Menurut Wen, sepeninggalku dari sana, banyak kejadian yang dialaminya,
terutama mengenai kehidupan seksualnya. Salah satunya adalah kejadian
ini yang terjadi hampir setahun lalu. Menurutnya waktu itu dia baru saja
disunat, dan setelah sembuh, banyak teman yang menggodanya agar mencoba
memakai 'burung'nya untuk melakukan hubungan seks, menurut mereka
sebagai 'pemanasan' atau 'percobaan' atau apalah istilahnya. Demikian
pula di sekolah, banyak teman-temannya yang menawarinya hal-hal yang
berbau seks, terutama majalah porno, cerita-cerita stensilan, VCD BF dan
lain sebagainya. Wen mengganggapnya biasa saja, karena anak baru gede
pasti begitu, demikian pula dirinya, kadang-kadang dia juga onani kalau
sedang bernafsu, apalagi kalau soal melakukan seks, dia pernah juga
melakukannya meskipun tidak normal seperti dalam "berburu burung".
Keluarga
Wen terdiri dari empat orang, yaitu orang tua, kakak cewek
satu-satunya, Ris namanya yang masih duduk di kelas II SMU, dan Wen
adalah bungsu. Papa dan Mamanya adalah PNS. Sebuah keluarga yang bahagia
sebenarnya, hanya saja banyak orang yang bilang bahwa mamanya agak gila
dan sering kambuh jika keinginannya tidak terpenuhi. Tetapi meski
begitu Mamanya sangat menyayanginya, sehingga Wen tumbuh menjadi anak
yang manja dengan Mamanya.
Waktu itu bertepatan dengan ulang
tahun Mamanya, setelah pesta kecil-kecilan yang dilakukan sepanjang sore
hingga malam, seluruh anggota keluarga Wen minum suplemen makanan untuk
menjaga kesehatan dan capeknya cepat hilang, meski besoknya hari
Minggu, karena biasanya hari itu malah banyak acara terutama acara
keluarga. Namun efek yang dirasakan Wen agaknya lain, dia jadi enggak
bisa tidur, sudah tiduran beberapa lama tetap saja dia tidak bisa
memejamkan matanya. Akhirnya dia mencoba onani saja biar capek sekalian
tapi bisa cepat tidur dan istirahat, seperti yang hari-hari biasa dia
lakukan onani bila tidak bisa tidur.
Wen melepasakan seluruh
pakaiannya seperti biasa, agar tidak terkena cipratan sperma, sebagai
gantinya diambilnya sapu tangan untuk tempat menampung keluarnya sperma
nantinya. Kemudian dia telanjang, diranjang dan diletakkannya saputangan
diatas perutnya dan dia mulai meremas kelaminnya, mengocok penisnya
pelan-pelan, diselingi mengusap dadanya sambil membayangkan film-film
porno yang pernah ditontonnya atau mengingat apapun yang dapat
menimbulkan nafsunya. Hingga tak lama kemudian mulai dia mempercepat
kocokannya karena nafsunya sudah membumbung dan rasanya spermanya juga
mau segera keluar, tiba-tiba dia mendengar langkah kaki menuju kamarnya.
Sudah begitu dia baru ingat kalo lupa mengunci pintu, mau menuju pintu
untuk mengunci langkah itu sudah didepan pintunya, tanpa pikir panjang
diapun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, karena paling-paling
yang datang Mamanya.
Ternyata benar Mamanya, Wen pun pura-pura
tidur dengan agak memicingkan mata agar bisa memperhatikan apa yang
dilakukan Mamanya, meski penisnya bekedut-kedut karena mau keluar sperma
dia coba menahannya. Mamanya menuju ke ranjangnya, dan duduk ditepi
kemudian mencium keningnya, terus berusaha merapikan selimutnya. Saat
itulah terlihat penis Wen yang tegang terlihat Mamanya.
"Loh anak ini kok tidur telanjang sih", gumamnya.
"Kontolnya mengacung menantang lagi", sambil memperhatikan anak lelakinya itu.
Wen diam saja.
"Ehm ini keluar cairannya lagi", katanya lagi sambil memegang penis Wen.
Saat itulah Wen pura-pura terbangun.
"Ada apa Ma?", tanya Wen pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Kamu
itu lho, tidur kok gak pake baju, emang kepanasan, nanti malah masuk
angin lagi, apa kamu memang lagi main-main dengan kontolmu itu?", tanya
mamanya memberondong.
"Iya Ma, Wen mau onani, tapi keburu Mama datang", Wen tidak bisa mengelak.
"Tadi Wen gak bisa tidur sih Ma"
"Ooo begitu, ya sudah kalau begitu biar Mama bantu", sambil berusaha meraih dirinya.
"Tapi, enggak usah Ma, entar.."
"Nggak usah tapi-tapian", potong mamanya.
Tangannya
pun sudah meraih penis Wen dan mulai mengocoknya. Wen hanya bisa diam
dan keheranan dengan apa yang dilakukan mamanya, hingga tak lama
kemudian sudah terdengar desisnya yang tak jelas dari mulut Wen.
"Wen, kontolmu besar juga ya?", puji mamanya.
"Dikocokin sama Mama enak ya?".
Wen hanya mengangguk dan menatap langit kamar sambil membuka mulutnya mengeluarkan desisan.
"Kalo
mama beginikan, gimana?", katanya seraya mendekatkan kepalanya ke
selangkangan Wen dan memasukkan penis anaknya itu ke mulutnya, dikulum
beberapa saat kemudian dihisapnya dalam-dalam sebelum menjilatinya.
Kali ini Wen tidak hanya mendesis tapi bersuara meski ditahannya sehingga tak jelas didengar,
"Ma
enak banget Ma, ah uhh", gumamnya sambil berkelojotan, menggoyang
pinggulnya ke kanan dan ke kiri, sementara nafasnya memburu tak
beraturan.
"Ehm ehm, ternyata begini ya? yang dilakukan mama dan anaknya?"
Tiba-tiba suara papanya sudah ada di belakang meraka, mereka tak menyadari karena terlalu keasikan.
"Papa.." ucap Wen dan mamanya hampir bersamaan.
"Ini
Pa, anakmu kan sudah gede nih, belum tahu namanya seks, jadi mama coba
ajari biar gak kuper sekalian ngetes normal nggak dia", kata Mamanya.
"Ooo gitu, tapi kok sampai kayak gitu"
"Biar
dia juga punya pengalaman, kan lebih baik kita yang memberitahu,
daripada orang lain yang mengajarinya entar malah salah", jelas mamanya
sambil melanjutkan mengulum penis anaknya itu.
"Ya sudah, biar Papa lihat", meski begitu terlihat celana kolornya agak menonjol tidak seperti biasanya.
Agaknya
papanya juga terangsang melihat apa yang dilakukan Mama dan Wen atau
memang sedang bernafsu ingin bersetubuh. Kemudian dia mendekatkan
mulutnya ke kepala Mama.
"Ma, sebenarnya Papa juga pingin", bisiknya.
"Papa sudah terangsang nih"
"Ya gantian ya Pa", jawab Mama.
Sementara
Wen yang dari tadi hanya mendengarkan saja sudah nggak tahan spermanya
mau keluar, hingga kemudian diapun memberitahu mamanya.
"Ma, Wen mau keluar nih"
"Tahan
dulu", mamanya mengeluarkan penisnya dari mulutnya, kemudian dia
melepaskan daster tidurnya, kemudian BH-nya dan terakhir celana
dalamnya.
Melihat itu Papanya langsung protes.
"Ma, apa-apaan sih kok ikutan telanjang juga?"
"Lho pa, kan sekalian, biar dia tahu semuanya, Papa sekalian sini deh"
"Ma, Wen kan anak kandungmu, masak kamu mau melakukan sama dia", sambil mendekati istrinya.
"Pa, biar dia tahu, lagian hari ini ulang tahun mama, sekali ini saja deh Pa", rayu mama.
"Mama memang gila, tapi terserah mama deh"
"Thanks Pa", ucap mama, sambil mencium suaminya.
"Papa mau kan sekalian melakukannya disini?".
Tanpa menunggu jawaban dari suaminya dia merebahkan tubuhnya telentang di ranjang di hadapan dua laki-laki itu.
"Wen, sini sayang, gantian ini tetek Mama kamu isep ya"
Wen
segera menyodorkan kepalanya ke dada Mamanya, terus mulai menghisap
payudara mamanya yang sudah agak kencang karena sudah mulai terangsang.
Sedangkan Papanya sekarang sudah melepas celananya sehingga telanjang
juga.
"Pa, Mama dikerjain dong", pintanya.
Papanya pun langsung
menuju ke arah selangkangannya dan mulai menjilatinya, bahkan
kadang-kadang menghisapnya, sehingga suasana semakin panas saja. Mamanya
yang mulanya hanya mendesis ringan tak jarang mengeluarkan jeritan
kecil saat vaginanya dihisap suaminya, sambul tangannya sibuk meremas
pantat Wen dan juga mengocok penis Wen agar tetap menegang.
"Ah ah uh Pa, sebentar Pa beri kesempatan Wen dulu Pa", kata Mama tertahan.
"Biar Wen merasakan memek mamanya Pa".
Papanya pun segera bergeser. Demikian pula dengan Wen.
"Wen, sayang, dulu kamu lahir dari lubang ini, sekarang coba kamu rasakan nikmatnya memek Mama!", ucap Mama.
"Sekarang masukkan kontolmu ke lubang Mama Ya Wen, Mama sudah nggak tahan nih!"
"Ya, Ma", ujar Wen sembari mengarahkan penisnya yang mengacung ke selangkangan Mamanya.
Setelah
tepat di depan lubang vagina Mamanya didorongnya penisnya agar masuk,
tapi "Sret" penis Wen meleset, karena memang bibir vagina mamanya sudah
agak licin setelah dijilati Papanya, kemudian dicobanya lagi, gagal
lagi, hingga kemudian dia dibantu Papanya.
"Coba Papa bantu", katanya sambil memegang penis Wen dan mengarahkan ke vagina istrinya
"Sekarang dorong kontolmu, Wen!".
Dan "Bless" penis Wen masuk ke vagina mamanya.
"Ahh.." hampir bersamaan suara Wen dan Mamanya mendesah merasakan sensasinya.
"Sekarang maju mundurkan kontolmu di memek mama sayang", pinta Mamanya.
Wen
pun langsung tancap gas, dimaju mundurkannya penisnya, mula-mula
pelan-pelan kemudian semakin agak cepat, membuat mamanya semakin
mendesak keenakan.
"Gimana sayang rasanya, sayang?"
"Enak banget Ma", jawab Wen sambil mendengus.
Papanya pun mulai beraksi lagi, disodorkannya penisnya ke mulut mamanya yang sedang menikmati kocokan penis anaknya.
"Ma, sekarang sambil isep kontol Papa dong".
Mama
pun langsung memasukkan penis suaminya itu ke mulutnya. Melihat adegan
yang dilakukan Papa dan Mamanya tersebut membuat Wen semakin terangsang,
sehingga dia semakin mempercepat kocokannya di vagina Mamanya, sehingga
terdengar bunyi ketika pahanya bertatapan dengan paha mamanya yang
mekangkang. Mamanya juga tak segan-segan mendesah atau menjerit kecil
ketika dia keenakan, demikian pula papanya yang berulang kali mendengus
panjang ketika penisnya dihisap istrinya, demikian pula Wen yang terus
mengocok penisnya di vagina Mamanya.
"Terus sayang, cepat sedikit sayang, Mama Mau keluar nih", kata Mamanya mendesah.
Wen
pun agak mempercepat kocokannya, Terlihat Mamanya kelojotan, goyang
kanan, dan ke kiri memainkan pinggulnya sambil terus mengulum penis
Papa. Sesaat kemudian Mamanya merapatkan pahanya sehingga menjepit
tubuhnya. Wen merasakan ada cairan hangat yang keluar dari dalam vagina
mamanya, tapi dia tidak peduli, dia terus memaju-mundurkan penisnya,
hingga mamanya kelihatan melemas.
"Ma, aku mau keluar Ma", tiba tiba Wen berteriak.
"Tahan Wen, jangan dikeluarkan di dalam, biar Mama isep lagi saja"
Wen
segera menarik keluar penisnya dari vagina mamanya, "Plub" terdengar
suara penisnya keluar dari vagina Mamanya, terlihat penisnya yang
memerah berkilat-kilat karena terkena cairan vagina Mamanya.
"Pa, ganti posisi Pa", katanya sambil bangkit dari telentangnya.
"Sini wen kamu ganti yang telentang"
Wen
pun jadi telentang, penisnya yang mengacung itupun langsung dikulum
oleh mamanya, sementara Papanya mengambil tempat di belakang Mamanya dan
langsung memasukkan penisnya ke vagina istrinya dari belakang.
"Ughk", desah mamanya ketika penis suaminya memasuki vaginanya.
Papanya kemudian terus mengocokkan penisnya.
Sementara
hanya bisa mendesah dan bersuara "ah uh ugh" ketika Mamanya menghisap
penisnya semakin panjang saja, hingga dia tidak bisa menahan keluarnya
spermanya lagi.
"Ma, ah uh ahk Ma aku keluar.., Maa.."
Seiring
menyemburnya cairan putih kental dari penisnya, banyak sekali spermanya
yang keluar di mulut mamanya yang langsung ditelan Mamanya, bahkan
sampai ada yang keluar dari mulutnya, sedangkan yang masih tertinggal di
penisnya dijilati Mamanya sampai bersih tak tersisa. Wen pun mulai
melemas.
"Ma, enak banget Ma", desah Wen.
Mamanya memberikan isyarat kedipan matanya dan mencium bibirnya dengan mesra.
Tak
lama kemudian Papanyapun mencabut penisnya dari vagina mamanya itu dan
mengacungkan didepan mulutnya, dan dengan sedikit kocokan keluarlah
cairan putih kentalnya yang menyembur ke wajah istrinya bahkan ada yang
mengenai wajah Wen, sebagian masuk ke mulut istrinya dan ditelannya,
kemudian Mama mengulum dan menghisap penis suaminya itu dan
dibersihkannya penisnya dari sisa sperma yang masih menempel, sedangkan
yang ada di wajahnya diratakannya dengan mengusap wajahnya hingga
kelihatan bersih. Terlihat Papa dan mamanya puas dengan apa yang baru
saja dilakukannya.
Dengan masih telanjang ketiganya kemudian
terbaring kelelahan, kemudian mereka berpelukan bertiga, Wen yang berada
ditengah-tengah Papa dan Mamanya merasa kebahagiaan yang luar biasa
saat itu dan akhirnya ketiganya ketiduran hingga keesokan harinya.
Benar-benar malam yang penuh kenikmatan. Begitu seperti yang diceritakan
Wen kepada Fikki.
Aku hanya bisa berkata, "Gila..!".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar