggeser tubuhku ke bawah, kini wajahku berada tepat dihadapan vagina
Reina, aku tersenyum melihat rambut-rambut halus yang menghiasi
vaginanya, aku meraba rambut-rambut halus itu.
Setelah mengganjal pinggulnya dengan bantal , dengan lembut aku menekan pinggiran bibir vagina Reina
“Mayyyy…. , Ahhhhh…. Mayyyyy!!” Reina menggeliat resah ketika
merasakan belahan bibir vaginanya mulai merekah, bibirnya
mendesah-desah.
“Owww….” Reina menjerit kecil merasakan sapuan lidahku pada sela-sela
lubang vaginanya. “Cupp… Cuphhhhhh” kuciumi clitoris Reina terkadang
dengan kasar kukait daging clitoris Reina yang semakin mengkilap indah.
“Awww…!! Crrrtttt…. Crrrttttt” satu jeritan panjang terdengar dari
mulut Reina ketika dirinya mencapai puncak klimaks, Wahh.. banjir
dehhhhh…, sampai meleleh mebasahi seprei.
Aku menggeser tubuhku kembali keatas menindih tubuh Reina, kami berdua
saling berpelukan sambil sesekali berciuman dengan lembut.
“Wahhhhhh…., selingkuh nihhhhhh !! ” Vivi berkacak pinggang
“Mayaaaa….!!, begitu teganya dirimu menghianati diriku…”Farida memasang wajah memelas
“Waduhhh…., Ranjangku.. Ohhhhh” wajah Vivi tampak memelas, jari
telunjuknya terangkat kearah lelehan cairan kenikmatan Reina yang
membasahi ranjang Vivi. Suara tawa memecah keheningan sesaat, sebelum
akhirnya terdengar suara desahan-desahan yang semakin menggebu-gebu.
****************************** *
Keesokan harinya, pada saat pelajaran matematika
Dikelas aku duduk semeja bersama Vivi dimeja paling depan, sedangkan Farida semeja dengan Reina, dimeja sebelah kananku.
“Vi…, Vivi…” Aku menutup wajahku dengan buku sambil berbisik perlahan.
“Ada Apa Mayyy….? ” Vivi mengangkat bukunya menutupi wajah kemudian berbisik bertanya.
“Selangkangan…ingettt selangkangan….” sku berbisik mengingatkannya
agar duduk Vivi jangan terlalu mengangkang, karena di depan Pak Djono
tengah memandang kearah bawah meja.
“Enggak… ahhhh… Ehhh.. kayanya kamu deh Mayyyy”Vivi melirikkan ekormatanya kebawah.
“Hahhhhh ????? ” Aku menengok kebawah, waduh, dudukku sih sudah rapat
tapi rok seragamku tersibak naik keatas memampakkan sepasang pahaku
yang indah, dengan terburu-buru aku menarik rok seragamku turun, sialan
rupanya pak Djono dari tadi mengintip sepasang pahaku, Vivi tersenyum
kecil sambil sambil menekuk wajahnya.
“Mayaaa…!!coba kerjakan soal no 1 ” Pak Djono memanggilku untuk segera maju kepapan tulis, mengerjakan pr matematika no. 1
Dengan sedikit cemberut aku maju kedepan, dari ekor mataku aku melirik
kearah Pak Djono, duh…., sebellnya !! Matanya itu loh, nggak
lepas-lepas memandangi tubuhku, jakunnya bergerak turun naik, pasti
cegluk.. cegluk mikirin yang enggak-enggak.
Akhirnya pelajaran menyebalkan yang satu ini selesai juga, aku
memandangi punggung pak Djono dengan emosi memuncak, dalam waktu singkat
ruangan kelas menjadi kosong, para murid berhamburan keluar, ada yang
langsung pulang, ada yang kekantin, dll, dsb.
“Dasar kunyuk! Bandot tua! ” Aku menggerutu panjang lebar
“Ingettt Mayyyy sabar, ntar darah tingginya kumat, hehehe” Vivi malah bergurau sambil mengelus buah dadaku yang mungil.
“Vivi ! jangan pegang-pegang ” aku menepiskan tangan Vivi,
“Emosi neh !! emosiiiiiiii !!” Suaraku melengking tinggi.
“Udah, Udah, he he ” Reina dan Farida berusaha meredakan emosiku.
“Emangnya, sampe kemana tadi mayyy..? ” Vivi bertanya , sambil memasang wajah serius.
“Sampe sini…,” aku menunjukan jari telunjukku arah ke bawah, tepatnya 5 cm dibawah selangkanganku.
“Hah! Waduh! Pantesan mata Pak Djono sampe melotot… Cuph” Reina berseru sambil mengecup pipiku
Terdengar suara tawa berderai dari mulut Vivi, Farida dan Reina, aku
berkacak pinggang ,tidak terima !! pokoknya tidak terimaaaaaa!!!!!!!!
“Udahhh… yukkkk..,” Vivi menarik tanganku untuk segera menuju tempat
rahasia kami disekolah, kami berempat melangkahkan kaki kami, keluar
dari dalam kelas.
“Tenanggggg Mayyyyy, Ntarr kalo si brengsek itu berani ngintipin kamu
lagiii, aku hajar dia kayak giniii…. Hiatttttttttt “Pada saat hendak
berbelok kearah tangga menuju kelantai atas, jari telunjuk dan jari
tengah Vivi membentuk huruf V kemudian menusukkan jarinya kedepan dengan
cepat..
“Croooossssshhh…!! Heuduhhhhhhhhhh….!! ” Seseorang mengaduh ketika matanya tertusuk jari Vivi
Kami bertiga berseru kaget, sementara Vivi hanya bengong, shock menatap orang yang baru ditusuk oleh jarinya.
“Maaf Pakkk, Maaffffff” Aku Reina dan Farida dengan gugup meminta maaf
, kemudian menarik tangan Vivi yang masih bengong tanpa dapat berkata
apapun, bahkan Farida sampai menurunkan tangan Vivi yang terus
mengacung seperti kram.
———————————
Disebuah kelas yang terbengkalai persembunyian rahasia empat gadis
cantik, gedung tua sekolah tempo dulu yang sampe kini belum juga
direnovasi, terletak tepat dibelakang gedung sekolah yang baru… entah
kemana dana untuk renovasinya ^^
———————————-
“Vii, sadar Viiiii…!!” Farida dan Reina berusaha menyadarkan Vivi yang
masih terbengong-bengong, Hhhhhhhhh….(aku menghela nafas super
panjang), T_T wajar aja yang ditusuk matanya oleh Vivi adalah Pak Dion,
Kepala sekolah yang terkenal karena kegalakannya, pokoknya super
killer deh dan Vivi satu-satunya gadis disekolah ini yang berani
menusuk mata kepala sekolah. Aku mengipas-ngipas wajah Vivi dengan
sebuah buku. Hanya ada suara Aaaaaaaaa,,, Uuuuuuuu, Aaaaaaa,,,
Uuuuuuuuu,,, yang terus keluar dari mulut Vivi, kedua jarinya masih
membentuk huruf V. kadang – kadang mulutnya menganga lebar biarpun aku
sudah berkali-kali berusaha mengatupkan mulutnya dengan tanganku.
Farida mengeluarkan sebungkus coklat Diary Milk kemudian setelah
membuka bungkusnya. Ia memasukkan sebatang coklat kedalam mulut Vivi
yang sedang menganga.
“Nyamm… , Nyammmmm…” Vivi mengunyah coklat dimulutnya, kemudian mulut Vivi kembali menganga,
Ini anak dalam keadaan shock masih tau coklat enak, setelah
menghabiskan sebungkus coklat Diary Milk barulah Vivi dapat berkata-kata
kembali dan kata pertama yang diucapkan oleh Vivi adalah “Mampus
dehh…”, kami bertiga hanya dapat tertawa kecil sambil menepuk-nepuk bahu
Vivi.
Tiba-tiba Reina meletakkan jari telunjuknya dibibirnya yang meruncing,
ketika mendengar suara langkah kaki diluar. Kami berempat saling
berpandangan , tampaknya bukan hanya langkah kaki seorang saja, entah
berapa banyak ?
“Cklekk, cklekkkkkk….” Pintu kelas tempat persembunyian kami terusik
oleh kasar oleh seseorang, untung Reina sudah berinisiatif mengganti
kunci yang rusak dengan yang baru, dan kami tidak pernah lupa untuk
selalu mengunci pintu kelas. (Glekkkk….)
“Sialannnn…!!!ini juga dikunci…!! Blammm!! Aww!! ” terdengar suara
tendangan dipintu kelas membuat kami berempat tambah menahan nafas,
belum lagi ada suara seorang gadis yang memekik kecil, kami semakin
keheranan, ada apa ini gerangan ???
Suara langkah-langkah itu dengan cepat menjauh, terdengar suara pintu
yang tertutup dengan kasar , sepertinya tidak begitu jauh dari ruangan
kami. Kadang-kadang terdengar suara memohon diiringi gelak tawa.
“Klik…” Reina membuka kunci pintu, kemmudian dengan mengendap-ngendap
kami berempat mendekati kearah suara – suara gelak tawa yang semakin
keras , dari ruangan praktikum yang sudah lama terbengkalai, kami
mengintip. Hhhhhhhhhh, nafasku terasa sesak, demikian juga nafas Vivi,
Farida dan Reina.
Seorang gadis cantik tengah dikerumuni oleh empat orang guru di
sekolah kami, wajahnya cantik dengan rambut sebahu, belum lagi bodynya
yang mulus dan seksi.
“Jangan pakkk, Jangannn….” gadis itu memohon.
Ira salah seorang anggota cheerleader disekolah kami sedang memohon
pada seorang pria bertubuh tinggi, gemuk Ahhhhhh ?!!!!! Pak Dionnnnnn
!!!!
Sementara dipinggirnya ada Pak Dede, guru fisika; Pak Ahmad, guru bahasa Jepang; Pak Djono, guru matematika.
Pak Dion menaikkan tubuh Ira duduk dipinggiran meja praktikum, kedua
kaki Ira terjuntai, dengan kasar pak Dion mempreteli kancing baju
seragam Ira, kemudian membuka Bra ira dan melemparkannya ke belakang.
“Whuesssshhh…, gila…, putih amat…”
“Udah lama banget, Bapak pengen ngentotin kamu”
“Ho hohhhh…, ngebayangin kamu pake baju seksi, nari…, bikin Bapak cepet bucat kalo lagi masturbasi di WC “
“Belon kalo duduk dikelas , wahhhh kayak lagi pameran paha.., Eh tau
nggak tadi dikelas,si Maya, Wessst Gila , udah cantik duduknya seksi
amat sampe selangkangannya hampir keliatan” Pak Djono cengengesan,
Degggggggg !!! mendadak aku merinding mendengar kata-kata pak Djono,
aduh, tadi…T_T!!!
“Tolonggg… pakkk, Jangannnnn…, itu bukan saya, sungguh pakkk…saya
masih gadis, itu nggak mungkin saya pakkkk…. Tolong lepaskan saya…” Ira
menepiskan tangan Pak Dion ketika tangan pak Dion semakin kurang ajar
menyibakkan rok seragamnya keatas, seorang perjaka tua berwajah sangar,
dengan tubuh tinggi dan gemuk, perutnya sudah membuncit seperti hendak
melahirkan. Pak Dion mengeluarkan DVD player portable kemudian memutar
sebuah piringan DVD. Terdengar suara seorang gadis sedang menjerit
nikmat Ahhh, Ahhhhhhh, Ahhhhhhhhhh, pemeran wanita di DVD itu mirip
sekali dengan Ira, gadis itu hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala
sambil berkata “Tidakk, bukan saya, bukan saya, tidak mungkin..”
“Terserah kamu mau bilang apa…, kalau kamu nggak nurut… rekaman ini
bakal tersebar hehehe”pak Dion terkekeh-kekeh sementara Ira hanya dapat
menangis sambil memejamkan matanya ketika tangan Pak Dion merayap
kebalik rok seragamnya.
“Awwwww….” Ira menjerit kecil ketika tangan pak Dion membetot celana
dalamnya sampai robek “Brekkkkk”, suara Ira semakin keras terdengar,
murid cantik itu terisak-isak menangis sambil menutupi buah dadanya,
kedua tangannya bergerak menyilang melindungi payudaranya yang polos
tanpa selembar benangpun.
“Emmmmmhh… Hemmmmmm” suara tangisan Ira tertelan oleh mulut Pak Dion yang mengulum bibirnya dengan kasar dan liar.
“Auhhhhhh…, Hkkk Hkkkk….” Ira terisak-isak, sambil mengambil nafas ketika pak Dion melepaskan lumatannya pada bibir gadis itu.
Kedua tangan Pak Dion mendekap tubuh Ira, kemudian tangannya mendekap bokong gadis itu.
Ahhhhhhh…! ” Ira terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terangkat dalam
dekapan pak Dion,tubuhnya hampir terjengkang kebelakang, secara otomatis
Ira melepaskan buah dadanya dan berpegangan pada bahu Pak Dion.
“Cuppp.. Cuppppp… ” Bibir Pak Dion kembali mengecupi bibir Ira
kemudian menurunkan tubuh Ira, tangan Pak Dion melingkar kebelakang,
melepaskan pengait rok seragam gadis itu dan menarik turun resleting rok
seragam Ira. Tanpa ampun Rok seragam Ira melorot kebawah. Entah kenapa
tangisan Ira kini berhenti, ia bahkan mendesah ketika telapak tangan
pak Dion mengusap bulatan payudaranya sebelah kiri.
“Ira, bapak rela melepaskan keperjakaan bapak, hehehe” pak Dion
cengengesan sambil menekan bahu Ira, kebawah. Ira berlutut dihadapan Pak
Dion, matanya tidak pernah lepas memperhatikan bagian celana pak Dion
yang menggembung.
Pak Dede berlutut dibelakang Ira, sementara pak Ahmad dan Pak Djono berlutut disamping gadis itu.
“Ayooo, Ira buka celana pak Dionnn…” Pak Dede berbisik di telinga gadis itu.
Tangan Ira bergetar berusaha meraba bagian celana yang menggembung,
kemudian perlahan-lahan tangan Ira melepaskan ikat pinggang Pak Dion,
nafas Ira sudah tidak beraturan. Ira seperti tersadar ketika hendak
menurunkan resleting celana Pak Dion. Pak Djono membimbing Tangan Ira
agar segera menurunkan resleting celana pak Dion.
“Ayoo, Ira… kita nikmati hari ini bersama….” Pak Ahmad mengelus bulatan buah dada Ira
Dengan memberanikan diri Ira menarik turun resleting celana pak Dion
“Ohhhhhh!!” Ira memalingkan wajahnya ketika celana Pak Dion melorot.
Pak Dede dengan paksa mengarahkan kepala Ira kearah selangkangan Pak
Dion ketika pak Dion mengeluarkan miliknya yang hitam, besar dan
panjang, gila kayaknya sih ukurannya +/- 25 cm, Hm kalo nggak salah sih
pak Dion keturunan Arab – India &.Ambon. Pak Dede menekan belakang
kepala Ira, Pak Dion mengarahkan kepala Penisnya kearah mulut Ira, Pak
Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono memberikan arahan-arahan untuk Ira,
sebuah mata pelajaran tambahan untuk Ira. Ira menjulurkan lidahnya
hendak menjilat kepala penis Pak Dion namun dengan buru-buru Ira
menarik kepalanya “Bauuuu, Pakkkkk….”
“Ira…, Iraaaa…., itu bau kontol…., nanti juga kamu pasti suka koq ”
Pak Dede mendorong kepala Ira kedepan sambil memberikan perintah “Ayo
dijilati !! jangan bandel gitu ahh..!! Bapak nggak suka murid yang
bandel !! “
Ira kembali menjulurkan lidahnya, wajah Ira agak mengernyit karena bau
yang sangat menyengat namun kemudian setelah melakukan beberapa kali
jilatan, Ira semakin lahap menjilati kepala penis Pak Dion, bahkan
kedua tangannya menggenggam batang penis Pak Dion mirip seperti orang
yang sedang berkaraoke. Sementara Pak Ahmad dan Pak Djono mengusapi
payudara Ira sesekali tangan mereka meremas-remas dalam gerakan yang
teratur. Sementara Pak Dede sesekali menepuk-nepuk gumpalan buah pantat
Ira, Ih merinding banget ketika mendengar suara mereka berempat yang
terkekeh-kekeh.
“Awwww…, Adhuhhhhhh….” Ira menjerit kesakitan ketika rambutnya
dijambak oleh Pak Dion, kasar sekali ketika Pak Dion menyeret Ira dan
menaikkannya duduk keatas sebuah meja.
“Brukkk…..” lagi-lagi pak Dion mendorong kasar bahu Ira sampai punggungnya ambruk diatas meja.
Tangan kiri pak Dion mengangkat kaki Ira sebelah kanan dan meletakkan
kaki gadis itu di bahunya, sementara tangan kanannya
menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan bibir vagina Ira. Ira
memejamkan matanya rapat-rapat, ia tidak sanggup menerima kenyataan
pahit yang siap untuk menerkam tubuhnya yang mulus.
“Hekkk… Heggkkk… Enhhhhhh… Hissss” Tubuh Ira tampak kejang semetara Pak Dion tampak kasar menjejalkan kepala penisnya.
“AAAAHHHH…Ohhhhhh, aduhhhhhh…Awwwssshh” tubuh Ira tersentak dengan kuat seiring dengan tusukan kasar Pak Dion.
“Brrrrrtttt… Brrrttttt…. Krrrpp” Mata Ira melotot menahan rasa sakit
yang mendera lubang vaginanya, matanya berlinangan air mata memandang
dengan tatapan putus asa kearah Pak Dion yang tersenyum dengan sinis,
“Jrossssshhhhhhhhhh !! Awwwwwww” tubuh Ira semakin menggeliat-geliat
kesakitan kemudian diam , terkulai tanpa daya, Pak Dion semakin dalam
membenamkan batang kemaluannya kemudian setelah mentok sampai tidak
dapat maju lebih lanjut lagi pak Dion menarik Batang kemaluannya
perlahan-lahan.
Batang kemaluan Pak Dion yang tadinya hitam kini seperti berwarna
kemerahan, seperti ada cairan-cairan merah yang membasuh Batang kemaluan
Pak Dion. “Awwwwww……!! ” Ira kembali memekik kecil ketika Pak Dion
membenamkan kembali Batang kemaluannya dengan kasar selanjutnya Tubuh
Ira tersentak-sentak mengikuti helaan kemaluan Pak Dion.
“Ohhhhhhh, Aduhhhhhh pakkkk, Aduhhhhhhhhhh…!!” Ira meringis-ringis ketika Pak Dion mengocok vaginanya dengan kasar dan brutal
“Cleppp… Cleppppp… Cloooppp…. Cleeeppppp” suara lubang vagina Ira yang sedang digenjot oleh batang penis Pak Dion.
“Wahhh, Ira hebat dehhh….”
“Ayooo, merintih lagi… bapak senang mendengar rintihan kamu…”
“iya , jangan malu-malu , yang kerasss….”
Kata Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono, mereka cengengesan sambil berdiri mengelilingi meja.
“Ayo Pak Dionn… Entot…”
“Iya, Hajar terus Pak Dion…, Colokkkk”
“Ha Ha Ha…, Sodok yang kuat Pak Dion, Ayooo.. Terusss!!”
Merasa disemangati pak Dion semakin kuat dan keras menggenjot lubang
Vagina Ira, sampai akhirnya “ahhhhhhhhhh… Crrrrtttt…. Crrrrrttttt…” Ira
mengejang ketika mencapai puncak klimaksnya, keempat orang guru itu
terkekeh-kekeh senang. Entah berapakali Ira mencapai puncak klimaks
sampai akhirnya “Arrrrr….. Kecrrroootttt, Kecroooootttttt” Pak Dion
membenamkan batang penisnya dengan kuat, Pak Dion memundurkan pinggulnya
sampai penisnya terlepas dari lubang vagina Ira.
Tiga batang penis teracung-acung mengancam tubuh Ira yang sudah
bercucuran keringat “Jangan.., Pakkk, nggak kuattt” tenaga Ira sudah
terkuras oleh Pak Dion.
“Justru itu, kamu bapak ajarin supaya kuat…” Pak Djono menarik tangan Ira agar gadis itu berdiri.
“Nahhhh, nungging dikit…!” Pak Ahmad menarik pinggul Ira agar gadis itu agak menungging.
“Aehhhhh…, Jangan Pakkk, Jangannnn…” Ira menarik pinggulnya ketika merasakan penis pak Ahmad menyodok lubang anusnya.
“Ehhhhh, Diammm ! Ayo pak Ahmad sodomi dia !! “Pak Djono menjambak
rambut Ira, sampai gadis itu meringis memegangi tangan pak Djono.
“Ahhhhhh….! Awwwwwwwwwwww” Tubuh Ira terlihat tersentak dengan kuat ketika Pak Ahmad menghentakkan batang penisnya.
“Hekkkkkkksss…..” Nafas Ira tertahan ditenggorokannya ketika merasakan
sesuatu yang besar menjebol pintu lubang anusnya dan menekan semakin
dalam. Ira seperti sedang merengek-rengek memohon, sedangkan ketiga
Orang guru bejat yang sedang mengubutinya seolah-olah sedang membujuk
gadis itu.
“Nanti juga enakk, nafasnya.. jangan ditahan, biasa aja….”
“Jangan dilawan, rileks, supaya nggak sakit..”
“Biarin aja masuk.., Biarin…”
Ketiga orang guru itu memberikan arahan khusus untuk Ira.
Pak Ahmad mulai memaju mundurkan batang penisnya menyodomi lubang dubur Ira.
“Sebentar, Pak Ahmad , Saya ikutan…” Pak Dede mengangkat kaki Ira
sebelah kiri sambil menekankan batang penisnya kedalam vagina Ira.
“AAAAA…! Emmmmmmm” teriakan Ira tenggelam dalam mulut Pak Djono yang
mengulum bibir gadis itu, sementara tubuhnya terjepit berkali-kali oleh
Pak Ahmad dan Pak Dede yang semakin beringas memaju mundurkan batang
penis mereka, menyodok lubang anus dan lubang vagina Ira.
“Arrrhhhh…, Gilaa, Crrrtttt… Crrttttt” Pak Ahmad merojokkan batang
penisnya dalam-dalam sambil mengerang ketika merasakan lahar panasnya
menyembur keluar.
“Permisi Pak Ahmad, saya juga kepengen…”Pak Djono mengambil alih
posisi Pak Ahmad kemudian menjejalkan kepala penisnya kedalam lubang
anus Ira.
“Wahhhhh, ini mah top punya nih…!!” Pak Djono berkutat dengan kuat dan
kencang, Pak Dede juga tidak mau kalah, ia memperkuat genjotannya.
“Plepppppp…. Pleppppp… Plepppp” “Clepppp…. Clepppppp” Suara-suara itu
terdengar dengan semakin nyaring diiringi rintihan dan erangan gadis
itu.
Tiba-tiba Ira mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dede sambil mendesis keras.
“Hssshhhhhhh… Crrrrrr… Crrrrrrr” wajahnya yang cantik menengadah
keatas, sedangkan kedua matanya terpejam dengan rapat menikmati
gelombang Klimaks yang begitu dashyat menggulung tubuhnya yang mulus dan
seksi.
“Sebentar Pak Djono…, kita ganti posisi….” kata Pak Dede sambil menyeka keringat dilehernya.
“Iya…, iya…, saya mau coba memeknya ya..” Pak Djono menarik
kemaluannya dari lubang anus Ira, demikian juga Pak Dede menarik batang
penisnya dari lubang vagina gadis itu.
Setelah menghamparkan baju seragam Ira diatas lantai Pak Djono
terlentang dengan santai, tangan kirinya memegangi batang penisnya yang
masih mengeras, nafsu bejatnya sama sekali belum terpuaskan.
Pak Dede berbisik “Ira, Ayo, kamu kangkangin kontol Pak Djono”
Karena gadis itu hanya diam berdiri mematung Pak Dede mengambil
inisiatif sambil mengecupi leher gadis itu Pak Dede membimbing gadis itu
kearah Pak Djono.
“Sini.., sini, nggak usah malu-malu…!!” Pak Djono meraih pinggul Ira
dan menariknya agar gadis itu segera menduduki batang penisnya yang
sudah dari tadi menanti datangnya vagina Ira yang seret dan peret.
“Sleppphhhh….” perlahan-lahan penis Pak Djono membelah bibir vagina
Ira, Pak Dede menekan bokong Ira agar batang penis Pak Djono semakin
dalam terbenam kedalam lubang vagina gadis itu.
”Ohhhhhhhhhhhh…” Ira merintih sambil menoleh kebelakang ketika
merasakan Pak Dede merenggangkan belahan pantatnya, biarpun lubang anus
Ira tampak seperti robek dan berdarah namun Pak Dede sama-sekali tidak
mempedulikan keadaan gadis itu, dengan nafsu memuncak Pak Dede
menjebloskan kepala penisnya dan menekankan batang penisnya sampai Ira
memekik keras kesakitan. Pak Djono dan Pak Dede sampai merem melek
merasakan jepitan lubang anus dan lubang vagina Ira, kemudian
perlahan-lahan mereka mulai bergerak dan semakin-lama semakin cepat,
nafas-nafas mereka berderu dengan semakin kencang.
“Ennnnggg… Nnnnnhhhhh… Nnnnnngggg….”Ira merengek – rengek seperti
sedang tersiksa dalam himpitan dua orang guru bejat yang bergerak tanpa
henti menyodok-nyodok lubang anus dan lubang vaginanya.
Pak Dion melangkahkan kakinya dan berdiri disamping kanan Ira kemudian
dari samping diraihnya kepala Ira sambil menjejalkan kepala penisnya
kemulut Ira. “Emmmmm, Emmmmmmm… Hemmmmmmm” Ira mengemut sambil
memegangi batang penis Pak Dion, sesekali dijilatinya penis Pak Dion
dengan lahap.
“Wahhh…!! murid kita emang pandai…He he he” Pak Dede membelai rambut Ira, guru bejat itu terkekeh-kekeh.
Pak Ahmad berlutut disamping kiri Ira , tangannya merayapi bagian
bawah bulatan Payudara Ira , terkadang tangan Pak Ahmad meremasi
gundukan payudara Ira yang bergoyang-goyang dengan indah.
“Ahhhhhh….!! Crrrrr… Crrrrrrr” Ira menggeliat erotis , seketika tubuhnya terasa kejang menahan sejuta kenikmatan.
Erangan dan rintihan Ira membuat penis Pak Dede dan Pak Djono semakin menegang dan
“Kecrrtttt…. Euhhh…!! “
“Haduhhhhhh…. Croottttt”
Hampir bersamaan dua orang guru bejat itu memuncratkan lahar panasnya kedalam lubang anus dan lubang vagina Ira.
“Nahhh, Ira Nungging disini….” Pak Dion menunjukkan keatas lantai
Tanpa Banyak berani membantah Ira merangkak dan menungging menuruti keinginan Pak Dion.
“Hemmmm…, ” Mata Pak Dion memandangi lubang anus Ira dengan tajam, digesek-gesekkannya kepala penisnya pada lubang anus Ira.
Cairan sperma masih meleleh dari dalam lubang anus gadis itu ketika Pak Dion menjebloskan kepala penisnya.
“Akkkkkkk…., Owwwwww…..” ukuran Penis Pak Dion yang besar membuat Ira
meringis kesakitan ketika lubang anusnya diterobos dengan kasar oleh
penis kepala sekolah bejat itu. Kedua tangan Ira bertumpu kuat-kuat pada
lantai, tubuhnya tersentak-sentak ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan
kemaluannya sekuat tenaga.
“Klepokkkk….!! Keplokkkkkk…!! Keplokkkkkkkkk…!!” setiap suara-suara
itu terdengar pada saat itu juga tubuh Ira terdorong-dorong kedepan.
“Aduhh… Aduhhhh…, sakit paakkk… sakittttt” Ira mengaduh ngaduh kesakitan.
“Sakit ?!! sama mereka kamu nggak teriak sakit !! Huhhh !! rasain ini
Hihhhhh!!” Pak Dion memang nggak nyadar kalau batang penisnya yang 25
cm jauh lebih besar dari pada batang penis Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak
Djono yang panjangnya sekitar 14 – cm. Karena merasa dipilih kasihkan,
pak Dion semakin kuat menghajar lubang anus Ira
”Ungghhhhhhh……” setelah melenguh panjang Ira terkulai tak sadarkan Diri.
Tangan Pak Dion mencengkram pinggul Ira , agar pinggul gadis yang
sudah tergolek pingsan itu tidak turun. Batang kemaluan Pak Djono
bergerak seperti sedang mengaduk-ngaduk “KBleppp.. KBleppppp… KBleppppp”
Suara-suara itu terdengar mengerikan.
Pak Dion menggusur tubuh Ira tanpa melepaskan batang penisnya dari
lubang anus gadis itu, Pak Dion bersandar pada dinding, sambil menarik
pinggang Ira. Gadis itu terkulai duduk diatas penis Pak Dion,
punggungnya yang bercucuran keringat menempel di dada Pak Dion. Tangan
Pak Dion menyibakkan kedua kaki gadis itu mengangkan sambil berkata pada
Pak Ahmad “Ayo Pak Ahmad, kita nikmati gadis ini bersama…”
“He he he… Tentu, Tentu, dengan senang hati…!! ” Pak Ahmad berseru ,
kemudian segera mengambil posisinya dan “Jrebbbbbbb….” Pak Ahmad tidak
kalah kasar dengan pak Dion ketika menjebloskan batang kemaluannya
kedalam jepitan lubang vagina Ira.
“Cresshh… Crebbbbb…. Crebbbbb” “Jrebbb… Jrebbbbb…” Suara-suara itu
kembali terdengar , semakin lama semakin menakutkan. Pak Dion dan Pak
Ahmad tampak asik melampiaskan nafsu mereka pada tubuh Ira yang sudah
terkulai pingsan.
“Ennhhh… Ennnnhh” Ira mengerang, gadis cantik itu membuka matanya,tubuhnya sudah basah kuyup bercucuran keringat.
Ira menatap wajah Pak Ahmad, guru bejad itu tersenyum sambil mengorek-ngorek lubang vaginanya yang sempit
“Ohhhhhhhh…..” Ira hanya dapat mengeluh panjang, rasa pegal, sakit dan
nikmat bercampur aduk merayapi tubuhnya yang halus dan seksi.
“Ennnhhh….. Crrrttt Crrrrrrrr” tubuh murid cantik dan seksi itu
kembali mengejang mencapai klimaks sebelum terkulai kembali tanpa daya.
Matanya terpejam-pejam, kadang-kadang membeliak ketika gerakan kedua
guru itu berubah menjadi kasar dan liar.
Pak Dede dan Pak Djono terkekeh-kekeh memandangi persetubuhan liar
antara seorang murid cantik dengan dua orang guru bertubuh gemuk besar
berlemak. Pak Dede mengambil sebuah buku agenda, tampaknya mereka sedang
sibuk membicarakan siapa nama-nama korban mereka berikutnya.
Tanganku ditarik oleh Farida, kemudian kami berempat segera mundur teratur tanpa mengeluarkan suara…..
Glekkkk…!!
Aku menelan ludah,
Mengingat kejadian tadi siang disekolah
Tubuhku merinding, ada rasa takut.., was-was dll T_T
Aku pun menutup buku harianku.
Beberapa hari ini terasa mencekam. Aku, Reina, Farida dan Vivi selalu
gelisah. Kejadian kemarinlah yang membuat kami merasa tidak aman,
was-was dan ketakutan setiap melihat guru laki-laki, apakah mereka juga
bejat seperti Pak Dion, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono?
———————————
Jam istirahat, perpustakaan sekolah
“May….Titit Pak Dion gedeee ya?”Vivi berbisik pelan ditelingaku.
“Ehhhh, Iya…” Karena sedang melamun aku menjawab sepolosnya, namun kemudian dengan reflek aku menoleh kearah Vivi
“Lagi ngelamunin apa May…?” Vivi tersenyum lembut sambil membelai rambutku.
“Vi, aku takut…” aku menekuk wajahku.
“Jangan takut…,aku akan menjagamu…” Vivi menggenggam tanganku dan
meremas tanganku dengan mesra seolah-olah ia mencoba memberikan rasa
aman padaku.
Aku menatap wajah Vivi yang mencoba memaksakan diri tersenyum. Aku
melihat wajahnya sama-sama cemas dan ketakutan. Reina dan Farida hanya
saling berpandangan kemudian menghela nafas panjang.
“Uhuk, uhukkk….” Suara batuk mengejutkan kemi berempat
Mata Pak Romi melotot tidak berkedip melihat daun-daun muda yang segar
dan cantik, Ih, tampangnya jelek, giginya ompong, serem amat.
“Koq tasnya dibawa-bawa sih?, kan baru jam istirahat…” Pak Romi
bertanya keheranan, wajahnya tersenyum, matanya jelalatan, gatal
tanganku ingin menggapar penjaga perpustaaan yang sudah berusia lanjut
ini.
“Supaya ngak jajan…, ada coklat, kue.., trus.., kresek…, kresekkk..
snack” Reina menunjukkan isi tasnya. Walaupun alasan sebenarnya, kami
takut tas kami disubsidi oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung
jawab,
“Oooo…, Begituuu….” Pak Romi tersenyum sambil berkali-kali menelan ludah mencuri-curi pandang kearah buah dada kami berempat.
“Teng… Tenggg… Tenggg” jam tanda Istirahat sudah usai berdentang
dengan keras, berteriak-teriak dengan garang memerintahkan agar semua
murid segera masuk kedalam kelas mereka masing-masing, termasuk kami
berempat.
“Degggggg…..” jantungku melompat melihat wajah Pak Ahmad tersembul
dari balik pintu, tubuhnya gemuk berlemak disana-sini, masih teringat
dengan jelas dalam benakku bagaimana buasnya Pak Ahmad ketika
menyetubuhi Ira, sampai-sampai gadis itu mengerang-ngerang tidak karuan.
“Ehmmmm, Ayo buka Halaman 41″ Pak Ahmad memerintahkan agar kami
membuka lembar ke 41, matanya melirik kebawah meja, kemudian ia menghela
nafas panjang karena tidak menemukan apa yang ingin dilihatnya, Aku,
Reina, Farida dan Vivi sudah lebih berhati-hati menjaga posisi duduk
kami agar tidak mengundang mata mesum yang tidak berkepentingan. Ruangan
kelas semakin kosong karena ditinggalkan oleh para murid yang
berebutan keluar kelas.
“Hhhhh……” Aku menghela nafas panjang sambil bersandar, bete banget
hari ini, agak lama kami berempat berdiam diri didalam kelas dengan
pikiran yang kacau balau.
“Udah…, kita cabut yuk…” Vivi menarik tanganku, sementara Reina dan
Farida juga sudah bersiap-siap angkat kaki dari sekolahan yang mendadak
menjadi tempat yang mengerikan bagi kami berempat.
Pada Saat kami hendak menuju tangga kelantai bawah tiba-tiba Vivi
menoleh kearah kami sambil meruncingkan mulutnya dan menempelkan jari
telunjuk dibibirnya
“Bagaimana pak Romi… ? He he he…” Pak Djono terkekeh-kekeh.
“Iyy. Iyaaa… Pak, Saya mau….” Pak Romi menjawab sambil menganggukkan
kepalanya, kemudian ia memberikan kunci ruangan perpustakaan pada Pak
Djono.
“Nahhh… Ira kamu temani Pak Romi….” Pak Djono mendorong punggung gadis itu.
“Ayoo…, pak Romi jangan bengong begitu…, langsung dinikmati…” Pak Djono cengengesan sambil berlalu naik menuju lantai 3.
Pak Romi menarik tangan Ira kedalam sebuah ruangan kelas yang sudah
kosong, dengan sigap 4 orang gadis cantik segera menjauh dari tangga dan
bersembunyi, ketika Pak Djono melangkahkan kakinya naik menuju
kelantai tiga. Deggg.. Degggg… Degggg…. jantungku terasa berbunyi
dengan lebih kencang sambil memandangi punggung Pak Djono, langkah
kakinya terdengar menaiki anak tangga dan kemudian suasana kembali
hening.
”Viii… Ennngghhhhh….” Aku mengeluh sesak nafas karena ditindih oleh tubuh Vivi dari atas.
“Maaf…Maaf, tadi emergency… nggak ada tempat lagi..”Vivi mengangkat
buah dadanya yang besar dari punggungku. Duh dua buah gunung besar itu
menindih punggungku, pantesan nafasku terasa sesak.
“Rei…., mau kemana ?” Farida keheranan karena Reina malah mengendap-ngendap menaiki anak tangga menuju perpustakaan.
“Sssstttt….!” mulut Reina meruncing sabil menunjukkan jari telunjuknya
ke atas, kami segera mengikuti langkah Reina menuju ruangan
perpustakaan yang berada dilantai 3, dengan hati-hati kami berusaha
mengintai keadaan didalam ruang perpustakaan.
Terdengar suara memelas seorang gadis dari dalam perpustakaan.
“Jangan pak, saya mohon…, jangan” Feby, gadis cantik terpandai di
sekolah kami sedang memohon, rambutnya panjang terurai, sebuah kaca mata
yang menempel diwajah gadis itu tidak mengurangi kecantikannya.
“Tolong pakkkk,…. lepaskan saya… hkk hkk” Feby mulai terisak menangis,
gadis itu merasa sangat menyesal karena telah melakukan onani di WC
sekolah, dan semuanya terekam dalam sekeping DVD berdurasi 20 menit
yang kini tengah tayang dilayar DVD portable, ya kenikmatan selama 20
menit itu kini akan mengubah kehidupan gadis itu dengan paksa.
“Feby, ketimbang kamu melakukan onani di WC, lebih baik kamu bapak
ajari langsung enaknya yang sebenarnya itu seperti apa….” Pak Dion
tersenyum mendekati gadis itu, kepala sekolah bejat itu membuka bajunya
sendiri sambil memandangi gadis itu yang tengah duduk memunggungi
dirinya. Nafsu yang menggelegak membuat batang penis pak Dion menegang
maksimal.
“Bapak yakin kamu bakalan cepat mahir dalam urusan yang satu ini
karena kamu adalah murid cantik terpandai disekolahan ini…” Pak Dede
cengengesan dengan wajah mesumnya yang semakin menyebalkan.
“Awwww…!!” Feby memalingkan wajahnya ketika Pak Dion dengan sengaja
memamerkan batang kemaluannya, gelak-tawa terdengar riuh rendah
diruangan perpustakaan.
“Feby…, kamu liat…, nah ini yang namanya penis….” Pak Dion mengacung-ngacungkan penisnya kewajah Feby.
Feby memundurkan kepalanya ketika ada bau yang menyengat tercium oleh
hidungnya. Mata gadis itu melirik ke arah benda hitam yang besar dan
panjang diselangkangan Pak Dion. Seumur hidup baru kali ini dirinya
melihat kemaluan milik seorang pria, bahkan kini ada 4 batang sekaligus
terpampang dihadapan wajahnya dengan berbagai ukuran, rasa sesal
perlahan-lahan berganti dengan sebuah perasaan lain, rasa ingin tahu,
penasaran dan juga gelombang birahi yang semakin lama semakin menyeret
gadis itu menuju sebuah dunia berbeda yang penuh dengan bujuk rayu
kenikmatan. Tangan Pak Dede meraih tangan gadis itu dan meletakkannya
pada batang kemaluan Pak Dion. Tangan Feby bergetar hebat ketika telapak
tangannya mengelus batang kemaluan Pak Dion. Selama ini Feby
menyalurkan nafsu birahinya dengan cara beronani atau dengan cara
sembunyi-sembunyi menonton blue film dirumahnya.
Batang kemaluan Pak Dion terasa kasar, hangat dan semakin mengeras
dalam genggaman telapak tangannya. Tiba-tiba nafas Feby semakin
mendengus, tampaknya nafsunya mendadak bergelora ketika dikelilingi oleh
empat orang guru bejat yang sudah berbugil ria di hadapannya. Tangan
Pak Dion mendekap kepala Feby, ditekannya kepala gadis itu ke arah
selangkangannya. Perlahan-lahan bibir Feby terbuka dan mengecup batang
penis Pak Dion. Pak Dede dan Pak Ahmad merayapkan tangan mereka
menggerayangi buah dada Feby, sedangkan tangan Pak Djono menyelinap ke
balik rok seragam gadis itu dan mengusap-ngusap pahanya.
“Hmmm, nafsu kamu memang tinggi rupanya…hahaha!” Pak Dion
membelai-belai rambut Feby yang sedang menciumi batang kemaluannya
dengan rakus sampai terdengar suara decakan yang semakin keras.
Kedua tangan Feby memegangi batang penis Pak Dion. Mulutnya terbuka
lebar dan dengan perlahan-lahan Feby memasukkan kepala penis Pak Dion ke
dalam mulutnya. Mendadak Feby seperti terkena sengatan listrik sambil
menarik kepalanya, rasa kepala penis laki-laki yang baru pertama kali
ini dirasakan oleh gadis cantik itu, asin dan disertai lendir yang
meleleh dari lubang kemaluan Pak Dion. Setelah membiasakan diri dengan
bau menyengat yang dikeluarkan kepala penis itu, Feby mengulurkan
lidahnya dan mengulas-ngulas kepala penis kepala sekolah bejat itu,
sesekali dikulumnya dan dihisapnya dengan kuat sampai kedua pipi gadis
itu mengempot.
Mata Pak Dion menatap nanar kearah selangkangan gadis itu yang masih
agak terhalangi oleh rok seragam sekolahnya yang sudah tersibak keatas
akibat kejahilan tangan Pak Djono. Pak Dede, Pak Djono dan Pak Ahmad
menarik tubuh gadis itu agar berdiri, seolah-olah sudah mengerti apa
yang diinginkan oleh Pak Dion mereka menelanjangi gadis itu. Pak Dion
melangkah mendekati Feby dan sambil meraih pinggang gadis itu mulut pak
Dion melumat bibir Feby yang mungil.
“Emmm….Hesccckk… Hssscckk Emmmm” suara mulut gadis itu yang sedang dikulum dan dihisapi oleh Pak Dion.
Feby mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dion, kedua kakinya agak berjingjit menyambut kuluman Pak Dion.
“Ahhhh…!! Ahhhhhhhh…..” Feby memekik kemudian mendesah-desah kecil
ketika Pak Dion mengecupi dan menghisap-hisap lehernya, rasa geli yang
menggelitik membuat gadis itu merintih dengan lirih.
Pak Dion membopong kemudian membaringkan tubuh Feby di atas setumpukan
kain berwarna putih bersih yang sengaja sudah disiapkan, dihamparkan
diatas lantai perpustakaan.
“Ihhhhh…!! ” Feby menggeser-geserkan tubuhnya ketika pak Dion menerkam
tubuhnya, mulut kepala sekolah bejat itu menjilati bulatan payudara
Feby, kedua tangan pria itu membelit pinggangnya dan mendekap tubuhnya
dengan kuat.
“Ennnnnnhhhh… nnnnnhhhhhh” tubuh Feby melenting keatas ketika kecupan-kecupan pak Dion turun semakin kebawah.
“Ahhhhh……!! Ohhhhhh…!! Pak… Ennnhhhh” Feby tidak kuasa lagi menahan
jeritannya ketika mulut Pak Dion mengecup-ngecup bibir vaginanya dengan
liar, jeritan gadis itu semakin liar ketika lidah Pak Dion yang kasar
menyeruak masuk mengorek sela-sela lubang vagina gadis itu.
“Ha Ha Ha…, tidak disangka, murid kita yang pandai begitu liar…”
“Ini mungkin karena nafsu yang terlalu lama terpendam”
“Ooo… iyaaaa, bagaikan kuda lepas dari kandangnya.. he he he”
“Slllckkkk… slecccckkkkkk… Srrruupphhhhh….” suara mulut Pak Dion yang
sedang asik mengulas-ngulas belahan vagina Feby, sesekali mulut Pak
Dion mencucup bibir vagina gadis itu dan menghisapi lendir-lendir gurih
yang semakin banyak meleleh dari vagina Feby.
“Awwww… Hssshhh Hssssshhh….. Crrrrrttt Crrrrr” kedua tangan Feby
mendekap dan meremasi kepala Pak Dion, kedua kakinya tertekuk
mengangkang seolah-olah sedang mempersilahkan pak Dion untuk menikmati
vaginanya.
Lidah pak Dion mengulas-ngulas permukaan vagina Feby, gadis itu
menggelinjang keenakan ketika lidah Pak Dion yang hangat dan basah
mengusap-ngusap permukaan vaginanya.
Pak Dion menempelkan kepala penisnya pada belahan vagina Feby, dengan
instensif Pak Dion menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan
vagina gadis itu. Cairan vagina Feby bercampur dengan lelehan air nafsu
yang menetes dari kepala kemaluan Pak Dion, semakin lama kepala penis
Pak Dion semakin mengkilap basah, demikian pula dengan bibir vagina Feby
tampak berair dan sedikit merekah.
“Jangann Pakkk…!! Ahhhhh……!!!” Feby berontak namun Pak Dede dan Pak
Ahmad dengan sigap menyergap tubuh gadis itu, mereka menekan kuat-kuat
bahu bahunya, sedangkan Pak Djono melakukan remasan-remasan lembut pada
buah dada gadis itu.
“Enngghh !! Hakkkshh” Feby meringis merasakan kepala penis pak Dion
membelah belahan vaginanya, gadis itu semakin gelisah ketika batang
kemaluan Pak Dion terbenam semakin dalam dan akhirnya…
“Aduhhh…., Enggghhhh…sakit…, sakittt!!!!”
Keempat orang guru bejat itu tertawa lepas melihat Feby mengaduh kesakitan.
“Colok terus Pak Dion , jangan diberi ampunn…”
“Ayoooo… Lebih dalam lagi Pak Dion….”
“Sudahh…, jangan nangis begitu ah…, kaya lagi diapain aja.. he he”
kata Pak Djono sambil membelai-belai rambut gadis itu, Feby memalingkan
wajahnya. Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, isakan tangis gadis
itu malah membuat nafsu birahi keempat guru bejat itu semakin
bergelora.
Pak Dede dan Pak Amhad tersenyum kemudian melepaskan pegangannya pada
bahu gadis itu. Batang kemaluan pak Dion yang besar, hitam dan panjang
kini tertancap di lubang vaginanya. Gadis itu berulang kali mengeluh
ketika Pak Dion berkutat kuat. Kepala sekolah bejat itu menekan batang
kemaluannya semakin dalam, dengan tidak sabaran Pak Dion menghentakan
batang kemaluannya kuat – kuat.
“Ahhhhhh….., nnggggghhhh, Ngghhh” gadis itu menjerit keras kesakitan
kemudian mengerang-ngerang, suara erangannya justru membuat nafsu
binatang Pak Dion semakin bergolak.
Tubuh Feby mulai terguncang-guncang perlahan-lahan kemudian semakin
lama semakin cepat. Tusukan-tusukan kemaluan Pak Dion serta belaian dan
usapan nakal tangan Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono akhirnya
mengantarkan gadis itu mencapai puncak klimaksnya “Ahhhhh… Crrrrr…
Crrrrr… Crrrrrr” Tanpa melepaskan batang kemaluannya, Pak Dion memutar
tubuh gadis itu dan memposisikannya pada posisi dogy style,
“Emmmmmm……” tubuh Feby menggelinjang ketika merasakan putaran batang kemaluan Pak Dion di lubang vaginanya.
Pak Dion merapatkan selangkangannya mendesak buah pantat Feby, nafas
Pak Dion semakin memburu merasakan kehalusan buah pantat Feby menggesek
perutnya yang buncit.
“Plokkkk… Plokkkkk… Plokkk….” batang kemaluan Pak Dion bergerak maju mundur menggempur lubang vagina Feby.
“Ahhhh… Ahhhhh…. Emmmm…” mulut Feby yang sedang mendesah-desah tiba-tiba disumpal oleh batang Penis Pak Djono.
Kedua tangan Pak Djono mendekap kepala Feby dan menggerakkan kepala
gadis itu maju mundur untuk mengoral batang penisnya. Pak Dede dan Pak
Ahmad menggerayangi buah dada gadis itu, terkadang tangan mereka meremas
kuat-kuat induk payudara Feby yang dilanjutkan dengan memilin-milin
putingnya.
“Ahhhh… Ohhhhhh….! Crrrrr… Crrrrr…..” Feby memuntahkan batang penis
Pak Djono, matanya terpejam rapat merasakan puncak klimaks yang baru
diraihnya.
Pak Dion tetap bersemangat memacu lubang vagina Feby walaupu gadis itu
sudah kewalahan menghadapi nafsu dan tenaga Pak Dion yang besar.
Setelah kembali mengantarkan Feby mencapai puncak kenikatannya yang
keempat kali. Pertahan Pak Dion tampak goyah, mulutnya menggeram-geram
“Arrrhhhh…. Urhhhhh… Euhhhhh”
“Arhhhhh… Croooottttt…….” tiba-tiba Pak Dion membenamkan batang
kemaluannya dengan sekali sentakan yang kuat sampai gadis itu memekik
kecil.
Setelah beberapa kali menghela nafas panjang Pak Dion menarik batang
penisnya dari lubang Vagina Feby. Ia buru-buru mencengkram pinggul Feby
agar posisi pantat gadis itu tidak turun. Pak Djono menelan ludah
ketika kepala penisnya beradu dengan lubang anus gadis itu.
“Ekssssshhhhhh…. Heeeeennggkkkk” Feby hanya dapat membeliakkan matanya
ketika merasakan lubang anusnya melebar dan terasa pedih bercampur
ngilu, tenaga gadis itu sudah hilang entah kemana.
Batang penis Pak Djono dengan leluasa membantai lubang anus Feby.
Tubuh Feby yang sudah basah bercucuran keringat terdorong-dorong dengan
kuat ke depan ketika Pak Djono menyodomi gadis itu dengan kasar. Mata
Feby terpejam rapat, wajahnya mengernyit kesakitan sedangkan mulutnya
terbuka lebar “Hahhhhssss… Hashhhhhhhhh… Hahhhhhk” hanya Suara itu saja
yang dapat keluar dari mulut gadis itu.
Tangan Pak Djono membelit pinggang Feby sebelum menjatuhkan dirinya
kebelakang. “Unnngghhhhh……” gadis meringis kesakitan ketika lubang
anusnya menduduki batang penis Pak Djono. Tangan guru bejat itu mendekap
pinggul Feby dan dengan kuat menekan pinggul gadis itu kebawah.
Sementara Pak Ahmad mencekal pergelangan kaki kanan Feby dan
merentangkan kaki gadis itu melebar, sedangkan tangan kiri Pak Ahmad
menjejalkan kepala penisnya membelah belahan vagina gadis itu.
“Jrebbb…. Jrebbb Jrebbb… Unnnnnhh” Feby kembali melenguh kemudian
merintih-rintih merasakan tusukan penis Pak Ahmad yang menyentak-nyentak
karena pemiliknya ingin membenamkan batang penisnya sampai mentok
kedalam vagina gadis itu.
Tidak berapa lama tubuh Feby terguncang-guncang akibat serangan batang
penis Pak Djono dan Pak Ahmad di lubang anus dan lubang vaginanya. Pak
Dede memeluk pinggang gadis itu dari samping sementara mulutnya
melumat buah dada Feby yang basah, hangat dan halus, Pak Dede dengan
rakus mengulum puncak buah dada Feby, terkadang ia mengigit bulatannya
dengan gemas.
“Ennhhhh…. Crrrrr… Crrrtttt…….” Feby hanya sanggup mendesah ketika
tubuhnya kembali bergetar dengan hebat ketika mencapai puncak kenikmatan
“Nahhh…, Gimana rasanya, lebih enak ketimbang onani, betul ga?” Pak Dede menciumi bibir Feby dan mengulumnya dengan lembut.
“Hauhhhh…. Cretttt…. Crrrrrrr”
“Ngeheee… Kcrotttt”
Pak Ahmad dan Pak Djono menggeram kuat sambil meyentakkan batang penis
mereka. Pak Dede segera merebut tubuh Feby dan membopong tubuh gadis
itu, Pak Dede meletakkan Feby duduk dipinggiran meja, kedua kakinya
terjuntai agak mengangkang. Kedua tangan Pak Dede bermain-main di
permukaan Paha Feby, kemudian naik merayap kearah pinggang sambil
merendahkan kepala jari telunjuk Pak Dede mengangkat dagu Feby.
“Hemmmm… Emmh…Ckkk Ckkkk” suara mulut seorang murid yang sedang dikulum oleh mulut gurunya.
Tangan sang guru menggerayangi kemulusan tubuh muridnya yang sudah basah bercucuran air keringat.
Pak Dede mengarahkan batang penisnya ke arah belahan vagina Feby, guru
bejat itu menekankan penisnya, perlahan-lahan penis Pak Dede memasuki
vagina gadis itu. Mata Pak Dede terpejam, ada kepuasan yang tersirat di
ekspresi wajahnya, dengan perlahan-lahan Pak Dede memaju mundurkan
batang penisnya seolah-olah ia sedang menikmati jepitan vagina gadis
itu pada batang kemaluannya.
“Hssshhhhh….” sambil mendesis Feby mengibaskan rambutnya yang sudah
basah dan acak-acakan. Pak Dede mengangkat paha gadis itu, secara
otomatis kedua tangan Feby bertumpu ke belakang.
“Ennnnhhh… Cleppp…Kretttt Cleppppp…Krettttt Cleppp….” Pak Dede
meningkatkan irama kocokannya, suara meja terdengar berderit-derit
ketika guru bejat itu semakin kuat memacu tubuhnya.
“Ihhhh…Brukkkkk Crrrr….. Crrrttttt……..” punggung Feby terjatuh keatas
meja , kedua tangannya serasa lemas tidak berdaya menahan beban
tubuhnya ketika merasakan puncak klimaks yang berdenyut-denyut di lubang
vaginanya. Pak Dede tersenyum kemudian mencabut batang kemaluannya.
Ditariknya tubuh Feby turun dari atas meja, kemudian Pak Dede duduk di
atas sebuah kursi, tangannya menarik bokong gadis itu, perlahan-lahan
pinggul Feby turun menduduki selangkangan Pak Dede.
“Ahhhhssssshhhhhh………” kepala Feby terangkat keatas, gadis itu mendesah
panjang merasakan penis Pak Dede membelah kembali belahan vaginanya
sampai akhirnya dengan sempurna Feby menduduki selangkangan guru bejat
itu, kemaluan Pak Dede terbenam didalam lubang vagina Feby yang seret
dan sempit. Dengan perlahan-lahan Pak Dede memacu penisnya, kedua
tangan Pak Dede merayap kedepan menggerayangi buah dada Feby, dengan
teratur telapak tangan pak Dede mengusapi bulatan payudara gadis itu
dan meremasnya dengan lembut. Tusukan batang penis Pak dede yang lembut
dan juga remasa-remasan lembut tangan pak Dede di buah dadanya membuat
Feby semakin melayang nikmat. Perlahan namun pasti Feby menyandarkan
punggungnya ke belakang. Ia memasrahkan dirinya dalam dekapan guru
bejat itu.
Cuphhhh… Cupppp… Cupppp” Pak Dede menciumi leher gadis itu dari
belakang, pak Dede tersenyum merasakan tubuh muridnya bergetar dengan
hebat dalam dekapannya pertanda gadis itu sedang dilanda puncak
kenikmatan “Ennnhhhhhh…… Crrrrrrr…. Crrrrrrr… Crrrrrrrr”
****************************
Sementara itu bagaimana nasib Ira ?
Di ruangan kelas lantai bawah…
Pak Romi melangkahkan kakinya mendekati Ira, gadis itu mundur
ketakutan, Ira menatap wajah Pak Romi yang tersenyum-senyum dengan wajah
mesumnya. Pak Romi membuka sabuknya dan melecutkan sabuk itu ke udara.
Gadis itu memekik ketakutan.
“Nahh, Non Ira tinggal pilih…., mau saya cambuk, terus diginiin….”Pak
Romi menyelipkan jempolnya diantara jari telunjuk dan jari tengah
kemudian mengacungkannya dihadapan wajah gadis itu.
“Atauuu….. “
“Non Ira melayani saya dengan sukarela… he he he” Pak Romi mulai
memutar-mutarkan sabuknya di udara sambil menatap Ira dengan tatapan
mata mengancam.
“Jangan Pakk, tolong jangan cambuk saya…..! ” Ira memohon pada Pak Romi
“Kalau gitu Non Ira harus nurut sama saya…., ngerti ?” Pak Romi
menatap wajah gadis itu. Ira hanya dapat mengangguk sambil menundukkan
wajahnya. Pak Romi melemparkan sabuknya keatas meja.
“Sini…, mendekat….!!” dengan tegas Pak Romi memberikan perintah,
perlahan-lahan Ira mendekati Pak Romi, gadis itu memekik ketika Pak Romi
meraih pinggangnya.
Hidung pak Romi mengendus-ngendus rambut Ira. Wangi harum tubuh gadis itu membuat Pak Romi kesulitan menahan Nafsu birahinya.
“Nahhh, sekarang Non Ira buka pakaian Saya….”
Tangan Ira bergetar ketika melepaskan kancing baju Pak Romi. Tangan
Pak Romi menekan bahu gadis itu agar berlutur di hadapan permukaan
celananya yang sudah menggembung. “Celana saya jugaaaa…. He he he”
“Ayooo…!! Tunggu apa lagii..!! Tarik celana kolor Saya….!!!” Pak Romi
membentak karena Ira malah berdiam diri sambil memalingkan wajahnya
kearah lain.
Dengan menekan perasaannya Ira menarik celana dalam Pak Romi.
“Nahhh, Non Ira Pasti sudah tahu harus ngapain…” Pak Romi menyodorkan
batang kemaluannya. Mulut gadis itu meruncing kemudian mengecup batang
penis Pak Romi
“Cuphhhhh…..”
“Yehhhh…!! masa cuma segitu doangggg….” Pak Romi protes
“Emangnya saya ini anak kecil.., cukup dicium sekali beres, .terusin dong…”
“Cuppphhh… Cuphhhh Cuppppp… Sllllckkk Sllllccckkk” Akhirnya Ira
melakukan beberapa kali kecupan yang dikombinasikan dengan
jilatan-jilatan lidahnya mengulas-ngulas batang penis Pak Romi.
“Ya.., bethulll begitu…, Aduhhh Non Ira pinter amattt…”
“Sudahh…, Sudahhh, Cukuppp….” Tangan Pak Romi mencengkram bahu Ira dan mengangkat tubuh gadis itu agar berdiri.
“Nahhh, sekarang buka bajunya Non…” Pak Romi cengengesan dengan
pandangan matanya yang mesum terus melotot memandangi tubuh gadis itu.
Ekspresi wajah gadis itu tampak sangat tertekan, Ira menundukkan
kepalanya, perlahan-lahan tangannya bergerak ke atas melepaskan kancing
baju seragamnya paling atas, kemudian kancing kedua, ketiga dan sampai
kancing baju terakhir, pria itu membantu melepaskan pakaian seragam
Ira. Wajah Ira semakin kemerahan mendengar kata-kata panas Pak Romi
yang bernada melecehkan dirinya “wahhh , ck ck ck, kalo ini sih,
semalam bisa seharga sejutaan…”
Duhhh…, Ngak usah ditutupin begitu deh…” Pak Romi menarik kedua tangan
Ira yang menyilang di dadanya berusaha melindungi payudaranya dari
tatapan mesum Pak Romi.
Pak Romi membalikkan tubuh Ira, tangannya bergerak dengan gesit
melepaskan pengait bra gadis itu. Tangannya menghempaskan bra Ira ke
bawah kaki gadis itu, kemudian melepaskan pengait rok seragam Ira sambil
berbisik ditelinga Ira “Nah.., Permisiiii, saya buka dulu ya Non…,
kalo ngentot kan harus buka-bukaan dulu.. He he he”
Setelah rok Gadis itu melorot Pak Romi bersujud sambil melepaskan
celana dalam Ira. “Glekkkk….” Pak Romi menelan ludah ketika wajahnya
berhadapan dengan buah pantat gadis itu yang membulat padat,
berkali-kali tangannya bergerak mengusapi bulatan buah pantat gadis itu
yang halus dan lembut. Mulut Pak Romi mulai menciumi bulatan buah
pantat Ira
“Cuphhh.. Cuppp.. Cuppppppp… Plakkk Plakkk Aduhhhh… , mimpi apa saya
bisa menciumi pantat Non Ira, He he he”Sambil mengecup, berkali-kali Pak
Romi menggampar buah pantat Ira, lidah Pak Romi terjulur menjilati
belahan pantat Ira, kedua kaki gadis itu sampai bergetar hebat merasakan
nikmatnya elusan-elusan lidah pak Romi.
“Ahhhhh… Esssshhhhhh, Ahhhhh” Ira memejamkan matanya, elusan-elusan
lidah Pak Romi membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang diberikan oleh
penjaga perpustakaan sekolah itu.
“Nungging Nonnn…, Aduhhh, lebih nungging lagi dong saya pengen
nyicipin memeknya Non Iraaa, Nihh Gini Atuh..!! ” Dengan tidak sabaran
Pak Romi menunggingkan gadis itu, kedua tangan Ira bertumpu ketembok
sementara kedua kakinya mengangkang melebar.
Lidah Pak Romi terjulur keluar menjilati belahan vagina Ira dari
belakang sementara tangannya mengelus-ngelus paha gadis itu “Anjritt…,
Gurih amat sih, emmmslleccckkk.. sleckkkkkk… Sllrrrpppp…”
“Ahhhh… !! Ahhhh… Eehhhh…!” tiba – tiba Ira menarik pinggulnya ketika
Pak Romi mengkombinasikan jilatan-jilatannya pada belahan vaginanya
yang diselingi gigitan-gigitan lembut pada buah pantat gadis itu, tubuh
gadis itu semakin menggeliat-geliat ketika lidah Pak Romi
mengorek-ngorek lubang anusnya, “Fuhhhhhhh….” sesekali Pak Romi meniup
lubang anus gadis itu dan kemudian melahap habis-habisan lubang anus
Ira.
“Ennhh… Crrrrr Crrrrr… Crrrrrrr” Ira mengejang ketika mencapai
klimaks, sementara Pak Romi berdiri sambil menepuk-nepuk pinggul Ira.
“Sllleeeeppp… Jrebbbb” kemaluan Pak Romi membelah vagina Ira, tubuh
Ira terayun-ayun dengan kencang ketika Pak Romi mengayunkan batang
kemaluannya. Kedua tangan Pak Romi mendekap bulatan payudara Ira sambil
melakukan remasan-remasan kasar, pria itu berbisik ditelinga Ira
“Nonnnn…, Ehhh ntar malem minggu, saya boleh ngajak kencan nggak?” Pak Romi bertanya.
Penjaga perpustakaan itu semakin ngak tau diri, mengajak Ira untuk
kencan di malam minggu, Ira tidak mempedulikan pertanyaan Pak Romi.
“Mau ya Nonnn…., temenin saya, kita entotan lagi…., Yeee jawab
dongggg!!!” Pak Romi sewot sambil meremas kuat-kuat bulatan payudara
Ira, “Ahhhh aduhhhh… Iy Iyaaa Pakkkk….” Ira meringis kesakitan.
“Nahhh…gitu donggggg, baru anak manis namanya, hehehe” Pak Romi senang
karena gadis itu menyetujui ajakannya. “Cleppp Clepppp… Clepppp..
Clepppp” suara gesekan kemaluan mereka terdengar semakin menggairahkan.
“Aduhhhh… Pegel nih…!! Gantian dong…, Non Ira yang goyang…”setelah
melepaskan batang penisnya dari jepitan vagina Ira, Pak Romi duduk di
atas kursi. Ira Berpegangan pada bahu pria itu kemudian dengan hati-hati
ia menurunkan pinggulnya. Pak Romi mengarahkan kepala penisnya pada
lubang vagina Ira yang hendak menduduki selangkangannya.
“Ehhhhhhhssss.. Ssshhhhh….” Ira mendesis keenakan, tubuhnya
berkali-kali menggelinjang kegelian merasakan batang Penis Pak Romi
terbenam semakin dalam.
Sambil berpegangan pada bahu Pak Romi, gadis itu mulai menaik turunkan
pinggulnya. Sesekali pinggul Ira bergoyang seperti orang yang sedang
mengayak pasir. Pak Romi menjulurkan lidahnya, sementara kedua
tangannya menekan belakang kepala gadis itu, lidah pria itu
menggeliat-geliat di bibir
Ira, seolah-olah meminta jalan untuk memasuki rongga mulut gadis itu. Ira menggelengkan kepalanya menghindari lidah Pak Romi.
“Ngee…, dientot mau, tapi masa nggak mau ciuman sama saya…,
kebangetan….!! ” tangan kiri Pak Romi menjambak rambut Ira dan menarik
kepala gadis itu ke arah wajahnya.
“Ahhhhemmmmm…Emmm!” Pak Romi mengulum mulut Ira dengan rakus,
sementara tangan kanan Pak Romi menekan-nekan bokong gadis itu dalam
sebuah irama yang teratur sambil menyentakkan batang penisnya ke atas.
“Hmmmmm… Crrrr Crrrr Crrrrr” tubuh Ira bergetar seperti tersengat
aliran listrik, mulut Pak Romi tampak mengenyot beberapa kali sebelum
akhirnya melepaskan kulumannya dari mulut Ira.
Ira tidak berani lagi menolak ketika Pak Romi menjulurkan lidahnya,
perlahan-lahan mulut Ira terbuka dan lidah gadis itu terjulur keluar
menyongsong datangnya lidah Pak Romi, lidah mereka saling mengait dan
membelit.
“Plakkkk… Plakkkkkkkk… Plakkkkk “Pak Romi menampar-nampar buah pantat
Ira agar gadis itu lebih giat dalam “bekerja”. Ira segera menaik
turunkan pinggulnya dengan lebih cepat. Tangan Pak Romi mencengkram
pinggul gadis itu membantunya menaik turunkan pinggulnya.
“Ennnnh Annnhhh…. Crrrr Crrrrr…”
“Waduhhh… Duhhhh… Kecrottttt…. Croooooottttt”
Kedua insan berlainan jenis itu berpelukan dengan erat, tubuh Pak Romi
yang hitam mendekap kuat-kuat tubuh Ira yang putih mulus. Tangan Pak
Romi meremas-remas bulatan buah pantat Ira dengan lembut. Mulut Pak
Romi mengecupi bibir Ira kemudian kecupan Pak Romi mampir ke pipi
seolah-olah sedang berterimakasih pada gadis itu.
****************************
Aku, Reina, Farida dan Vivi melangkah menuju pintu gerbang sekolah.
Pak Nanang memandangi kami berempat, entah kenapa pandangan Pak Nanang
terasa sedikit berbeda. Atau ini hanya perasaan kami saja?? Setibanya di
rumah Vivi membanting tasnya ke sofa. Nafas Vivi memburu, kedua
tangannya berkacak pinggang. Waduh. Itu dadanya…! Dadanyaaaaaa !! aku
menatap nakal gunung besar didada Vivi yang bergerak turun naik. Vivi
melotot ke arah ku ketika menyadari aku sedang memandangi payudaranya.
“Maya…..!! Sini….!! ” Vivi menatapku dengan tajam kemudian ia berteriak memanggil namaku.
“Ehhh.., ada Apa Vi…” Aku memasang wajah serius, tangan Vivi menyambar
tanganku kemudian menarik diriku masuk ke kamar.
“Wahhhh… Habis sudah si Maya….” Reina terkekeh – kekeh.
“dan Kamu….. !! ” Farida memeluk pinggang Reina dari belakang.
Sudah beberapa hari ini gairah kami selalu berada di level terbawah,
kini tiba-tiba segalanya meledak begitu saja. Farida membalikkan tubuh
Reina, jari telunjuk Farida mengusap bibir Reina, mulut Reina terbuka ,
dengan nafsu mengelegak kedua tangan Farida mendekap kepala Reina dan
menyumpal bibir gadis itu dengan bibirnya.
“Hesshh.. ckkkk… ckkkkkk….” Suara bibir kedua gadis itu berdecakan
semakin keras, lumatan demi lumatan bibir dihiasi oleh lidah mereka yang
saling membelit satu sama lain. Setelah melepaskan pakaian masing
masing Farida menarik Reina kearah kursi sofa.
Reina menjatuhkan dirinya ke sofa, tubuh gadis itu meliuk-liuk dengan
indah seolah-olah mengundang Farida untuk segera menggeluti tubuhnya.
Farida menggerakkan jari telunjuknya di lutut Reina kemudian dengan
perlahan terus naik ke atas, Reina mengangkangkan kedua pahanya ketika
telunjuk Farida mulai nakal merayapi permukaan Vaginanya.
“Ahhhhh… Far…, enakkkk…” Reina mendesis keenakan ketika jari telunjuk Farida mengulas-ngulas belahan vaginanya.
Reina memekik kecil ketika mulut Farida mengecup bibir vaginanya dengan kasar.
“Ahhhh, Aduhhhh Far… aduhhhhhhhh… Hiiiiiiiii… Ahhhhh!! Creeeettt…
Cretttttt” Reina mengangkat pinggulnya ke atas, Farida menyeruput cairan
gurih itu dari vagina Reina.
Farida naik mengangkangi kepala Reina,
“Reiiiiiiii…., Ahhhhhhhhh…. Heeehhhhhhssssttttt…” Farida menekan-nekankan lubang vaginanya ke mulut Reina.
Reina terkadang menggigit bibir vagina Farida dengan lembut, lidah Reina mengait-ngait klitoris Farida
“Uhhhhhh…. Crrrtttt… Crrrrrrrr” Farida tiba-tiba terengah-engah,
sesekali tubuhnya menggelinjang ketika Reina menghisapi cairan-cairan
gurih dari lubang vaginanya.
Farida mensejajarkan posisi tubuhnya di atas Reina, kedua gadis itu
saling berpelukan dengan mesra. Reina menengok kearah pintu kamar ketika
mendengar suara teriakan dari dalam kamar.
“Uhhhh….sabar Viii…, sabar…..” aku agak miris melihat wajah Vivi yang merah padam.
“Awwwww……” Vivi melemparkan BHnya keatas lantai, tubuh Vivi yang sudah
telanjang bulat dengan buah dadanya yang besar melangkah
menghampiriku, kemudian ia mendorong tubuhku keatas ranjang. Aku menahan
nafas ketika Vivi melompat menerkamku. Dengan bernafsu Vivi menggusur
tubuhku ke tengah ranjang.
“Uhhhhh……” Akhirnya tangan Vivi merengut penutup tubuhku yang
terakhir, kain segitiga itu tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya,
melindungi wilayahku yang paling sensitif dari kebuasan Vivi.
“Tenanggg… Viii tenang….waduhhh!!” kedua tangan Vivi mencekal
pergelangan tanganku dan menekan kedua tanganku di samping kepalaku.
Buah dada Vivi yang bongsor namun kencang, menghimpit buah dadaku yang
mungil, “Vivi Meeemmmm Emmmmmmm” Vivi mengulum bibirku dengan kuat,
tubuhku yang semula berontak kini lemas kehabisan tenaga, dengan liar
Vivi melampiaskan nafsunya menggeluti buah dadaku. Kecupan kecupan Vivi
yang liar pada buah dadaku berubah menjadi kecupan-kecupan lembut, Vivi
mengenyot puncak payudaraku dengan lembut, lidahnya bermain-main
mengorek-ngorek puting susuku yang sudah mengeras. Ciuman Vivi kini
turun ke bibir vaginaku, lidahnya mengulas-ngulas klitorisku dengan
giat, sesekali diciuminya bibir vaginaku dengan rakus.
“Ehhh…Crrrrrrrrttt…..Crrrttttt ttttt….” Aku mengejang kemudian mengeliat keenakan,
“Ha Ha Haaaa….” Vivi tertawa kecil kemudian kembali menindih tubuhku,
ia membelai-belai rambutku, sambil sesekali mengecupi bibirku.
Mataku terasa berat.
Sudah dua murid cantik yang menjadi korban kebuasan para guru tak bermoral itu.
“Ehmmm” aku mendadak tersadar, entah kenapa tanganku menggambar sebuah penis yang sedang terikat tali simpul.
Setelah menutup buku harianku, kubaringkan tubuhku di atas ranjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar