Nama saya Roy W, ciri-ciri saya adalah sebagai berikut: berbadan kecil,
wajah tidak menarik dengan kacamata serta penakut, tapi saya jago gambar
bahkan juara di sekolah saya. Ini adalah pengalaman nyata saya, nama
dan tempat sudah saya samarkan.
Kisah ini terjadi kira-kira 2
tahun lalu di SMA saya di kota tempat tinggal saya waktu itu. Waktu itu
saya mempunyai pacar bernama.., anggap saja Novita namanya. Ternyata SMU
itu benar-benar gila, terutama mengani hal yang akan saya beberkan
nantinya dan juga ternyata Novita mempunyai ayah yang juga gila. Maka,
teman-teman bacalah cerita berikut di bawah ini untuk mengetahui
kenyataan yang gila ini di kota kelahiran saya.
Kisah ini dimulai
ketika saya masih kelas 1 SMU di SMU XX(edited). Saya melihat Novita
ini pertama kali di sekolahnya, dan saya rasa memang saya telah jatuh
cinta pada pandangan pertama. Yah.., memang kami berlainan sekolah
tetapi kami berumur sama.
Singkat cerita, akhirnya kami jadian
karena memang sama-sama suka. Tapi kira-kira setelah sekitar 3 minggu
kami jadian, terjadilah peristiwa itu. Waktu itu saya menjemputnya di
sekolahnya karena dia ada kegiatan sore. Saat itu hujan deras sekali,
lalu sewaktu kami berjalan menyusuri lorong sekolah tersebut,
sayup-sayup nyaris tidak terdengar kami berdua mendengar desahan-desahan
nikmat dari ruang BP.
Kami langsung saja memberanikan diri untuk
mengintip apa gerangan yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Dan kami
berdua sangat kaget, karena ternyata Pak Yono (sebut saja) dan Bu Ninik,
guru BP di sekolahnya Novita tersebut sedang pesta seks di ruangan
sempit nan pengap tersebut, dan tidak menyadari adanya 2 makhluk muda
belia ini yang mengintip.
Tapi mendadak saya merasakan seseorang
memukul kepala saya sehingga saya merasakan pening yang amat sangat di
kepala dan terjatuh pingsan. Ketika bangun saya sedang duduk di kursi
ruangan BP tersebut dalam keadaan terikat. Dan sungguh setengah mati,
saya tidak dapat mempercayai pemandangan yang tersaji di hadapan saya
waktu itu.
Saya melihat Pak Yono sedang asyiknya menjilati
klitoris pacar saya Novi, Bu Ninik sedang memilin-milin puting Novi dan
Pak Eko sedang 'mengerjai' lubang anus Pak Yono dari belakang. Pak Yono
pun menjerit keenakan. Bu Ninik juga ikut mendesah-desah sendiri sambil
terus memilin puting Novi, sedangkan Novi sendiri menangis
sejadi-jadinya, tapi saya dapat melihat bahwa sebenarnya dia sendiri pun
menikmati permainan gila tersebut. Bahkan yang lebih gila lagi, saya
sendiri pun semakin lama semakin menikmati sensasi yang diciptakan oleh
permainan mereka.
Lalu Bu Ninik mendekati saya dan langsung
melepaskan celana saya dan membebaskan kemaluan saya yang langsung
mengacung tegak melawan gravitasi dan mulai memaju-mundurkan kepalanya
mengulum penis saya. Saya pun menggelinjang keenakan sambil berteriak.
Hingga akhirnya, "Crutt.. crott.. croot..!" saya pun menyemburkan sperma
saya di wajah Bu Ninik.
Oya, sebagai informasi saja, batang
kemaluan saya berukuran 6 cm ketika ereksi, memang tidak termasuk besar
sih, tapi paling tidak masih dapat ejakulasi.
Lalu saya melihat
ke arah Pak Yono dan Pak Eko, dan ternyata mereka masih melanjutkan aksi
mereka sampai akhirnya Pak Yono pun terkulai lemas keenakan. Waktu itu
Pak Eko mengeluarkan spermanya di mulut Pak Yono. Saya sendiri heran,
padahal penampilan Pak Yono ini benar-benar sangar, dengan kumis yang
subur dan tampang killer, tapi ternyata dia dapat menikmati adanya
kemaluan pria lainnya di lubang anusnya.
Akhirnya kami
diperbolehkan pulang setelah diancam bahwa mereka akan mengeluarkan Novi
dari sekolah dan akan membunuh saya apabila kami membocorkan hal yang
barusan terjadi kepada orangtua kami. Saya sebenarnya memang takut dan
tidak berani melawan, karena saya memang tergolong orang yang penakut.
Kami
pulang dengan perasaan yang kacau dan tidak karuan, Novi masih
terus-terusan menangis sambil memegangi kelaminnya yang mungkin masih
perih sehabis dijilati Pak Yono. Saya pun memutuskan untuk tidak
meninggalkan Novi karena memang saya sangat mencintainya dan saya tidak
ingin membuatnya lebih sedih lagi dengan kepergian saya dari sisinya.
Kira-kira
2 bulan setelah hal itu, saya main ke rumah Novi waktu malam Minggu
untuk memberikan hadiah valentine. Ketika sampai di depan rumahnya yang
terletak di pinggir jalan besar, saya memencet bel pintu berkali-kali,
tapi anehnya tetap saja tidak ada yang membukakan. Akhirnya saya nekat
meloncat pagar dan masuk ke dalam rumah lewat garasi dan masuk ke ruang
utama. Tidak ada seorang pun di sana.
Lalu saya samar-samar
mendengar teriakan-teriakan kecil yang tertahan dari kamar utama. Dan
betapa kagetnya saya ketika melihat bahwa ayah kandung Novi sendiri yang
bernama Pak Subi masih menjilati vagina Novi sambil meremas-remas susu
mungilnya itu. Saya ingin melabrak mereka tapi saya tahan karena
disamping rasa penakut saya yang amat sangat ini, saya sebenarnya juga
ingin terus melihat apa yang selanjutnya akan terjadi.
Sambil menelan ludah, saya melihat ayahnya menjilati klitoris mungilnya yang berwarna merah darah itu dengan sangat ganasnya.
Novi
kelihatan sungguh-sungguh menikmatinya, karena dia berteriak-teriak,
"Aach.. ahh.! Pahh..! Terus Pahh..! Jilat terus Pahh, ahh.. uhh.. ahh..!
Aduh.. enakk.. enakk.. Novi.. ampiirr.. keke.. kekeeluarr.. Aahh..!"
Lalu
Om Subi membalik tubuh novi menjadi posisi doggy style dan
merenggangkan paha Novi sehingga saya pun dapat melihat dengan jelas
tampak dalam vagina Novi yang sangat menggiurkan itu.
Karena
mungkin sudah tidak tahan, Om Subi langsung menyogok vagina Novi dengan
sangat kerasnya sehingga Novi pun berteriak menahan sakitt, "Ahh..!
Sakitt.. Pahh..!"
Om Subi tidak memperdulikan teriakan anak gadisnya
dan terus memompa batang kemaluannya ke dalam vagina Novi secara teratur
dan mengeluarkan erangan-erangan tertahan.
"Ahh.. ahh.. ahh.. enak Vii.. tempikmu sungguh enak..! Lebih enak.. daripada Mamimu waktu perawan."
Dia
lalu berganti posisi lagi menjadi posisi 'climbing a tree', dan memompa
Novi dari bawah sambil memeluk tubuh mungil Novi dengan kencang, lalu
akhirnya mereka berganti posisi lagi menjadi gaya 69 dan dia menjilati
vagina Novi lagi.. dan lagi. Novi sendiri pun menikmati sensasi tersebut
dan mulai mengulum batang kemaluan ayahnya.
Hingga akhirnya Om
Subi pun tidak dapat menahan dorongan dari dalam batang penisnya dan
berteriak, "Aahh.. akuu keluarr.. nikkmaatt.. sekallii.. ahh..!"
Novi pun tampak kaget, tapi karena kepalanya terus ditekan oleh ayahnya, maka mau tidak mau dia harus meminumnya sampai habis.
Novi hanya berkata, "Gurih Pah.., aku juga udah keluar ya..?"
Om Subi menjawab, "Iya Nov, punyamu juga gurih banget."
Lalu mereka tertidur bersama, mungkin karena kelelahan.
Ketika
saya ingin berbalik dan bermaksud meninggalkan tempat ini dengan
perasaan sangat bingung, ternyata saya baru sadar bahwa sudah dari tadi
Mamanya Novi mengawasi dari sofa di belakang saya tanpa sepengatauan
saya.
Dia berkata, "Ryo, bagus ya pertunjukkannya..?"
Saya pun termenung tanpa dapat menjawab karena sangat ketakutan.
Tapi
tanpa diduga, ternyata dia mendekat lalu melepas celana saya dan mulai
mengulum batang kemaluan saya. Terang saja saya yang sudah dari tadi
menahan nafsu karena pertunjukkan ayah dan anak tersebut sangat
menikmati kulumannya.
Saya pun mendesah tidak karuan, "Ahh.. ahh.. Taan.. Tee.. enaakk.. bangett.. sih.. kuluman.. nyyaa.. ahh..!"
Dan dia pun malah mempercepat frekuensi kulumannya sambil membuka bajunya sendiri satu-persatu.
Lalu
saya diajaknya ke ruang kerja yang terletak di depan dengan alasan agar
tidak membangunkan Om Subi dan Novi. Saya pun menurut seperti
dihipnotis dan mengikutinya dari belakang. Lalu di sana dia langsung
mengocok-kocok batang kemaluan saya sambil membimbing tangan saya yang
satu lagi untuk dimasukkan ke lubang senggamanya. Maka saya pun mulai
mengocok liang senggamanya yang sudah sangat becek itu keluar masuk.
Dia
pun menggelinjang-gelinjang tidak karuan dan berteriak-teriak kecil
takut kedengaran, "Ahh.. achh.. enak.. Ryo.. enakk.. teruuss..! Lebih
cepet..!"
Saya pun mempercepat temponya dan dia mempercepat tempo
kocokannya pada batang penis saya dan meremasnya keras-keras. Akhirnya
dia bilang sudah tidak tahan dan minta agar batang kemaluan saya
dimasukkan saja, padahal saya sendiri pun malah sudah hampir keluar. Dia
pun membimbing penis saya dan diarahkan ke lubang senggamanya. Masuknya
kemaluan saya ke lubang senggamanya diiringi dengan teriakan kami
berdua.
Saya tidak dapat menggambarkan situasinya waktu itu, yang
pasti vaginanya memang sudah lebar dan sangat-sangat basah. Tapi saya
cuek saja karena saya pikir kapan lagi saya dapat mempunyai kesempatan
seperti sekarang ini, yang penting kan sudah ngerasain begituan.
Akhirnya
saya keluar duluan di dalam, karena saya memang sudah tidak kuat.
Karena Tante belum puas, dia meminta saya untuk menjilati vaginanya itu.
Maka saya turuti saja menjilati vagina Tante sampai dia kejang-kejang
kenikmatan karena sudah puas, walaupun banyak putih-putih di dalamnya
dan berbau busuk yang saya sendiri tidak tahu itu apa sampai sekarang.
Setelah
itu saya disuruh pulang oleh Tante karena hari sudah mulai malam. Saya
pulang dengan perasaan yang bahkan lebih kacau daripada pengalaman saya
sebelumnya dengan guru-guru BP itu. Akhirnya saya pun memutuskan untuk
tidak berhubungan dengan Novi dan kerabat-kerabatnya lagi karena mereka
benar-benar keluarga gila.
Saya sekarang sudah di SMU kelas 3,
dan kabar terakhir yang saya dengar dari teman saya di sekolahnya Novi
ternyata sampai sekarang Novi dan guru-guru BP tersebut masih sering
melanjutkan aksi gila mereka. Dan yang lebih gila lagi, Om Subi pun
ikut-ikutan juga. Kalau mengenai Mamanya Novi, dia sekarang jarang
pulang rumah dan hunting gigolo-gigolo muda di Jakarta.
Saya
hanya dapat mendesah karena kecewa dengan mereka, saya harap mereka
dapat bertobat. Ingin rasanya melaporkan perbuatan bejat guru-guru BP
tersebut dan juga Om Subi pada yang berwajib. Tapi apa daya, saya
sendiri benar-benar penakut, bahkan sampai sekarang pun masih sangat
penakut. Biarlah Tuhan yang menegur mereka, saya hanya dapat duduk di
sini sambil mengocok membayangkan Tante (Mamanya Novi) di dalam WC.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar