Malam itu, aku hanya sendirian sedangkan suamiku harus pergi ke luar
kota dan baru saja sekitar 2 jam yg lalu diantar oleh supirku ke
Bandara. Kami belum memiliki anak walaupun sudah 3 tahun kami menikah.
Setengah mengantuk aku menuju kamar mandi untuk membersihkan muka dan
gosok gigi. Dari kamar mandi kea rah kamarku, sayup2 terdengar suara
orang berbicara di ruang tamuku yang berada di bawah. Karena penasaran
aku sedikit melongok ke bawah dari balkon melihat siapa yang sedang
berbicara. Aku sangat terkejut karena yg kulihat ternyata supirku Adi
tengah duduk di sofa tanpa menggunakan celana sedangkan Ainan sedang
berjongkok didepannya. Walaupun ruangan agak gelap tapi aku masih bisa
melihat jelas bagaimana Ainan menghisap2 batang kemaluan Adi.
Ainan adalah saudara suamiku, aku kenal dia sejak dari SMP karena
keluarganya tidak mampu maka Ainan tinggal bersama kami untuk membantuku
dan sedikit2 mengikuti kursus. Aku sama sekali tidak pernah
membayangkan bahwa diantara mereka ada hal-hal yang aneh. Selama ini
Ainan setahuku sudah punya pacar, dan Adi yg juga sudah berkeluarga
tidak pernah menunjukkan hal yang aneh2.
Rupanya Adi tidak langsung pulang setelah mengantarkan suamiku ke
bandara, aku juga tidak beranjak keluar kamar sejak suamiku pergi
sehingga aku tidak tau kalau Adi sudah kembali. Mungkin mereka pikir aku
sudah tidur lelap dari tadi sehingga akhirnya mereka berani melakukan
ini di ruang tamuku. Aku melihatnya terus. Tak sedikitpun aku berusaha
untuk menghentikan apa yang mereka lakukan. Ainan berpakaian lengkap,
hanya Adi saja yg sudah tidak mengenakan celana lagi. Batang kemaluannya
yang berwarna kecoklatan Nampak kontras dibandingkan kulit paha Adi
yang putih bersih. Sesekali Adi meminta Ainan untuk menghentikan oral
sexnya. Dari bahasa tubuhnya aku tahu Adi meminta Ainan untuk membuka
bajunya dan duduk di pahanya. Tapi Ainan terus menolak dan blowjobnya
makin liar. Cukup lama hal itu berlangsung walaupun aku pegal berdiri
aku ingin tau bagaimana akhirnya. Saat rudal Adi meledak, aku tau Ainan
sedikit tersedak, tapi karena ditahan oleh tangan Adi maka Ainan tidak
dapat melepaskan mulutnya dari batang kemaluan Adi.
Saat Ainan akhirnya bisa melepaskan mulutnya dia langsung bangkit dan
mengambil tissue yang ada di meja membersihkan mulutnya. Adi bangkit
dari sofa kesayanganku, membuka jepit rambut Ainan dan meraih rambut
Ainan yg panjang untuk membersihkan batangnya. Adi Nampak berdesis2
kenikmatan saat rambut Ainan mengenai batangnya. Wajahnya yg keenakkan
itu Nampak erotis sekali. Sedangkan Ainan diam saja mendapat perlakuan
seperti itu walaupun beberapa cairan sperma yg kental menempel di
rambutnya yg panjang. Aku sedikit2 mundur dan melangkah kembali ke
kamar. Aku tidak berani menutup pintu takut terdengar.
Semalaman aku tidak bisa tidur. Aneh rasanya wajah erotis Adi yang
merasakan kenikmatan dan batang kecoklatan it uterus menerus
membayangiku. Aku mungkin baru tertidur jam 4 pagi. Sehingga paginya aku
bangun kesiangan. Aku tidak mandi di kamar mandi atas, tapi di kamar
mandi bawah agar baju tidurku bisa langsung aku taroh di keranjang baju
kotor di mesin cuci yg letaknya di dekat dapur. Ketika aku sampai di
dekat mesin cuci, lagi-lagi aku mendengar sesuatu yang mirip seperti aku
dengar tadi malam dari tempat menjemur pakaian yg letaknya tepat di
atas mesin cuci. Ini pasti ulah Adi dan Ainan lagi pikirku, pasti mereka
pikir aku belum bangun. Aku bergegas ke atas menuju kamar mandi atas.
Karena dari jendela kamar mandi atas aku bisa melihat kea rah tempat
jemuran. Sesampainya di kamar mandi atas, aku naik ke atas toilet dan
mengintip apa yg terjadi. Dari kaca nako hitam kamar mandi itu aku
melihat Ainan dan Adi berdiri membelakangi dan Adi menggenjot Ainan dari
belakang. Ahh, kok akhirnya begini? Seingatku Ainan tadi malam menolak
berhubungan sex. Pasti Adi benar2 tidak pulang dan menginap di kamar
Ainan hingga Ainan pun luluh oleh rayuan Adi pikirku. Dan lagi2 aku
tidak melakukan apa2 dan ingin melihat bagaimana akhirnya. Ainan sedikit
mendesah dan dengan segera tangan Adi membekam mulut Ainan. Tiba2 aku
ingin mengambil hpku untuk merekam kejadian ini. Pelan2 aku aku turun
kembali masuk ke kamar dan mengambil hp ku. Pada saat aku kembali di
depan jendela, entah mengapa aku melihat mereka berhenti tiba2. Adi
mencabut penisnya, Ainan bergegas memakai celana dalamnya. Adi Nampak
kebingungan mencari celana dalamnya. Pada saat Adi hendak bertanya Ainan
mengisyaratkan untuk tidak berisik dan cepat menggunakan celana
panjangnya saja. Aku masih sempat melihat Adi dalam kondisi tak
bercelana. Dan dalam terangnya pagi aku melihat jelas penis Adi. Ainan
memang tidak bugil tadi, dia menggunakan daster dan pada saat mereka
bersenggama Adi hanya menyingkap daster Ainan saja.
Aku pun turun dari atas toilet, pasti mereka tau aku sudah bangun
pikirku. Aku yang bingung harus bagaimana sempat duduk sebentar di tepi
ranjangku sambil melihat sedikit rekaman video di hp yang hanya sempat
merekam saat mereka tiba2 berhenti dan bergegas menggunakan baju. Aku
yang juga sedikit kebingungan entah kenapa malah sudah turun ke ruang
bawah. Ainan menyapaku dengan sopan “ mau sarapan Bu?”. Aku gelagapan
dan bingung ditanya seperti itu oleh Ainan, kalau aku pikir2 sekarang
rasanya aku bego juga ya waktu itu. Aku makin bingung saat melihat Adi
turun dari tempat jemur baju. Saat Adi menuruni tangga besi putar yg
dari atas, perlahan2 yg terlihat memang kakinya terlebih dulu. Dan aku
asli sempat bengong saat melihat ke celana Adi, batang penis itu
terlihat jelas masih menonjol dari balik celananya.
“Bu saya buatin minum ya?” perkataan Ainan membuyarkan bengongku. “iya
yah” sahutku gelagapan. Aku benar2 salting. Aku malah jadi sibuk
mengambil ceret air dan hendak memasak air. “Airnya sudah ada Bu” kata
Ainan. Aku mengambil ceret itu lagi dan meletakkan di atas lap. Tiba2
aku sadar kayanya benda berwarna biru tua itu bukan lap, aku mengambil
lap itu dan begonia lagi ditengah2 kecanggunganku aku membersihkan
kompor menggunakannya. Digenggamanku aku tau itu celana dalam Adi. “Sini
Bu biar saya teruskan bersih2nya, ibu minum saja” kata Ainan. Aku
menyerahkan “lap” itu ke Ainan, dan mengambil gelas untuk minum. Aku
duduk di meja makan, sambil minum dan mencoba menenangkan diri. Tapi
lagi2 buyar saat Adi bertanya kepadaku “ibu jadi pergi ke Carrefour?”
aku menatap Adi dan lagi2 pandanganku menuju kea rah celana Adi, aduh
penis yang tak menggunakan celana dalam itu sepertinya masih sedikit
tegak. “iya sekarang saja” jawabku sekenanya.
“Ainan, tolong ambilkan tas ibu ya”, Ainan bergegas ke atas. Aku lagi2
baru sadar betapa bodohnya aku menyuruh Ainan ke atas, karena sekarang
aku hanya bersama Adi. Aku tidak berani melihat wajah Adi, tapinya lagi2
mengarah ke selangkan Adi. Adi entah mengapa hanya berdiri mematung tak
jauh dari aku. Aku malu juga dibuatnya. Aku bergegas mengambil sepatu
dan berjalan keluar menuju mobil. Di depan mobilku yang ternyata sudah
siap aku mencoba membuka pintu. Ternyata masih terkunci. “Sebentar bu”
ternyata Adi sudah di belakangku sambil menghidupkan remote, kemudian
membukakan pintu untukku. Saat aku hendak masuk secara tidak sengaja
pantatku bergeseran dengan penis Adi. Aduhh masih ngaceng batinku.
Setelah dudukpun Adi kembali membuka pintu mobil “tasnya bu…..”ujarnya
datar. Tapi dari posisiku duduk yang rendah karena mobilku sedan, aku
lagi2 bisa melihat kea rah penis Adi yang masih tegang.
Adi pun masuk ke mobil kamipun berangkat. Lagi2 aku menyesali kenapa aku
tidak duduk dibelakang saja. Memang sih selama ini normalnya kalau
bepergian dengan Adi aku tidak pernah duduk di belakang, tapi kalau
sekarang pasti Adi akan tau bagaimana kikuknya aku. Dan itu lho, aku
masih saja tidak henti2nya melirik kea rah penisnya. Di perjalanan
akupun masih membayangkan saat melihatnya tadi malam dan tadi pagi.
“Bu, maaf ya. Kami keterlaluan, saya minta ibu tidak memecat saya dan
tolong jangan dilaporkan ke bapak” tiba-tiba saja Adi berbicara
memecahkan kesunyian. Aku juga baru sadar dari lamunanku. Aku Cuma diam,
aku bingung mau bicara apa. Lama aku tak mampu berkata-kata. Dan Cuma
mendengarkan penjelasan Adi yang panjang lebar tapi sumpah tak satupun
aku ingat saat ini dia bicara apa saja. Yang aku ingat dia menjelaskan
bahwa perbuatan mereka adalah suka sama suka dan apalagi aku gak ingat.
Cuma aku jadi membayangkan lagi peristiwa tadi malam, dan apa yg terjadi
sampai Ainan akhirnya mau disetubuhi Adi.
“Saya mohon ya bu ya?” ujar Adi
“kalau Adi keluar, gak bisa ketemu Ainan lagi kan?” jawabku.
“Bukan itu intinya, ya tetap saja bisalah saya ketemu Ainan. Kalau saya
keluar saya bisa janjian ketemu dia di luar rumah saat dia kursus.
Seperti yang saya bilang tadi bu, saya senang kerja dengan ibu. Ibu baik
dan cantik” Plasss kata2 terakhir Adi membuatku kaget. Lagi2 aku
melihat penisnya, walaupun tak setegak tadi tapi gundukan itu masih
menumpuk.
“Bu……” Adi memanggilku sambil secara mengejutkan tangan kirinya mendarat
di pahaku. Aku yang menggunakan rok jeans pendek itu otomatis kaget
saat tangan Adi menyentuh kulit dengkulku. Berani sekali orang ini
pikirku. “Bu………” Adi memanggilku lagi mungkin karena aku diam saja,
“Saya mohon ya Bu” tangan itu kali ini menggoyangkan dengkulku. Darahku
berdesir merasakannya. Aduuuh kenapa aku ini. Lagi2 aku Cuma diam. “Ibu
cantik dan baik, dan blab la” aku lupa dia bilang apa.
Entah apa saja lagi yg Adi katakan, tapi dalam pikiranku kenapa dia sama
sekali tidak mengatakan tidak akan mengulangi itu lagi dg Ainan. Dan
berkali2 sambil mengusap2 dengkulku dia mengatakan aku baik dan cantik.
Tanpa aku sadar tangan kananku memegang tangan kirinya yang ada di
dengkulku dan bukan menepisnya. Otomatis Adi seperti diberi angin
menggenggam tanganku, dan aduuuuh aku diam saja. "Ibu silakan bilang,
saya mau saja melakukan apa saja untuk ibu" kata Adi. Aku masih saja
diam, aduuuuh aku memang seperti orang bego waktu itu. Aku baru sadar
waktu tangan Adi membimbing tanganku ke arah penisnya. Aku sempat
bingung, dan baru beberapa saat kemudian aku mengangkat tanganku dari
situ. Adi diam saja, tapi tangannya kembali meraih tanganku kembali di
taroh di atas penisnya yg ternyata kali ini sudah di luar. Entah kapan
dia sempat membuka retsletingnya. Walaupun tanganku tidak menggenggamnya
tapi tidak kutarik juga.
Tangan kiri Adi malah kembali ke pahaku. Kali ini malah makin berani
mengusap2nya. Mungkin dipikirnya aku diam saja dan toh jika aku akan
memecatnya sekalian saja hal ini dilakukannya. Sedikit2 rokku
disingkapnya dan sedikit2 posisi pahaku makin terbuka, dan sedikit2 aku
merasakan penis ini makin tegang. Tangan Adi makin ke dalam, walau dari
luar celana dalamku dia berhasil memainkan bibir vaginaku. Aku diaaaaaam
saja. Malah sedikit melenguh saat jari2 itu bermain2 di selangkanganku.
Tiba2 salah satu jarinya menekan kuat seolah2 hendak masuk ke liang
vaginaku. Aku jadi sedikit mengangkat pinggulku dan disaat yg sama
dengan cekatan Adi menarik celdamku, sehingga kini dari sela2 celdamku
dia leluasa memasukkan jarinya ke dalam vaginaku.
Aku memegang lengannya seolah2 hendak mencoba menarik keluar tangannya.
Tapi aksi basa basi itu sama sekali tidak direspon. Jari2 terampil itu
kini bermain lebih cepat sampai aku tanpa sadar membaringkan kepalaku di
bahunya.
Adi menggunakan kesempatan posisi miringku ini dengan menarik celana
dalamku hingga kebawah. Kini jari2 itu makin leluasa memporak porandakan
vaginaku.
Posisiku makin miring, kepalaku makin merebah di pundaknya. Aku diam
saja, sambil berusaha sekuat tenaga menahan untuk tidak bersuara.
Walaupun begitu mulutku sulit rasanya untuk mingkem, apalagi saat ini 2
jarinya yang ada divaginaku. Aku menggigit bibir bawahku. Adi mengangkat
tangan kirinya, merangkulku dari arah punggungku. Dengan meremas
payudara kiriku dia mendorongku hingga merebahkan kepalaku di
pangkuannya. “Angkat kaki kirinya” seru Adi, bagai sapi yang dicocok
hidungnya aku menuruti perintah itu, yang pastinya membuat kaki kiriku
terlepas dari celdamku. Kaki kiriku yang masih bersepatu itu naik ke
atas tempat duduk mengkangkah lah jadinya aku. Tiga jarinya kini bisa
dimasukkan dalam vaginaku sambil mengocok2. Tanganku menggenggam
lengannya, wajahku berhadapan langsung dengan penisnya.
“Sepong dong” pintanya. “gak pernah mas” sahutku, dan baru kali ini aku
memanggilnya mas mungkin karena aku benar2 sudah dalam kekuasaan Adi.
Aku hanya menggenggam penisnya, itupun hanya untuk menahan agar tidak
mengenai hidungku. Tapi penis ini keras sekali sekarang. “Enak kok, coba
aja” perintahnya lagi. “Nggak………” jawabku lirih. Tangan kanannya tiba2
melepas setir, kemudian dia melintir2kan sedikit kepala hulu ledak itu.
“Nih coba rasain…” sambil mengusapkan tangan kanannya yang agak basah
oleh cairan bening ke mulutku. Aroma sedikit pesing terlintas
dihidungku. Tapi aku tetap tidak melayani permintaan itu, aku memang
belum pernah melakukannya. Dan sama sekali tidak ingin melakukannya.
Kalau menonton BF selalu saja adegan ini aku lewati karena jijik.
Adi tidak memperdulikan reaksiku, dia makin intens mengocok vaginaku
yang makin basah dan rasa aneh tiba2 menyergapku hingga membuatku
menggigit bibir bawahku. Mau tak mau cairan yg tadi dioleskan dibibirku
itu terasa olehku. Rasa asin.
Tiba2 sentakan tangan Adi menyeruak makin dalam, membuat badanku
terangkat makin mendekati Adi. Penis itu sekarang ada di bawah leherku.
Mulutku makin sulit mingkem dan suara mendesisku tak mampu lagi aku
tahan. Sampai akhirnya seperti tersengat arus listrik aku kelojotan oleh
kocokan Adi. Mulutku melongo dan mataku merem melek, nafasku
tersengal2. Tanganku mencakar lengan Adi hingga akhirnya aku memekik
kecil dan dilanjutkan lolongan panjang memanggil namanya. Kepalaku
terangkat saat aku meregang, mataku terbelalak dan bibirku kugigit2
sendiri dengan tak sadar. Setelah itu akupun ambruk di pangkuannya.
Tangannya masih berada di vaginaku, terjepit oleh pahaku. Saat semuanya
bisa ku kendalikan lagi baru tangan Adi bisa terlepas dan diapun
membersihkannya dengan tissue.
Adi membelai2 rambutku, kemudian perlahan2 dia membuka bajuku dan
merogoh payudaraku. Aku tau dia masih horny. Penisnya yang ada di
depanku yang sempat lemas, perlahan2 mengeras. Saat aku mencoba hendak
bangkit dari pangkuannya karena punggung ini sakit, Adi memegang
kepalaku dan sedikit mendorongnya sehingga wajahku berhadapan dengan
penisnya. Aku mencoba dengan sedikit menjilat kepalanya kemudian entah
kenapa akupun pasrah saja memblow jobnya. Pertama memang ada rasa jijik,
tapi lama kelamaan hilang entah kenapa. Akupun membantinya membuka
sabuk celana dan posisiku juga tengkurap sehingga bisa melakukannya
dengan baik. Tapi cukup lama juga rudal itu bertahan hingga aku sedikit
terganggu dengan bau ludahku sendiri. Adi memintaku melepas kuluman pada
penisnya, sepertinya dia mengerti kondisiku, karena penisnya dia siram
dengan pulpy orange. Setelah selesai disiram, kembali aku melakukannya
itu lagi, secara naluriah akupun bisa melakukannya dengan baik hingga
akhirnya pun penis itu meledak dimulutku. Karena sedikit tersedak
sebagian spermanya menyemprot hidung, wajah, dan kaca mataku.
Saat aku kembali duduk aku baru sadar ternyata kami sudah berada di area
parkir Carrefour Cempaka Putih sejak tadi. Adi membersihkan penisnya
kali ini dengan celana dalamku, karena tissuenya habis kupakai
membersihkan wajahku. Aku memperhatikan bagaimana Adi membersihkan
penisnya, sesuatu yang sejak tadi malam membuatku terhipnotis sampe aku
seperti ini sekarang.
Aku keluar dari mobilku dan langsung menuju toilet. Kubersihkan wajahku
dan badanku, sekalian kurapihakn bajuku yang sudah pasti kusut. Aku tak
membawa make up, karena tadi aku berangkat buru2. Setelah selesai dari
toilet akupun masuk ke supermarket untuk berbelanja. Beberapa kali aku
hanya membawa keranjang belanjaanku dan berputar2 saja. Waktu melewati
tempat baju, akupun membeli celana dalam. Yah, aku memang tidak memakai
celana dalam karena dipakai Adi untuk membersihkan penisnya tadi.
Setelah membeli celana dalam baru aku ingat aku harus beli tissue untuk
di mobil, dan setelah itu aku mulai ingat apa saja yang harus aku beli
untuk keperluan barang rumah tangga.
Ketika aku hendak membeli susu dan gula aku bertemu Adi yang sedang membeli kopi.
“Tadi aku telpon kok ga diangkat?” tanya Adi
“ aa.. aku ga bawa HP lupa mas” sahut ku. Adi menghampiriku dan membantu
mendorong keranjang belanjaan. “Mas mau beli apa?” tanyaku mencoba
mencairkan kondisi yang masih kikuk. Aku masih sama bingungnya seperti
tadi pagi. Padahal laki2 ini sudah sangat jauh menyentuh tubuhku. “Gak
usahlah. Aku gak perlu apa2 bu” kata Adi. Aku menatapnya bingung karena
dia masih memanggilku ibu dengan sopan. “ahh ya sudah, mmm cepat bayar
saja kan kita belum makan. Aku lapar sayang” aduhh sekarang aku
memanggilnya sayang. Aku ini bagaimana ya?
Adi diam saja aku panggil sayang. "Mari bu silakan, saya yg dorong
belanjaannya" ujarnya sopan, dan aku berjalan di depannya. Tapi karena
kikuk aku bergeser jalan disampingnya. "Sebentar" ujar Adi sambil
berputar ke arah pakaian. "Aku gak pake celdam, kamu juga gak boleh ya"
ujarnya sambil menyimpan kembali celdam yg aku beli tadi. Aku hanya
mengangguk.
Saat mengantri membayar, Adi yg berdiri di belakang sesekali menyodokkan
penis di balik celananya ke pantatku. Aduh sudah tegang lagi nih.
Setelah membayar semua belanjaan, kami berjalan menuju tempat makan.
"Mas, itunya tegak lagi malu dong" ujarku. "Apa itunya?" Tanya Adi.
"Penisnya mas" kataku lirih. "Ibu sudah pegang sudah nyepong segala
macem masa belum tau!" Kata Adi. Aku agak bingung apa maksudnya Adi.
"Sinih duduk dulu" perintah Adi. Kami memilih meja yang agak jauh dan
mojok. "Ayo pegang yang ibu sebut penis itu", walau agak ragu aku pegang
juga. Sambil mendekatkan bibirnya ketelingaku dia berbisik "namanya
kontol ya?" Aku mengangguk. "Coba siapa namanya bu?", "kontol mas"
jawabku.
Aku memesankan makanan untuknya dan akupun seperti tadi duduk di
sebelahnya saat makan. "Coba tolong cocolin timun ini ke vaginamu bu!".
Aku kaget mendengar perintahnya. Aku diam dan ragu2. "Ayoooh!" Pelan2
aku ambil potongan timun itu dan aku masukkan ke selangkanganku. Geli
dan dingin rasanya. Kuberikan padanya dan langsung dimakan separuhnya.
Dan diberikannya lagi padaku "olesin lagi, yg agak dalem masukinnya
kalau nggak bisa aku yang masukin nih!" Aku menurutinya lagi2 seperti
terhipnotis. Adi mengambil daftar menu, digunakannya untuk menutupi
celananya sambil membuka retsleting. Penisnya langsung menonjol keluar.
Diambilnya potongan timun dan dioles2kannya ke penis itu. "Nih cobain
pasti enak". Aku memakannya sambil tidak memikirkan bagaimana rasanya
dilidahku karena memang tidak terlalu berpengaruh. Tapi sensasi
perlakuan itu cukup membuat aku horny.
"Ayo cepet makannya, kontolku udah konak nih" ujar Adi seenaknya. "Mas,
aku gak mau sejauh itu. Cukup kaya tadi aja ya please. Aku gak mau yang
gimana2" pintaku sedikit memelas. "Ya udah gak apa2 terserah ibu, saya
kan cuma sekedar memuaskan ibu saja. Tapi jangan dimobil, kita ke hotel
ya?" lagi2 seenaknya saja Adi ngomong. Memuaskan apanya pikirku, yg ada
dianya yg keenakan aku blow job.
Singkat cerita Adi membawaku ke hotel cempaka putih. Setelah memesan
kamar, kamipun menuju kamar di lantai 3. Di lift lagi2 Adi menyodokkan
penisnya yg agak gondal gandul di balik celana.
Baru saja aku menutup pintu Adi sudah memburuku dengan ciuman bertubi2.
Ciuman kami yang bernafsu itu di barengi dengan aksi Adi melucuti
pakaianku sambil tetap berdiri. Adi menatapku saat semua bajuku terbuka
dan tinggal braku saja. Ditarinya aku menuju cermin di depan tempat
tidur. "Coba liat, betapa cantiknya kamu. Gua bilang sih lo pantesnya ga
pake baju. Ya kan? Liat nih cantik banget" adi membuka bra ku. "Ha ha,
biar ga besar gua tetep seneng sama toket lo Liz" ujar Adi sambil
meremas2 payudaraku dari belakang. Aku melihatnya dari kaca bagaimana
tubuhku polos bugil dan Adi meraba2 sambil menciumi pundakku. Aku benar2
terbakar birahi. "Buka bajuku sayang!" Dan akupun membukanya. Pada saat
aku membuka celananya sambil berjongkok langsung saja aku sepong
penisnya yang sudah tegak. Sekarang aku benar melihat dengan jelas penis
itu. Adi mendesis2 keenakkan. sesaat kemudian Adi memintaku berdiri,
kini dia yg menciumi payudaraku yg memang seperti dia bilang tak terlalu
besar. Cuma 32 B. Aku memang bukan cewek seksi, cantikpun biasa saja
menurutku, cuma pantatku agak bohay kata suamiku. Aku lagi2 melihat apa
yg terjadi di kaca, saat melihat Adi menciumi toketku aku benar2
melayang apalagi tanpa diduga2 Adi berjongkok dan menaikkan satu kakiku
ke pinggir tempat tidur sehingga diapun leluasa menjilati vaginaku.
Suatu hal yang belum pernah kualami.
Aku seperti kesemutan disekujur tubuhku beberapa kali aku dibuatnya
sedikit merunduk menahan kegelian. Tak sungkan2 aku mendesis2 apalagi
saat jari tengah Adi masuk dan lidahnya memainkan bibir kemaluanku aku
menjerit! "Masss!!" Aku pegang kepalanya sambil menjambak rambutnya
auuuuuuuh aku gak kuat.
Adi berdiri, kami berciuman. Aku merasakan bagaimana mulutnya yg bau
kemaluanku sendiri. Direbahkannya aku di tempat tidur dan diciuminya aku
bertubi2 dan aku menyambutnya juga dengan tak kalah liarnya. Remasan
tangannya di puting susuku membuatku makin menjadi2 apalagi saat Adi
memblowjobku. Aduh aku benar2 melayang badanku gemetar. Entah apa yg
terjadi dibawah aku dibuatnya berteriak2.
Adi menghentikan aksinya tiba2, aku agak bingung namun ketika dia
beringsut ke atas aku tau dia memintaku menyepong penisnya yang sedikit
lemas. Sambil memegang pantatnya aku menyepong penis Adi. Adipun memaju
mundurkan penisnya yg langsung mengeras lagi.
Adi mencabutnya dan kembali beringsut ke bawah. Adi mencium bibirku lagi
dan tanpa sadar penis itu sudah tegak persis di bibir vaginaku.
"Mas, jang...." Blesssssss penis itu masuk! Aku berteriak sambil
mencakar punggung Adi. "Uhhhhhhh Mas aku..." Ucapanku tak selesai karena
Adi sudah menggenjotku. Tiba2 dia menghentakkan penisnya aku pun
berteriak "masssssss!! Uffff" kepalaku serasa berkunang2. Berkali2 dia
melakukan itu. "Coba bilang apa ini?" Tanya Adi sambil menjambak
rambutku dan menciumi leherku. "Kontol mas Adi massss" sahutku. Berkali2
dia menghentakkannya lagi. Rasanya kontol itu seperti membentur
rahimku. Akupun melolong2.
Tiba2 Adi mencabutnya. Dia merebahkan dirinya disampingku. Diangkatnya
tubuhku sehingga berada di atasnya. Tanganku di arahkan ke kontolnya.
"Ayo kamu masukin" aku meraihnya dan seperti perintahnya aku memasukkan
penis itu ke vaginaku. Tanganku bergetar hebat saat melakukannya. Tapi
begitu masuk, aku pejamkan mataku merasakan nikmatnya penis keras itu.
Aku masih malu bergoyang, tapi tangan Adi memukul2 pantatku dan
menggoyang2kan pinggulku. Aku memejamkan mataku tak berani menatap wajah
Adi. Dengkulku bergetar hebat dan tak lama aku orgasme dan ambruk
dipangkuannya. Aku malu sekali, tapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku
menikmatinya. Aku mengigit lehernya sampai gelombang orgasme itu mereda.
Adi bangkit, dan memposisikan aku untuk di doggy. "Mas tunggu..." Aku
memang belum siap, tapi kontol itu sudah masuk blesss. Lagi2 aku
berteriak2. Karena agak menyamping aku bisa melihat Adi dari kaca yg
tadi. Tiba2 aku merasa ujung penis itu menyentuh sesuatu di vaginaku
itukah g spot? Aku tak tau tapi bener2 membuatku terbeliak dan menjerit2
tak karuan. Lagi2 aku orgasme. Tapi Adi masih saja menggenjotku. Aku
berteriak2 tak karuan memohon ampun. Dalam posisi ini aku tidak bisa
apa2.
Untung saja tak lama kemudian Adi menghentikannya.
"Sebentar mas, aku gak kuat. Aku sepong saja penisnya" ujarku.
"Heh, coba sebut yang benar!" Hardik Adi sambil menjambak rambutku "
Siniin kontolnya mas"ujarku meralat. Aku sudah tidak sungkan2 lagi.
Lllep kontol itu masuk kemulutku. Rasanya gak karuan.
Adi mencabut kontolnya "aku gak mau keluar di mulutmu Liz". Dia menarik
kakiku dikalungkannya di pundaknya dan bless masuk lagi kontol itu di
vaginaku. Sambil menggenjot Adi menjilat2 wajahku. Berkali2 pinggulku
ketarik ke atas setiap Adi menggenjot. Apalagi pada saat Adi melepas
kaki kiriku dari pundaknya g spotku kena lagi. Akupun kelojotan.
Orgasmeku tak tertahankan lagi. "Masih nyesel aku entot?" " Nggak"
jawabku lirih dan tersengal2. "Masih mau mecat aku?" "Ngggak mas, gak
akan!" " Masih marah aku ngentotin Ainan?" Tanya Adi, "nggggggggaaaak! "
Aku berteriak tak tahan karena lagi2 Adi menggempur g spotku. "Ini buat
kamu sayang" adi begerak cepat sekali sambil menciumi leher dan
ketiakku dia pun akhirnya menuntaskan hajatnya. Crot crott crottt sperma
itu keluar di rahimku.
Setelah itu hening, aku cuma bisa mendengar nafas Adi yg terengah2.
"Liza, kamu enak banget. Aku mau ngentotin elo sampe malem, kalau perlu
kita terusin di rumah. Lo mau kan Liz" tanya Adi. Aku mengangguk pasrah.
Dan memang itu yg terjadi. Setelah kelelahan sebentar dan tertidur kami
mandi bersama. ML di kamar mandi kemudian di tempat tidur lagi. Jam
enam sore saat kami pulang entah sudah berapa kali kami melakukannya.
Ada mungkin 3 atau 4 kali spermanya membanjiri vaginaku.
Sesampai di rumah aku masih bingung harus bagaimana. Saat aku menyendiri
di kamar dan menerima telepon dari Husni suamiku aku cuma berbohong
saja.
Waktu aku turun ke bawah, aku melihat Adi dan Ainan sedang bercakap2 dg
santainya. Gila sudah gila mungkin ya? Aku binguung sebingungnya saat
makan besama mereka.
Waktu menonton tv bersama mereka juga aku banyak diam. Sampai aku tertidur.
Tengah malam aku terbangun, sayup2 aku mendengar suara Adi dan Ainan
dari kamar Ainan. Ahhhhh pastinya mereka tengah bersenggama pikirku. Aku
hanya terdiam memikirkan kejadian gila ini. Aku sedikit menitikkan air
mata.
Entah berapa lama aku disitu yg aku tau Adi kemudian sudah di sampingku
dalam keadaan bugil. Diajaknya aku ke kamar tamu yg tak jauh dr situ
tempatnya. Akupun menuruti semua nafsunya sekali lagi di ruangan itu.
Begitulah awal kisah penyelewenganku dg supir pribadiku. Aku dan Ainan
berbagi ranjang, walau hingga kinipun aku tak pernah berani membicarakan
ini dg Ainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar