Aku dibesarkan dengan hanya 2 bersaudara. Hanya aku dan adik laki-laki yang kini sedang bersekolah diluar kota. Suatu waktu,Ayahku mempunyai seorang teman yang sedang tertimpa masalah. Dibui karena tuduhan penipuan,dan rumahnyapun disita oleh bank. Teman Ayahku itu hanya tinggal dengan seorang putrinya. Istrinya telah lama meninggal. Sebelum tertimpa musibah,teman Ayahku itu dan putrinya sering main kerumah. Jadi kami cukup akrab.
Anak teman Ayahku itu bernama,Rani. Masih duduk dibangku SMU kelas 10 atau setara dengan kelas 1. Karena rumahnya telah disita,maka Rani tak ada tempat tinggal tetap. Karena memang jauh dari saudara2nya. Sedangkan Rani masih harus meneruskan sekolahnya. Maka,Ayahku menawarkan bantuan agar Rani tinggal dirumahku untuk sementara hingga Ayahnya bebas. Dan selama itupula biaya sekolah dan segala sesuatunya ditanggung oleh Ayah. Maka,sejak bulan Januari 2012 itulah Rani menjadi adik angkatku.
Rani awalnya masih nampak canggung tinggal dirumah. Namun seminggu berlalu,ia mulai terbiasa dan mulai sering bercanda denganku. Memang dasarnya Rani bisa dibilang sedikit badung,jadi kami cepat akrab. Apalagi rumahku seringnya dalam keadaan sepi. Hanya ada seorang pembantu. Aku juga terkadang seharian berada dirumah setelah manggung dr luar kota. Kebetulan,selama seminggu itu aku free day. Jadi kumanfaatkan untuk bersantai dirumah. Ayah juga masih berada diluar kota,dan ia berpesan agar aku juga skalian mengawasi rumah.
Siang itu setelah aku pulang dari rumah seorang teman,sampai dirumah kulihat rumah dalam keadaan sepi. Karena aku membawa kunci duplikat rumah,maka aku langsung nyelonong masuk. Niatnya aku hendak bersantai sambil menonton Tv diruang tengah. Namun,karena ada “suara” yang menarik perhatianku,kuurungkan niat menonton Tv tersebut. Suara itu berasal dari kamarku. Bagiku,suara itu lebih mirip dengan suara desahan atau rintihan. Karena penasaran,akupun langsung membuka pintu kamarku tersebut,karena memang tidak kukunci. Aku heran,siapa yang berani masuk kekamarku tanpa ijinku. Dan ternyata...apa yang kulihat memang sungguh menakjubkan.
Rani dengan tubuh telentang diatas kasurku,dengan tubuh nyaris telanjang. Dan hebatnya lagi,komputerku dalam keadaan menyala dengan pemandangan film bokep yang masih berputar. Dan lebih hebatnya lagi,Rani tampak bengong dan kaget melihat keberadaanku,hingga dia lupa dengan kondisinya. Tangan kanannya masih berada diselangkangan,yang kutebak dia tadi tengah ber-masturbasi. Duuaar....mungkin Rani merasa bagai disambar petir. Malu bukan main dan bercampur panik,takut,dll.
“Ehh...sori...sori... aku ga tau kamu ada disini. Kamu lagi ngapain ?”,tanyaku bego.
“Emm....maaf...maaf...Kak.”,jawab Rani sembari berpakaian dengan panik.
“Eitss...mau kemana? Duduk dulu sini.”,ujarku mencegah Rani keluar dari kamarku.
Rani terdiam dengan wajah tertunduk malu.
“Aku tau kok apa yang tadi kamu lakuin. Ya...wajar lah. Tapi yang aku heran,kenapa kamu bisa tau kalo di komputerku ada film bokep? Padahal aku kasih foldernya beda lho.”,tanyaku.
“Emmm...itu,Kak. Kemarin aku sempet liat dikit komputer Kakak lagi keadaan nyala. Pas mau aku matiin,kebuka folder bokepnya yang belum Kakak tutup.”,ujarnya.
“Ohh...trus,kamu tadi liat apa aja? Ampe segitunya.”,tanyaku.
“Aduhh..Kak. Rani Malu. Maaf,Kak...Maaf ya...Plis...Jangan kasih tau ini ke siapa-siapa ya,Kak.”,ujarnya.
“Boleh...tapi ada syaratnya.”,jawabku.
“Apa itu,Kak? Rani mau deh ngelakuin apa aja,asal Kakak jangan bilangin ini kesiapa-siapa,terutama ke Ayah.”,balasnya.
“Apa aja ? Bener?”,tanyaku lagi.
“Iya. Apa aja,Kak...”,sahutnya.
Setelah mendapat kepastian,akupun mengajukan “syarat” prosedur standard ku.
Rumah memang dalam keadaan sepi. Pembantuku pasti jam segini biasanya berada dirumah Tanteku untuk bantu2 usaha Tanteku di bidang katering. Setelah terdiam cukup lama,Rani bertanya.
“Apa,Kak syaratnya ? Bilang donk? Atau ga usah syarat aja?”,tanyanya.
“Enak aja. Ada syaratnya lah. Gini. Pertama,aku mau lihat kamu dalam keadaan kayak tadi.”,jawabku.
“Yang gimana,Kak?”,tanyanya.
“Aduhh...kamu ini. Buka pakaian kamu. Trus telentang disana. Kamu tadi kan kayak gitu.”,jawabku.
“Ihh...syarat yang lain aja ya,Kak. Rani malu. Nggak mau ahh..”,sahutnya.
“Nggak mau ya udah. Aku juga nggak maksa.”,jawabku.
“Eh...iya..iya...Rani mau deh. Tapi jangan dibilangin sapa-sapa ya,Kak.”,balasnya.
Rani kini membuka pakaiannya,hingga tertinggal bra dan cd yang melekat ditubuhnya. Ia pun langsung duduk dipinggir ranjang. Rani memiliki wajah yang manis. Dengan tubuh mungil namun tidak kurus. Mempunyai toked yang lumayan lah nggak tocil2 amat. Berkulit bersih,kuning langsat. Aku berjalan menghampirinya. Setelah itu aku bertanya.
“Ran...kamu itu pernah ML ? Kok tau beginian ?”,tanyaku.
“Pernah,Kak. Tapi cuma dua kali dulu sama pacarnya Rani. Rani belum bisa yang kayak begini-begini.”,jawabnya.
“Ohh...trus ? Kok bisa nonton bokep sgala sambil main2 diselangkangan?”,tanyaku setengah bego.
“Emm....Emm... belajar,Kak.”,jawab Rani sekenanya.
“Belajar kok belajar gituan. Daripada belajar sambil nonton,aku bisa bantuin kamu belajar kok.”,jawabku mulai melancarkan jurus maut.
“Diajarin apa?”,tanyanya.
“Ya apa yang kamu lihat dan pengen bisa. Praktek skalian langsung.”,jawabku seenaknya.
“Ahh...Kakak becanda ahh...”,balasnya.
“Serius kok,Ran.”,jawabku pelan.
Rani bengong melihat dan mendengar jawabanku. Entah kenapa,siang itu pikiranku menjadi mesum. Toh...bukan salahku juga. Hahahaha.... Terus salah siapa donk ?
Aku mulai mendekatkan bibirku ke bibir Rani. Kuberanikan menciumnya. Diapun membalas. Rupanya Rani sudah mahir dalam French-Kiss. Setelah beberapa menit berlalu,sambil masih berciuman,kucoba melepas pengait bra Rani dan terlepaslah bra itu. Rani diam saja.
“Gimana? Aku ajarin deh. Kan skalian. Jadi ga usah nonton begituan. Langsung praktek.”,ujarku.
Rani hanya mengangguk pelan. Setelah itu,kami berciuman kembali. Ciumankupun merambat kearea lehernya dan turun kebawah. Kulihat payudara Rani yang putih mulus itu. Payudara itu masih bulat dan kencang. Ya,,,namanya juga masih ABG.
Putingnya berwarna kemerahan. Segera saja kuciumi dan kujilati payudara itu. Kuhisap pelan putingnya yang menggairahkan itu.
Lalu,kutidurkan Rani terlentang. Ciumanku dari payudara semakin merambat kebawah. Menuju lembah kenikmatan. Kupelorotkan cd yang dipakai Rani. Setelah cd terlepas,tampaklah vagina Rani yang masih ranum itu. Jembinya masih ditumbuhi bulu halus yang sedikit. Kujilat pelan bibir vagina itu. Lalu,kuhisap klitorisnya yang kecil namun sudah menegang itu. Rupanya Rani telah “basah” dengan adegan awal tadi. Akupun meng-oral Rani cukup lama. Rani hanya mendesah pelan. Tangannya sesekali menjambak rambutku. Setelah beberapa menit,kusudahi adegan itu. Akupun segera melucuti pakaianku,hingga telanjang bulat. Penisku yang menegang itu menarik perhatian Rani. Ia berulang kali melirik kearah “pusaka” milikku itu. Aku berdiri disisi ranjang,Rani kuminta duduk menghadapku. Dan kusodorkan penisku kearahnya. Namun tak juga disambut oleh mulut Rani,melainkan hanya digenggamnya dan dikocoknya sesekali.
“Em...anu,Kak...Rani belum pernah ngemut ini. Rani belum bisa.”,ujarnya.
“Oh...ya skalian aja belajar. Kamu coba2 sendiri,asal usahakan jangan bergesekan dengan gigi ya.”,jawabku.
Ranipun mulai menjilati batang penisku. Berbekal dari arahanku,ia pun menghisap penisku. Butuh waktu beberapa menit,hingga Rani mulai terbiasa dengan penisku berada didalam mulutnya. Memang terkadang masih terkena gigi,namun lumayanlah....
Setelah acara BJ itu,akupun berbaring terlentang. Kuminta Rani duduk diselangkanganku. Rani pun mencoba memasukkan penisku kedalam vaginanya. Perlahan-lahan ia bergerak. Lalu,setelah penisku terbenam seluruhnya,ia mulai menggerakkan tubuhnya naik-turun dengan pelan.
“Kamu atur aja sukanya gimana,Ran. Kalo mau cepet,ya kamu cepetin.”,ujarku.
Rani pun mulai bergerak berirama. Sesekali ia bergerak cepat,sesekali pelan. Dari mulutnya mulai keluar suara2 desahan dan rintihan.
“Mpphh...Mpphh.....”,rintihnya.
Vagina Rani masih sempit. Terasa nikmat kurasakan. Tak lama kemudian,mungkin karena lelah bergerak,Rani bersimpuh ditubuhku. Kini giliran aku yang harus bergerak naik-turun. Rani merapatkan tubuhnya. Dari mulutnya yang berada tepat disamping telongaku,aku bisa mendengar rintihannya.
“Aggh....Agghh......Mpphh....”,rintihnya pelan.
Beberapa menit berlangsung,lalu kuminta Rani berbaring terlentang. Perlahan,kumasukkan penisku. Rani mendesah saat penisku memasuki vaginanya. Memang masih sempit vagina Rani ini.
Setelah beberapa gerakan,penisku mulai lancar keluar-masuk didalam vagina Rani. Rani melingkarkan tangannya dileherku. Aku terus bergerak menusuk-nusukkan penisku kedalam vagina Rani. Tak berapa lama,Desahan Rani terdengar lebih kencang. Tangannya mencengkeram pundakku.
“Oggh....Oggh.....Mpppphh.....”,desahnya.
Rupanya Rani orgasme. Cairan vaginanya terasa hangat melumuri penisku yang masih tertancap didalamnya. Aku terus bergerak.
“Ran,kamu udah pernah ngerasain sperma?”,tanyaku.
“Belum,Kak. Emang kayak gimana rasanya?”,tanya dia.
“Ntar ya... Begitu aku mau keluar,kamu buka mulut.”,jawabku.
“He’eem...Teruss,Kak... Keluarin....Kak...Agghh....”,balasnya sambil mendesah karena gerakanku makin kupercepat.
Sesekali aku menjilati puting payudara Rani. Aku masih terus bergerak cepat,dan akhirnya segera kucabut penisku,lalu kusodorkan kearah mulut Rani.
“Buka mulutnya,Ran...”,pintaku.
Rani membuka mulutnya. Dan....
CROOT...CROOTTT...CROOOT....
Muncratlah spermaku diwajah dan mulut Rani. Beberapa muncratan tampak mendarat di pipi dan dahi Rani. Sebagian lagi masuk kedalam mulut Rani. Rani tampak menelan cairan kentalku tersebut.
Lalu,aku mendekatkan penisku kemulutnya.
“Hisap ya,Ran...Dijilatin juga...”,kataku.
Ranipun menuruti. Dia mulai menghisap kepala penisku. Sesekali dijilatinya hingga membuatku merasa kegelian menahan nikmat.
Proses pembelajaran tingkat pertama sukses.
Setelah selesai membersihkan sisa2 spermaku,Rani berbaring disebelahku.
“Kak...jangan kasih tau kesiapa-siapa ya...janji lho...”,ujarnya.
“Iya...janji.”,jawabku.
Gila aja,pikirku. Kalo aku mengatakan hal ini,terang saja aku juga bakal kena malu.
“Tapi gimana tadi ? Enak kan ?”,tanyaku.
“Enak,Kak. Sperma itu asin ya,Kak. Baru tahu aku.”,katanya.
Aku hanya tersenyum. Setelah beberapa jam kami beristirahat karena tertidur,Rani membangunkanku. Dengan cara menghisap penisku yang akhirnya mau tak mau aku dan si “adek “ langsung bangun. Rupanya Rani penasaran dengan cara Bj. Ia mencoba belajar,namun yang ada jelas membuatku terbangun. Akhirnya ujian ronde kedua pun dimulai.
Hari itu kami melakukan sekitar 4x. Siangnya 2x. Dan malamnya,Rani kuminta tidur dikamarku. Dan 2x lagi terjadi hal serupa. Hingga kini,kalau memang kondisi rumah memungkinkan,kami sering melakukannya.
Benar-benar beruntung mendapat adik angkat seperti Rani.
Polos...namun juga nakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar